Mohon tunggu...
Prawiro Sudirjo
Prawiro Sudirjo Mohon Tunggu... -

Technical Teacher of SMK Citra Mutiara. Smart, energetic, blog lover

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengky Priyocahyono > Majapahit (Wilwatikta) The Country of Chao-wa (Bagian dari catatan Ma Huan-YING-YAI SHENG-LAN) ‘The Overall Survey of The Ocean's Shores

13 Juni 2013   20:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:04 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dari Tuban, setelah perjalanan menuju ke timur sekitar setengah hari, tercapailah sebuah tempat yang bernama desa baru{?}, yang disebut orang asing sebagai Ko-erh-his (Gresik). Aslinya adalah sebuah wilayah gosong karang (sandbanks), dan karena orang2 dari pusat negeri datang dan membangun tempat ini. Oleh karena itu disebut ‘desa baru’, hingga sekarang dipimpin oleh seorang dari (propinsi) Kuang Tung. Ada lebih dari seribu keluarga disini. Orang asing dari segala penjuru dalam jumlah besar datang untuk berdagang. Emas, segala macam jenis batuan mineral, dan segala macam barang dari luar negeri dijual dalam jumlah besar. Masyarakatnya sangat makmur.

Dari ‘desa baru’ (Gresik) , setelah perjalanan sejauh 20 li (sekitar 7 mil) kearah selatan, kapal mencapai Su-lu-ma-I, yang disebut orang asing sebagai Su-erh-pa-ya (Surabaya). Muaranya berair tawar. Kapal besar sulit untuk masuk, sehingga kapal2 kecil digunakan,untuk­ menyusuri sejauh 20 li (7 mil), hingga tiba disebuah wilayah yang diatur oleh penguasa, dihuni lebih dari ribuan keluarga asing; dan diantaranya juga dari pusat negeri.

Di muara adalah sebuah pulau dengan hutan lebat yang dihuni oleh ribuan monyet ekor panjang. Seekor monyet jantan berwarna hitam sebagai pemimpinnya. Adalah seorang wanita yang tak mempunyai anak, mempersiapkan sesaji berupa anggur (tuak), nasi, buah buahan dan kue2, dan memohon berkah pada momyet tua tsb. Jika sang monyet senang, pertama memakan beberapa sesaji tsb, dan membuatmonyet2 lainnya berebut makan sisa sesaji itu, sampai selesai makan. Kemudian dua monyet berpasangan akan mendekat, itu sebagai pertanda. Perempuan tsb pulang dan hamil. Tapi bila monyet yang menghampiri tidak berpasangan, maka pertanda wanita tersebuta tidak akan mempunyai anak. Ini sangat luar biasa.

Dari Su-erh-pa-ya kapal kecil berlayar sekitar 70 atau 80 li menuju pelabuhan bernama Chang-ku (Changgu, Changkir), berlabuh dan setelah berjalan satu setengah hari kearah barat daya sampailah ke Man-che-po-I, tempat dimana sang raja tinggal. Tempat ini ada sekitar 200 atau 300 keluarga asing, dengan 7 atau 8 pemimpin
untuk melayani raja. Iklimnya terus menerus panas, seperti musim panas (sumer).

Beras dipanen 2 kali dalam setahun, dan bulirnya kecil. Mereka juga memanen wijen putih dan lentils (sejeniskacang2­an). Tidak ada gandum atau terigu. Tanah ini menghasilkan kayu sapan (sapan wood, berguna untuk pengobatan dan pewarna merah, yang merupakan komoditi utama pada abad 17), berlian, kayu cendana, dupa, cabe puyang, chantarides (sebangsa kumbang berwarna hijau untuk pengobatan), baja, kura2, cangkang kura2, burung2 aneh (langka) seperti kakatua besar (sebesar induk ayam), burung betet merah & hijau, betet lima warna, (semuanya bisa menirukan suara manusia), juga guinea fowl (sebangsaburung­ kiwi), ‘burung tergantung terbalik’, merpati lima warna, merak, ‘burung pohon pinang’, pearl birds, dan merpati hijau.

Binatang2 buas yang aneh: ada kijang putih, monyet putih, dan berbagai hewan yang lain. Babi, kambing, lembu, kuda,unggas, dan bebek ada semua, tapi keledai dan angsa tidak dijumpai.

Untuk buah buahan, ada segala jenis pisang, kelapa, tebu, delima, bibit lotus, mang-chi-shi (manggis), semangka dan lang ch’a (langsat/­langsep). Mang-chi-shi mirip2 delima, kulit dalamnya serupa jeruk, mempunyai empat bungkah daging buah berwarna putih, dan rasanya asam manis dan sangat lezat. Buah Lang-ch’a mirip Loquat (?), tapi lebih besar, didalamnya berisi tiga gumpal daging buah berwarna putih, dan rasanya manis asam. Tebu mempunyai batang yang putih, besar dan kesat, dengan akar mencapai 3 chang (30 kaki 7 inchi). Sebagai tambahan, semua jenis labu dan sayuran ada, hanya kekurangan buah persik, prem dan bawang prei.

Penduduk negeri tidak mempunyai tempat tidur atau kursi untuk duduk, dan untuk makan mereka tidak menggunakan sendok ataupun supit. Laki2 dan wanita memakan sirih pinang dengan mencampurnya, kapur sirih, terbuat dari cangkang kijing remis. Dan mulut mereka tak pernah tidak mengunyah campuran ini.
Pada saat waktunya makan nasi, pertama mereka meraup air dan merendam sirih dari mulut mereka, kemudian mencuci bersih kedua tangan dan duduk membuat lingkaran; mendapatkan sepiring nasi yang dibasahi mentega(?) dan kuah daging,dan memakannya menggunakan tangan untuk mengangkat nasi dan mengarahkannya kemulut. Jika haus, mereka minum air. Ketika menerima tamu, mereka menjamu tamu tsb, bukan dengan teh, tapi hanya dengan sirih pinang.

Negeri (jawa) ini terdiri dari tiga kelas penduduk. Salah satunya adalah orang2 muslim.Orang2 ini berasal dari kerajaan sebelah barat Nusantara, yang ber-imigrasi sebagai pedagang; (dan) dalam hal pakaian dan makanan mereka pantas dan bersih.

Kelas yang lain adalah orang2 cina (dari dinasti T'ang). Mereka berasal dari propinsi Kuang tung, dan dari Chang (chou) dan Ch'uan (chou) dan tempat2 lainnya yang pergi (melarikan diri) dari sana dan tinggal di negeri ini. Makanan mereka bersih juga (dan) sebagian dari orang2 Cina ini memeluk agama Islam, bertobat dan berpuasa.

Sisanya adalah pribumi (jawa), mereka sangat jelek dan mukanya aneh, rambutnya kusut tak bersisir, bertelanjang kaki, pemuja setan. Negeri ini ada diantara negeri iblis seperti yang disebut dalam buku2 budha. Makanan orang2 ini sangat kotor dan buruk, seperti ular, semut, dan segala serangga serta ulat, yang dimatangkan (sedikit) dengan dipanggang dan kemudian dimakan. Anjing2 yang mereka pelihara makan dari tempat makan yang sama dg mereka, dan tidur dg mereka pada malam hari, (dan) mereka tidak merasa jijik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun