Mohon tunggu...
Wisang Putrahesa
Wisang Putrahesa Mohon Tunggu... Pelajar -

Setiap orang pasti memiliki keunikan masing-masing, jadi kenalilah lebih dalam dengan menyapanya....

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Quo Vadis Jurnalisme Online?

15 April 2016   10:39 Diperbarui: 15 April 2016   10:54 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Jurnalisme Online

Manusia dalam kehidupannya pasti sangat membutuhkan informasi. Informasi ini menjadi sebuah pemunuhan akan rasa ingin tahu yang dimiliki oleh manusia semenjak lahir. Kepuasan akan informasi ini kemudian menjadi salah satu faktor pendorong manusia dalam menjalankan sesuatu. Misal dalam menentukan seorang ayah ingin menyekolahkan anaknya, langkah pertama yang diambil oleh sang ayah tersebut adalah mencari informasi tentang sekolah-sekolah yang mempunyai standart mutu yang bagus, kemudian mencari informasi juga mengenai hal-hal lain yang bersangkutan dengan kegiatan belajar sang anak.

Kebutuhan akan informasi ini kemudian dipenuhi oleh manusia yang lain. Pada zaman romawi misalnya, ada seorang kurir yang memang ditugaskan untuk mengantar surat dari medan perang kepada raja. Pekerjaan sebagai kurir yang memiliki tugas untuk mengantar informasi ini kemudian berkembang hingga sekarang yang disebut dengan jurnalis. Memang jurnalis bukan lagi kurir seperti makna pertamanya, akan tetapi secara tidak langsung jurnalis atau wartawan adalah sang kurir yang mengumpulkan informasi yang kemudian dimuat disebuah media. 

Sebelum melangkah lebih jauh alangkah lebih baik bila kita mengetahui dahulu apa itu jurnalisme. Jurnalisme berasal dari bahasa Perancis yaitu journal yang berasal dari kata dalam bahasa latin yang berbunyi diurnarii. Diurnarii  memiliki arti sebuah kegiatan mencari dan menyiarkan informasi secara sederhana.(Nurudin.2009.5) Kegiatan mencari dan menyiarkan ini kemudian berkembang seiring perkembangan zaman di mana kemudian mereka yang melakukan kegiatan ini disebut dengan jurnalis, sedangkan bidan perkerjaannya disebut dengan jurnalisme. 

Jurnalisme menurut Nurudin dalam bukunya yang berjudul Jurnalisme Masa Kini (2009) mengatakan bahawa jurnalisme adalah kegiatan yang berhubungan dengan proses mencari, mengolah, dan menyiarkan informasi kepada khalayak dan disebarkan melalui media massa. Kegiatan mencari, mengolah informasi ini kemdian disiarkan atau dipublikasikan kepada masyarakat umum melalui media baik cetak maupun siar tergantung di mana jurnalis ini bernaung. 

Pada perkembangannya ruang lingkup jurnalistik dibagi menjadi tiga kategori besar, Jurnalisme Cetak, Jurnalisme Siar dan Jurnlisme Online.(Nurudin.2009.12) Ketiga ruang lingkup ini berkembang satu persatu dan saling menindih satu persatu. Maksudnya, pada awal keberadaannya jurnalisme itu memiliki hanya memiliki ruang lingkup pada jurnalisme cetak. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya koran, majalah, dan papan pengumuman yang di mana-mana berisi tulisan dan gambar dua dimensi. Zaman pun berubah, teknologi semakin berkembang kemudian muncullah Jurnalisme Siar.

Konten-konten yang ada dalam ruang lingkup jurnalisme siar terasa lebih hidup karena kemampuan teknologi kamera yang bisa menangkap gambar bergerak sehingga penyajian informasi kepada masyarakatpun menjadi berbeda dengan jurnalisme sebelumnya. Selain menyajikan gambar bergerak salah satu bentuk dari praktek jurnalisme siar adalah radio. Kemampuan penyiar membawa suasana dalam pemberitaan menjadi daya tarik tersendiri dari media siar ini karena secara tidak langsung pendengar atau masyarakat kemudian membayangkan dan menerka-nerka sendiri seperti apa kejadian yang di siarkan atau di informasikan kepada para pendengar oleh pihak radio. 

Tak lama setelah jurnalisme siar masuk, teknologi yang terus berkembang kemudian membawa teknologi baru yang bernama internet. Kecanggihan internet kemudiian menenggelamkan ragam atau jenis nurnalisme yang lain secara tidak langsung. Internet mengarahkan jurnalisme kepada arah yang baru saat ini di mana sering disebut oleh banyak orang dengan sebutuan Jurnalisme Online. 

Jurnalisme online tidak dapat dilepaskan dari internet. Ia membutuhkan internet sebagai media penyebarannya. Seperti yang kita ketahui, saat ini internet sudah tidak asing lagi bagai masyarakat. Seperti halnya di Indonesia misalnya masyarakat tidaklah asing lagi dengan teknologi  yang satu ini, seperti yang dilansir oleh situs Internet World Stats per 30 november 2015 pengguna internet khususnya di Indonesia mencapai 78.000.000 orang(http://www.internetworldstats.com/stats3.htm. Diunduh pada tanggal 13 April 2016 pada pukul 17.24 wib) Angka ini secara tidak langsung memperlihatkan jumlah yang mendukung perkembangan jenis jurnalisme ini. 

Munculnya internet semakin memudahkan jurnalis untuk memberikan informasi kepada masyarakat dalam waktu yang sangat singkat. Misal terjadi sebuah kebakaran di daerah Jakarta pusat, ketika jurnalis melakukan kegiatan peliputan dan kemudian menulisan berita sebelum internet belum banyak digunakan oleh masyarakat khususnya di Indonesia pemberitaan tersebut baru bisa diketahui oleh masyarakat Indonesia di wilayah lain satu hari setelahnya dan beberapa jam bagi masyarakat yang memiliki perangkat televisi. Akan tetapi saat ini hanya butuh beberapa menit saja hingga masyarakat mengetahui informasi tentang kebakaran yang terjadi di wilayah Jakarta Pusat tersebut. 

Berdasarkan beberapa penjabaran di atas maka dapat kita ketahui bahwa jurnalisme online adalah kegiatan mengumpulkan, menulis dan menyebarkan berita atau informasi menggunakan internet sebagai media penyalurnya. Kegiatan jurnalisme online di Indonesia saat ini masih tergolong baru. Jurnalisme online ini sangat mudah diterapkan oleh banyak orang, bahkan mereka yang sebenarnya bukan berlatar belakang jurnalis dapat menyampaikan informasi-informasi terkait hal-hal yang terjadi di sekitarnya melalui internet. Hal ini kemudian masih memunculkan beberapa perdebatan di kalangan jurnalis di mana batasan dan apa sebenarnya jurnalisme online itu. Semakin mudahnya masyarakat umum ikut memberikan kabar tentang kejadian di sekitarnya memunculkan satu ragam baru dari ketiga ragam yang sudah ada yaitu citizen journalism atau jurnalisme warga. 

Ada beberapa hal yang menjadikan jurnalisme online samakin berkembang dan marak saat ini. Menurut Paul Bradshaw faktor keringkasan, kemudahan dalam beradaptasi, mudah untuk dipahami, interaktivitas, dan percakapan adalah faktor-faktor yang menunjang dalam penggunaan jurnalisme online.(https://ayomenulisfisip.files.wordpress.com/2011/02/basic-principles-of-online-journalism-english.docx. Diunduh pada 14 April 2016 pada pukul 22.00 wib) Keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh jurnalisme online secara tidak langsung mengubah pola hidup manusia. Seperti yang kita ketahui bahwa jurnalisme online salah satu keunggulannya adalah kecepatan dalam memperbarui pemberitaan. Tenggat waktu dalam memperbarui informasi menjadi semakin pendek. Seperti contoh yang sudah dituliskan di atas, hanya dalam hitungan menit masyarakat luas sudah dapat mengetahui informasi tentang kejadian kebakaran di Jakarta Pusat. Mereka yang berkerja dalam bidang ini pun mulai sikut-sikutan, tidak mau kalah baik dari level jurnalis hingga level pemilik media. 

Kita mengetahui dalam search engine google misalnya pasti melakukan penilaian kepada semua situs. Penilaian ini kemudian menjadi acuan bagi pihak google meletakkan situs tersebut pada urutan-urutan teratas. Hal inilah yang kemudian dikejar oleh perusahaan media di mana semakin mereka cepat dalam memberikan pemberitaan terbaru semakin banyak pula klikkers yang akan didapatkan dan semakin mudah pula untuk menyentuh sepuluh urutan teratas. Banyak cara kemudian dilakukan oleh pihak media untuk meraihnya, salah satunya ialah membagi sebuah pemberitaan menjadi banyak berita. Misal pemberitaan tentang kebakaran di Jakarta Pusat dibagi menjadi lima berita yang mana ditulisa dari lima sudut pandang yang saling terkait antara satu dengan yang lain. 

Quo Vadis Jurnalisme Online? 

Persaingan dibidang industri media semakin menjadi-jadi. Banyak cara dilakukan agar industri ini menghasilkan keuntungan yang besar bagi pemilik media. Salah satu cara yang dilakukan adalah seperti yang sudah dituliskan di atas. Praktek membagi-bagi satu pemberitaan memang sangatlah efektif untuk meningkatkan jumlah klikkers, akan tetapi apakah makna utama dari jurnalisme benar-benar tercapai? Pertanyaan ini kemudian terus membayangi perkembangan dari jurnalisme itu sendiri. 

Faktor kecepatan dalam memperbarui informasi menjadi salah satu kendala dalam proses jurnalisme online. Seperti yang kita ketahui di mana kegiatan mengkonfirmasi informasi yang didapatkan oleh jurnalis sebelum informasi tersebut disebarkan adalah hukum sakral yang harus dilakukan oleh para jurnalis. Konfimrasi atau check and recheck dalam ranah jurnalisme cetak dan jurnalisme siar lebih leluasa untuk dilakukan karena memang batas akhir atau deadline dari kedua ranah jurnalisme tersebut masih begitu longgar, hal ini berbeda dengan yang dihadapi oleh para jurnalis online di mana mereka harus berkejaran dengan waktu untuk menyiarkan informasi terbaru yang di dapatkannya. 

Menurur Dr. Kruskidho Ambardi (Dosen Ilmu Komunikasi) menuturkan bahwa saat ini kebenaran bisa dicicil.(http://fisipol.ugm.ac.id/news/kebenaran-yang-dicicil-dalam-jurnalisme-online/en/. Diunduh pada tanggal 14 April 2016 pada pukul 22.00 wib) Maksudnya adalah jurnalis saat ini lebih menekankan pada faktor kecepatan penyebaran informasi dari pada faktor kebenaran yang selama ini adalah ritual sakral yang harus dilakukan oleh jurnalis. Hal terjadi karena ada harapan bahwa kebenaran itu muncul seiringan dengan berita-berita yang mengikuti dibelakangnya. Berbeda apabila kita membaca koran atau majalah di mana dalam satu tulisan tersebut yang dibatasi oleh jumlah halaman haruslah termuat kebenaran di dalamnya. Berbeda dengan jurnalisme online yang mana tidak terbatasi oleh jumlah halaman, jurnalis yang bernaung dalam perusahan media yang bekerja dalam bidang jurnalisme online dapat dengan leluasa menyampaikan informasi tanpa harus memikirkan seberapa panjang informasi tersebut. 

Pada umumnya tulisan dalam media online tidaklah banyak, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi pergerakan dari masyarakat yang saat ini serba cepat. Bahkan saat ini masyarakat kebanyakan hanya membaca judul dari tulisan di media online. Akan tetapi hal ini tentu sebaiknya tidak dijadikan sebagai justifikasi terhadap kegiatan jurnalistik. Namun lagi-lagi faktor kecepatan tersebut jurstru kadang kala menyesatkan. Kebenaran seharusnya dituangkan baik itu dalam isi pemberitaan ataupun ornamen-ornamen yang mengikuti suatu pemberitaan. Misal saat ini banyak sekali media-media online menggunakan judul-judul yang heboh untuk memarik minat pembaca. Memasang judul yang heboh ini mungkin memang benar untuk dilakukan apabila memang hal tersebutlah yang terdapat dalam pemberitaan di dalamya, akan tetapi seringkali judul dan pemberitaan di dalamnya tidak sesuai. Sering kita temui judul-judul heboh nan menjual akan tetapi pemberitaan di dalamnya hanyalah pemberitaan biasa yang kalaupun dilihat pemberitaan tersebut tidaklah penting untuk diberitakan kepada masyarakat luas. 

Kejadian-kejadian di atas memang seharusnya bisa diminimalisir. Jurnalisme Online adalah kegiatan jurnalistik yang sangat tergantung akan teknologi. Teknologi pada dasarnya diciptakan untuk membantu kegiatan dari manusia bukan memperbudak manusia. Salah satu tujuan dari jurnalisme adalah juga mendidik masyarkat dengan informasi-informasi yang benar. Bila semua hal di atas di hadapkan dengan faktor ekonomi maka kita memang akan kesulitan untuk menemukan solusinya, akan tetapi berbeda halnya apabila kita akhirnya menghadapkannya pada faktor memanusiakan manusia. Informasi hendaknya menjadi hal yang dapat memanusiakan manusia dengan kebenaran-kebenarannya, dan hal inipula yang hendaknya dilakukan oleh para jurnalis. Kemajuan teknologi dalam hal ini hadirnya jurnalisme online haruslah kita tanggapi tidak dengan sebelah mata, akan tetapi dengan tatapan tajam dengan penuh perhatian agar persebaran informasi bejalan dengan apa adanya dan semakin memanusiakan manusia.

 

Sumber:

            Nurudin.2009.Jurnalisme Masa Kini.Jakarta:Rajawali Pers

            http://www.internetworldstats.com/stats3.htm. Diunduh pada tanggal 13 April 2016 pada pukul 17.24 wib

               https://ayomenulisfisip.files.wordpress.com/2011/02/basic-principles-of-online-journalism-english.docx. Diunduh pada 14 April 2016 pada pukul 22.00 wib

            http://fisipol.ugm.ac.id/news/kebenaran-yang-dicicil-dalam-jurnalisme-online/en/. Diunduh pada tanggal 14 April 2016 pada pukul 22.00 wib

 

Referensi:

            Allan,Stuart.2006.Online News.Inggris:Open Universtiy Press

            Jones, Janet & Lee Salter.2012.DIGITAL JOURNALISM.London:SAGE Pulication Ltd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun