Lokasi itu juga akan dilengkapi dengan "restoran VOC modern" dengan menampilkan berbagai interior gaya tempo dulu termasuk tiang kayu usianya ratusan tahun.
Kendala promosi
Ditengah semangat menggali seni budaya sejarah itu, banyak liku-liku dan tantangan menjadi sandungan, terutama kurangnya sarana dan dana sebagai pendukung, disamping itu galangan VOC belum dikenal."Saya sedih kalau Jakarta Barat selalu dipromosikan kota tua, namun tidak menyebut galangan VOC,"ujar Susilawaty.
Belum adanya kerja sama dengan Dinas Pariwisata DKI, untuk menjadikan tempat itu sebagai salah satu tujuan wisata. Namun demikian masalah itu akan diselesaikan melalui koordinasi dengan berbagai pihak.
"Kami akan menata kembali sekilas sejarah Galangan kapal VOC itu, dalam rangka menggali sejarah budaya Indonesia sejak abad 18 Masehi sampai sekarang," ujar Susilawati.
Di lokasi itu nantinya akan dipamerkan buku katalog lintas sejarah budaya Indonesia yang ditulis dalam tiga bahasa yakni Bahasa Indonesia, Inggeris dan Bahasa Mandarin.
Selain itu, katanya, melakukan kerja sama dengan Society Of Betawi(SOB) salah satu organisasi pendukung budaya pariwisata Betawi untuk mempromosikan galangan VOC tersebut.
Gedung itu nantinya, juga akan digunakan tempat acara kesenian rutin dari berbagai daerah, khususnya kesenian Betawi dan etnik China di lingkungan Jakarta, tambahnya.
Arie Abieta dari PT Karya Ceudah Sinema dalam proposalnya mengatakan, promosi penggalian sejarah budaya galangan kapal VOC itu, untuk mengangkat kejayaan sejarah yang pernah gemilang sekitar 300 tahun silam.
Keberadaan galangan VOC sebagai gerbang dunia pada zamannya itu tahap pertama akan dibuat dalam bentuk visualisasi.
Tujuannya agar menjadi tontonan sekaligus tuntunan kebesaran sejarah bangsa dengan segala keindonesiaannya, Visual sejarah itu nantinya akan menggambarkan berbagai catatan otentik dari peninggalan sejarah yang memiliki hitoris panjang.