Mohon tunggu...
Tomi Satryatomo
Tomi Satryatomo Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan Media

Seorang pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Menjadi Lebih Cerdas Dari Ponsel Cerdas

11 Oktober 2015   10:07 Diperbarui: 11 Oktober 2015   10:14 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengalaman Ai lain lagi. Kadang ia harus pameran atau punya acara di kota kecil di luar negeri. "Kadang gakada sinyal, jadi saya mesti cari tempat yang ada wifi supaya bisa tetap bekerja," kata perancang yang kelihatan lebih muda dari usianya ini.

Saya menghadapi persoalan yang sama dan mau tidak mau pakai layanan seluler dari beberapa operator.

Mereka juga sepakat, tantangan heavy mobile users seperti mereka adalah baterai ponsel. "Saya selalu bawa power bank kemana-mana," kata Olla. Bagi saya, teknologi fast charging, yang memungkinkan baterai ponsel terisi 75% dalam 30 menit, sangat membantu.

Aspek lain adalah soal cloud storage. Pengalaman pribadi saya menggunakan layanan penyimpanan data di awan ini memungkinkan saya, "membawa seluruh dokumen kantor kemana-mana. Tidak ada lagi masalah ketinggalan dokumen." Saya pakai layanan Dropbox.com untuk menyimpan dokumen dan OneDrive.com untuk menyimpan foto.

Lalu, kemana arah perkembangan mobile technology ini, tanya Emka?

Wearable gadget & persuasive technology,” jawab saya. Smart watch, fitness tracker dan perangkat sejenisnya makin memudahkan kita mengelola rutinitas sehari-hari. Di sisi lain, data yang terkumpul akan sedemikian lengkap sehingga, tutur saya lebih lanjut, “bisa jadi mesin lebih memahami kita daripada kita sendiri.” Pada gilirannya, ini memungkinkan mesin menganalisa dan memberi rekomendasi pilihan pada kita. (artikel seperti http://www.technologyreview.com/news/535826/technology-and-persuasion/ bisa menjadi bacaan lanjutan).

Seiring mengalirnya diskusi, ada dua hal penting yang mengemuka.

Ai Syarif menekankan soal pentingnya etika menggunakan ponsel cerdas. "Saya sering lihat, dalam jamuan makan, orang sibuk dengan ponsel masing-masing," tandasnya. Ai pernah ambil kursus etika & table manner di Singapura. Ia sangat peduli dengan perilaku seperti ini.

"Betul tuh," kata Emka menimpali, "ponsel mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat." Di kafe yang ia kelola di Kemang, ada pengunjung-pengunjug yang mengumpulkan dan menumpuk ponsel mereka sebelum makan. "Siapa yang ambil duluan, dia yang bayar semuanya," kata Emka.

Ai menyarankan agar para pengguna ponsel menggunakan perangkat mereka dengan pantas dan bijak, termasuk tidak menggunakannya pada saat sedang jamuan atau ngobrol dengan kawan. "Kasihan dong, sudah janjian, sudah menyisihkan waktu, eh pas ketemu malah sibuk dengan ponsel masing-masing."

Di sisi lain, Ola menyoroti fenomena makin banyaknya anak kecil yang diberi ponsel atau tablet oleh orang tuanya, "sebagai pacifier (untuk menenangkan anak, agar tidak rewel -penulis)."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun