Mohon tunggu...
Wisaksono Adhi
Wisaksono Adhi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bercermin pada Berita Asing

17 November 2020   16:53 Diperbarui: 17 November 2020   17:02 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantor Berita Reuters. Source: www.thomsonreuters.com

(KSG12 ) 

Saya terkesima ketika membaca tulisan disalah satu kantor berita asing yang menurunkan laporan tentang kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia. Dalam laporan yang diturunkan mereka menulis"Indonesia mengalami kekurangan yang signifikan pada tempat tidur rumah sakit, staf medis, dan fasilitas perawatan intensif karena para pakar kesehatan memperingatkan bahwa negara itu akan menjadi episentrum baru pandemi virus Corona". Kalimat tersebut tercantum dalam laporan berjudul "Indonesia's health system on the brink as coronavirus surge looms". 

Lebih lanjut Reuters menyampaikan data dari Sebuah studi oleh Pusat Pemodelan Matematika untuk Penyakit Menular yang berbasis di London yang dirilis pada hari Senin memperkirakan bahwa hanya 2 persen dari infeksi virus Corona di Indonesia telah dilaporkan. Itu akan membawa jumlah sebenarnya (infeksi virus Corona) menjadi sebanyak 34.300, yang lebih banyak dari Iran. Laporan yang disampaikan oleh Reuters ini sungguh membuaat tercengang siapapun yangmembaca. Tidak terkecuali pihak Indonesia.

Benar saja, tidak berapa lama pemerintah Indonesia membantah hal tersebut melalui juru bicara penanganan Virus Corona. Lebeih lanjut dikatakan bahwa dampak dari virus tersebut tidak separah itu. Yang penting adalah kita mengarahkan orang-orang untuk tetap menjaga jarak. Demikian yang disampaikannya menanggapi pemberitaan Reuters.

Sebenarnya Reuters ini siapa? Pendirian Reuters dimulai pada Oktober 1851, ketika Paul Julius Reuter, seorang imigran Jerman, membuka kantor di London. Reuters diawal berdiri fokus pada berita bisnis dengan menyampaikan mengenai kutipan pasar saham antara London dan Paris. 

Akhirnya ia memperluas layanannya ke seluruh pers Inggris, serta pers di koloni Inggris dan negara-negara Eropa lainnya. Reuters memperluas layanannya dan mulai mengirimkan berita umum dan ekonomi dari seluruh dunia. Layanan berita ini akhirnya menjadikan Reuters terkenal. Semakin hari Reuters semakin besar dan kemudian di tahun 1960, Reuters mulai membeli saham Visnews, sebuah agen film berita televisi global. Mereka terus membeli saham Visnews hingga 1992, dan mengganti nama perusahaannya menjadi Reuters Television (RTV). 

RTV menjelma menjadi pemasok terkemuka dunia materi berita internasional untuk televisi, menjangkau 1,5 miliar orang setiap hari dan mengirimkan materi langsung ke pelanggan media melalui satelit atau sistem berbasis terestrial. Layanan RTV adalah layanan berita dan informasi real-time komprehensif tertua yang mencakup berita terhangat di seluruh dunia. Saat ini Saat ini, Reuters memasok produk berita terluas yang diakses oleh setengah juta pengguna dan berada di hampir 60.000 institusi. Itulah sekilas mengenai keberadaan Reuters.

Kembali kepada kasus diawal, sangat menarik sekali tulisan yang disampaikan oleh kantor berita Reuters tersebut. Tentulah dalam penyampaiannya mereka menggunakan beragam data yang telah mereka kumpulkan secara detail. Kantor Berita Reuters tentu juga telah mempertimbangkan matang-matang mengenai setiap berita yang akan mereka angkat. Walupun harus bersinggungan dengan negara tertentu. 

Namun satu hal yang bisa diambil dari kasus ini adalah ini menjadi peringatan bagi pemerintah Indonesia. Artinya hal ini bisa mendatangkan manfaat apabila pihak pemerintah menyikapi hal ini dengan memanggil pihak Reuters dan melakukan diskusi. Bukan justru sebaliknya dengan melakukan bantahan. Mungkin bisa saja pemerintah Indonesia melakukan kesalahan dalam penanganan pandemi Covid-19. Selain itu hal ini bisa menjadi perspektif baru bagi pemerintah untuk meningkatkan kemampuan penanganan pandemi ini. 

Jadi semestinya pemerintah tidak alergi terhadap pemberitaan miring yang disampaikan oleh kantor berita asing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun