Mohon tunggu...
Arif Santoso
Arif Santoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang pemuda yang menyukai sastra dan pendidikan.

Writer, Songwritter, Tutor of Literacy.

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Satu Pandang Literasi yang Agak Membosankan

8 November 2023   18:48 Diperbarui: 11 November 2023   12:46 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Tertidur ketika membaca buku di perpustakaan. (Sumber: Pexels via Pixabay)

"...kegiatan membaca dan menulis ulang apa yang dibaca sebaiknya diajarkan sejak SD supaya terstimulus untuk mengingat pentingnya pengembangan ilmu, tidak hanya dari skripsi, tesis atau disertasi, atau jurnal-jurnal ilmiah."-- Judo Suwidji

Pertanyaan soal literasi secara definitif dan terstruktur, menurutku banyak sekali hal yang mesti digali. Kalaupun literasi disandingkan dengan kesusastraan, apalagi telah terpatenkan seperti itu, maka bagaimana dengan literasi yang lain? 

Apakah tidak relevan atau hanya sebatas pelengkap saja? Semestinya itu yang dibahas sebagai dasar kawula muda yang berperan sebagai pegiat literasi.

Sekilas kajian literasi tidak jauh dari baca-tulis, namun sepanjang yang saya temui beragam poin dari manusia seperti kemampuan berbicara, berbahasa, bersikap dan bersosial terdapat dalam lingkup literasi.

Contoh pertama, mengenai manajemen uang yang penting dibahas tapi tak pernah tuntas di sekolah. Kita sendiri belum mengetahui banyak tentang uang, apalagi disandingkan dengan kemajuan teknologi dan kondisi keuangan negeri ini menurutku cukup kompleks. 

Pasca pandemi menjadi persoalan, uang tidak terputar bahkan terputus dengan adanya iming-iming kosong yang menyengsarakan bahkan membunuh satu sama lain, sampai usaha-usaha tutup lebih rapat dan tidak berani buka lagi.

Hal seperti ini yang tidak terselesaikan di sekolah, makanya banyak ruang kolektif yang mempelajarinya, contoh satu kanal khusus dan media sosial yang banyak sekali membahas keuangan dan manajemennya, namun lagi-lagi tidak laku di pasar muda. Mengapa?

Contoh kedua, perputaran mindset generasi muda yang gila-gilaan teknologi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tren, fear of missing out dan kebutuhan primer. 

Hari ini teknologi menjadi utama, bahkan mengalahkan beberapa primary lainnya yang membuat generasi muda terkena mental health.

Akses informasi berpacu lebih cepat, dengan layanan fitur per menitnya yang tidak terkontrol. Banyak informasi yang masuk justru membuat kita kalang kabut, termasuk informasi yang kurang sesuai dan jauh dari kata membangun. Mengapa hal itu terjadi?

Sumber: https://diannitautami.com/
Sumber: https://diannitautami.com/

Terobosan demi terobosan semakin menggila, bahkan bisa membuat generasi muda ini kebingungan untuk bersosial atau berbicara dengan tepat. 

Misalnya saja, anak muda lebih cerdas dari generasi sebelumnya, sebab informasi lebih lancar masuk ke dunia mereka dan yang jadi kesalahan adalah mengolah, menyaring dan mengembangkan informasi menjadi lebih tepat guna. Perlukah hal itu bagi mereka?

Permainan contoh kasus terakhir adalah beberapa orang menginginkan hal ringan dan instan, tidak ingin ribet, terlalu berpikir bahkan tidak ingin membuatnya sendiri. 

Praktis, mungkin kata itu selalu terdengar oleh kita, tetapi bagaimana jika hal tersebut terkonsumsi oleh banyak orang di Indonesia?

Dampaknya bisa saja kehilangan arah, jatidiri bahkan nilai diri, yang lebih parah adalah membunuh diri sendiri demi menyenangkan orang lain atau mengikuti tren. 

Ini bisa dibilang perlu diwaspadai sebab kesehatan mental hari ini lebih sering terdengar daripada sakit kepala sampai pegal linu. Apa yang sebenarnya terjadi?

Dari sisi tersebut, literasi terlalu hadir sebagai teks yang indah dan mendayu-dayu. Literasi menjadi pelampiasan untuk bersosial dan seringkali dicap sebagai ruang kedua untuk healing dan get something to find an energy. Bagi saya, tidak semudah itu.

Literasi baiknya sebagai pondasi awal pembelajaran untuk hidup, bermanfaat untuk hidup dan selangkah lebih maju untuk keberlangsungan hidup. 

Pertanyaan yang telah tertulis dapat pembaca kembangkan menjadi jawaban tersendiri; and the last question is "What should i do now?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun