Mohon tunggu...
Arif Santoso
Arif Santoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang pemuda yang menyukai sastra dan pendidikan.

Writer, Songwritter, Tutor of Literacy.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hutan Jangan Marah

19 Juni 2019   01:07 Diperbarui: 19 Juni 2019   01:18 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maafkan dan maafkan

Saudaraku yang menyakitimu

Aku tahu kau menangis

Aku tahu kau menderita

Senja tak berujung,

mentari berkilau sedetik

Hanya hujan yang menemani

Tenangkanmu siang dan malam

Walau rumput-rumput bernestapa

pohon kecil melipurmu riang

Deru mesin kembali datang

Hancurkan akar hingga mulutmu terbungkam

Apa salahku? Apa pula masalahmu?

Hanya segelintir recehan yang kau rengkuh

Hingga berani melukai, merobek dan menzalimi duniamu

Untuk apa kita menjadi manusia?

Untuk apa dihadirkannya surga?

Jika surga di matamu kau habisi

Surga di hati kau buang tak bertepi

Sunyi dan sepi

Itulah yang kau rasa

Hangus berbau arang

Merintih dan menjerit

Sakit... Sakit... 

Tuhan menghendakimu

Biarlah Tuhan yang berkehendak

Kehendak-Nya adalah cinta-Nya

padamu Dia berkata

"Hiduplah abadi, makhluk-Ku."

Hutan jangan marah,

tangismu menenggelamkan mereka

Bara emosimu membakar mereka

Kasihilah, biar Tuhan saja yang menghakimi

Karawang, 19 Juni 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun