Dua minggu setelah pertemuan Joko Widodo, presiden terpilih RI periode 2019-2024, dengan pesaingnya Prabowo Subianto, kemudian masyarakat Indonesia dikejutkan dengan adanya pertemuan antara Prabowo Subianto dengan Presiden RI ke-5, Megawati Soekarno Putri, yang juga sebagai ketua umum salah partai pendukung Joko Widodo.
Pertemuan kedua tokoh, dan juga ketua umum partai terbesar di Negeri ini, membuka ruang bagi masyarakat untuk menafsirkam, apa makna pertemuan itu? Tentu saja hal ini berkaitan dengan isu pilpres yang sudah berlangsung dengan kemenangan "pihak" Megawati.Â
Begitulah politik, sudah menjadi rahasia umum bahwa lawan dan kawan kapan saja bisa berubah. Â Sedikit memori yang terlintas ketika melihat pertemuan Probowo-Megawati pada 24 Juli 2019, di kediaman Megawati, Jl Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat.
Sekitar 10 tahun yang lalu, Megawati-Prabowo adalah salah satu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.  Di Tahun 2012, partai yang dipimpin oleh  Megawati dan Prabowo masih berkerja sama dalam pemilihan gubernur DKI. Namun, di pemilihan presiden 2014, partai Gerindra yang dipimpin Prabowo dan PDI-P yang dipimpim Megawati telah bersaing mendukung calon presiden yang diusung oleh kedua partai. Â
Dan Persaingan itu kembali "memanas" di tahun 2019, masih dengan konsep yang hampir sama, bersaing untuk mendukung calon presiden yang diusung oleh  partai masing-masing. Dalam persaingan pemilihan presiden  itu, Prabowo dua kali menjadi calon presiden yang diusung oleh partai yang dipimpin oleh Prabowo sendiri dan juga partai pendukung lainnya.
Saat ini, Gerindra dan PDI-P adalah dua partai terkuat. Jika dilihat dari hasil pemilu 2019 untuk perolehan kursi di DPR. Â Dan kedua partai ini masih dipimpim oleh Prabowo dan Megawati. Â Jadi, tidak salah jika pertemuan Megawati yang perannya sudah seperti "dibelakang layar" dalam perpolitikan sekarang ini dengan Prabowo, mengundang perhatian banyak pihak. Dan tidak sedikit juga yang menafsirkan makna pertemuan yang popular dengan "Politik Nasi Goreng ala Megawati" itu.
Jika mengundang berbagai tafsiran, lalu tafsiran apa yang bisa dimaknai dari pertemuan itu?
Dalam tulisan ini, penulis mencoba menilik dari sisi edukasi. Apakah makna edukatif yang tersirat dalam pertemuan yang bernuansa Nasi Goreng itu?. Tentu saja, menurut penulis ada makna dari sisi edukasi  yang bisa dipetik, terutama bagi pendukung  kedua calon presiden pada pemuli lalu.
Rukun Kembali Pasca Pemilihan
Dalam berbagai bentuk pemilihan suatu kepala atau pemimpin, sering memicu adanya perpecahan di  kalangan pendukung. Ironisnya berujung pada permusuhan hingga waktu yang cukup lama. Dan perbedaan dukungan dalam pemilihan bisa jadi pemicu perdebatan dalam bidang yang lain. Kerukunan pun bisa saja tidak terjaga.
Di daerah-daerah kasus seperti ini sering terjadi. Bahkan di tengah masyarakat desa yang dicap lebih memiliki jiwa sosial. Kasus perpecahan akibat pemilihan kepala desa (kades) sudah sering terjadi. Karena  si X tidak mendukung keluarga si Y, yang jadi calon kades, bisa saja tidak lagi saling bertegur sapa,  karena keluarga si Y tadi misalnya kalah. Padahal sebelumnya mereka adalah tetanggaan yang cukup akrab.