Mohon tunggu...
Iast Wiastuti
Iast Wiastuti Mohon Tunggu... Administrasi - Menyenangi hal-hal yg beraktualisasi ke masyarakat

Mengembangkan 12 destinasi pesisir Jakarta Utara demi terciptanya kesejahteraan masyarakat, meningkatkan perekonomian, menghapuskan kemiskinan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kelenteng Ancol, Ketika Tiga Umat Beragama Berpadu

31 Januari 2011   06:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:02 1651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

wisatapesisirANCOL - Menjelang perayaan tahun baru Imlek 2562, Kamis(3/2/2011) nanti, umat Konghucu maupun Budha sudah tampak mendatangi klenteng sekaligus vihara untuk melakukan berbagai persiapan ritual. Seperti yang trlihat di Vihara Bahtera Bhakti di Jl Pasir Putih, Pademangan, Ancol, Jakarta Utara. Untuk menyertai peribadatan nanti, vihara ini memasang 250 lilin berbagai ukuran. Selain memasang ratusan lilin, persiapan yang dilakukan meliputi membersihkan lingkungan dalam vihara, memandikan Rupang atau patung para dewa, memasang lampion di lingkungan komplek vihara, serta memasang tenda di halaman yang digunakan untuk sembahyang lilin. Persiapan perayaan tahun baru Imlek 2562 atau tahun shio Kelinci Logam di Vihara Bahtera Bhakti telah dilakukan . Umat Konghucu, Budha, maupun keturunan Tionghoa yang sudah beralih keyakinan di Jakarta Utara  mulai mendatangi Vihara Bahtera Bhakti . Sebagian mereka sudah ada yang melakukan sembahyang dan menyalakan lilin. "Sembahyang lilin dilakukan umat Konghucu pada malam Imlek, yakni Minggu malam, mulai pukul 19.00 sampai tengah malam. Selain umat Konghucu, umat Budha juga turut bersembahyang di sini karena komplek klenteng yang kini menjadi cagar budaya di Jakarta Utara ini juga ada ruang untuk pesembahyangan umat Budha," kata penjaga Vihara Bahtera Bhakti, Kimsin. Ada sekitar 250 lilin berwarna merah dalam beberapa ukuran disiapkan di area persembahyangan vihara. Di lilin tersebut ada tulisan dengan huruf tionghoa berukuran besar dan diberi nomor. Menurut pria yang sudah 40 tahun menjaga vihara Bahtera Bhakti ini, lilin tersebut diberi nomor agar umat Konghucu yang akan melaksanakan sembahyang lilin tidak kesulitan mencari posisi lilinnya. Apalagi, jumlahnya cukup banyak dan ukurannya beragam mulai dari 30 sentimeter hingga satu meter. "Lilin ini sengaja dititipkan oleh pemiliknya agar tidak kerepotan saat perayaan Imlek nanti. Dan lilin ini sudah dibeli semua, jadi tinggal dinyalakan saat menyambut malam Imlek," jelas Kimsin. Kimsin menjelaskan, tuan rumah pemilik vihara adalah Sampo Soei-Soe dengan Siti Wati yang sudah almarhum ratusan tahun silam pada masa legenda Laksamana Cheng Ho. "Menurut legenda pemilik vihara ini merupakan pasukan Cheng Ho, penyebar agama Islam di Nusantara yang menikahi seorang ronggeng Siti Wati. Dan makam mereka kerap diziarahi sebagian umat Islam yang mengetahui sejarahnya, selain peziarah umat Khonghucu," terangnya. Terkadang, ada juga santri yang berziarah ke makam mereka berdua. Tentunya tidak diikuti persembahyangan lain membakar kemenyan di seluruh ruangan dewa yang terdapat di komplek tersebut. Selain itu, para peziarah juga mendatangi makam mertua Sampo Soei-Soe yaitu orang tua dari sang Isteri Siti Wati yang jaraknya bersebelahan makam Embah Said Areli Dato dengan Kembang Ibu Eneng.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun