Lagi masa tenang pilpres. Sambil-sambil minum jus Pisang pake Es lebih banyak untuk memastikan kandidat yang akan dipilih nanti. Pastinya tidak sampai seantusias tante Shinzui lah, hingga berjalan di atas kabel listrik dan merenung di bawah gorong-gorong. Hehe..
Si Abang mencoba bersemi kembali dengan isu remaja, sebagai generasi penerus bangsa ini. Ya, kasus yang menimpa adek manis kita, Audrey.
Fakta-fakta baru terkait kasus penganiayaan Audrey, siswa SMP di Pontianak, Kalimantan Barat, mulai mencuat satu per satu.
Pemberitaan yang muncul di media sosial beberapa waktu lalu ini adalah tidak semua sesuai fakta. Berdasarkan data penyidikan oleh pihak yang berwajib ternyata tidak benar kasus ini berkenaan dengan pelecehan seksual oleh pelaku terhadap Audrey.Â
Tentu saja, poin "pelecehan seksual" ini adalah yang paling utama membuat pemberitaannya menjadi viral di media sosial.
Fakta lain juga terkuak bahwa pelaku yang sebenarnya adalah tiga orang siswi SMA, bukan 12 orang.
Terlepas dari simpang-siur berita-berita yang sudah tersebar. Fakta utamanya adalah bahwa benar tiga orang siswi SMA tersebut telah melakukan tindakan penganiayaan terhadap Audrey. Â Sehingga ia pun harus dirawat di rumah sakit.
Kasus penganiayaan oleh anak di bawah umur ini, tidak serta merta menjadi kasus yang dianggap biasa saja. Namun adalah kasus yang sangat serius dan penyelesasian masalahnya harus benar-benar optimal.
Mengapa Audrey dianiaya, Â apa akar permaslahanya?
Kasus penganiayaan terhadap Audrey  adalah akibat kenakalan remaja yang masih saja terjadi di dunia remaja kita.
Penganiayaan ini tidak benar berawal masalah asmara seperti yang dikabarkan sebelumnya. Namun dipicu oleh rasa dendam dan kesal terhadap korban, berdasarkan tribunews.com pada 12 april 2019.
Rasa dendam dan kesal ini disebabkan oleh adanya interaksi sosial yang tidak baik di antara mereka. Sehingga Abang mengasumsikan bahwa sebelum peristiwa penganiayaan, pelaku dan korban adalah orang yang sudah saling kenal. Dan mungkin saja adalah rekan dalam sebuah komunitas, teman bermain dan atapun ruang lingkup lain yang membuat mereka bisa saling berkomunikasi. Dan  mungkin saja mereka ini adalah teman baik sebelumnya. Â
Dari pengakuan pelaku bahwa korban suka menyindir-nyindir. Dan juga menyinggung perasaan salah satu pelaku terkait keluarganya.
Terlepas dari siapa yang memulai permasalahan di antara anak-anak di bawah umur ini. Â Bahwa akar permasalahan yang dapat ditengarai dari fakta-fakta yang terungkap adalah adanya interaksi yang kurang baik di antara gadis-gadis manis ini. Penggunaan bahasa-bahasa yang kurang tepat dalam bertegur-sapa dengan orang lain.
Sehingga berujung pada emosi. Dan melakukan tindakan fisik berupa penganiayaan sebagai upaya pelaku untuk menyelesaikan masalah "dendam dan rasa kesal" tersebut.
Tentu saja tindakan penganiayaan yang dilakukan oleh para pelaku sudah diluar batas keberanian remaja pada umumnya. Â
Jika belum dikatakan sebagai psikopat, tapi mungkin saja sudah mengarah kesana. Melukai orang lain sampai masuk rumah sakit sebagai balasan komunikasi yang menyinggung perasaan. Poin ini menjadi sesuatu yang menarik perhatian. Â Jadi harus menjadi pelajaran bagi setiap orang untuk mencegahnya.
Walaupun disisi lain ini adalah gambaran tingkat kedewasaan mereka. Â Sebagaimana anak yang masih di bawah umur. Â Namun tetap saja tindakan yang melanggar hukum, kriminal dan di luar kewajaran.
Yang sebagaimana biasanya bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Â Namun pada kasus ini sudah diluar batas tersebut. Â Jalur hukum, menjadi alternatifnya. Dan oleh sebab itulah perlu urgensi solusi untuk kasus ini.
Lalu, solusinya
Tindakan kenakalan remaja sudah sering terjadi di berbagai sekolah ataupun lingkungan di luar sekolah. Oleh sebab itulah Bimbingan Konseling (BK) dihadirkan di sekolah. Dan tidak jarang daftar kasus terkait kenakalan tersebut mencapai puluhan hingga ratusan per-semesternya.
Bimbingan Konseling, salah satu tujuannya adalah untuk mencegah atau membatasi tingkat perbuatan siswa yang mengarah kepada tidak seharusnya. Seperti halnya tindakan penganiayaan yang dilakukan terhadap Audrey ini.
Oleh sebab itu perlu upaya yang sinergis dari berbagai pihak untuk memutus mata rantai kenakalan remaja ini.
1. Keluarga.
Dimulai dari keluarga (orangtua). Diakhiri juga di keluarga. Begitulah perjalanan keseharian seorang anak remaja. Oleh sebab itu, memastikan kondisi anak pada awal dan akhir dalam keadaan baik adalah keharusan yang tidak boleh diduakan oleh keluarga.Â
Keluarga  pemilik peran utama dalam mencegah kenakalan anak. Perlu perhatian lebih dari keluarga terhadap kondisi mental anak.
Jangan seperti, kisah anak ini. Ada seorang siswi, di tempat Abang dulu mengajar. Siswi yang sangat ramah. Berdasarkan informasi, konon katanya ia berbeda dari saudari-saudarinya yang lain. Maksudnya ia tidak ataupun setara kecantikannya dengan saudari-saudarinya itu. Sehingga, Â mereka tidak mau satu sekolah dengan si gadis yang juga kurang dari sisi akademik ini. Si anak ini seperti mengalami tindakan "diskriminatif" dari saudari-saudari kandungya tersebut. Â
Dan konon pun katanya, si anak yang sudah menginjak sekolah menengah atas ini sering dikira orang bukan anggota dari keluarga.  Si Abang  tidak tahu apakah ada faktor "situasi itu" terhadap kondisi intelektualnya.
Tapi yang pasti, ini adalah sebuah contoh kelalaian keluarga dalam perannya  mencegah kenakalan remaja (anak).
Dari keluarga saja mereka sudah dibiarkan melakukan tindakan yang sangat tidak sesuai bagi seorang anak.
2. Sekolah
Berdasarkan pengalaman Abang mengajar. Tidak jarang kita temukan sebetulnya tindakan siswa atau beberapa siswa yang melakukan tindakan "diskriminatif" terhadap seorang siswa yang lain. Baik dalam satu kelas ataupun siswa yang lain.
Misalnya, di sebuah sekolah ini. Berawal dari putusnya hubungan asmara antara seorang siswi A di suatu kelas. Yang kemudian, mantannya tersebut kemudian berpacaran dengan seorang perempuan dari kelas tersebut, siswi B.
Karena siswi A tersebut punya teman yang lebih banyak di kelas. Siswi B pun suka disindir-sindir hampir semua anggota kelas tersebut. Dan membuat seperti batas pertemanan dengan siswi B. Namun, siswi B Â sangat dewasa menanggapi mereka. Dan tidak meresponya dengan balasan yang menaikkan temperatur suasana. Dan berujung pada lelah dengan sendirinya para penyindir itu oleh hempasan sang waktu.
Coba, kalau misalnya. Siswi B yang disindir-sindir tadi menanggapinya dengan respon yang salah. Bisa saja terjadi perdebatan yang lebih panas. Yang menimbulkan emosi yang tidak terkontrol, dan melampiaskannya dengan tindakan fisik, seperti memukul atau menampar.
Namun secara umum kasus-kasus seperti contoh tersebut berakhir di tangan sekolah (guru dan ataupun guru BK). Dan tentu saja sekolah memiliki kapasitas yang sangat mumpuni dalam menangani kasus-kasus seperti itu.
Kapasitas dan potensi SDM di sekolah. Itulah yang menjadi alasan utama bahwa kenakalan remaja sangat erat solusinya dengan pihak sekolah. Seperti hasil-hasil penelitian para ahli terkait penyebab dan solusi kenalan remaja bukan lagi hal yang asing bagi pihak sekolah.
Selama ada manusia di umuran remaja. Maka peluang untuk adanya kasus terkait kenakalan remaja masih akan ada dan bahkan akan lebih banyak. Â Pun oleh bertambahnya faktor yang akan memicunya seperti halnya dunia digital ataupun pola dan gaya hidup yang semakin bebas.
Kesiagaan pihak peyelenggara pendidikan  dalam menambah tenaga ahli menjadi keharusan yang tidak boleh ditawar-tawar.
3. Dan Kita (Lingkungan)
Seorang anak tidak selamanya hanya berada dalam lingkungan keluarga dan sekolah saja. Namun, pasti ada waktunya ia bersama  kita, lingkungan sekitarnya.
Kesadaran bersama akan pentingnya menjadi teladan bagi mereka. Â Menciptakan suasana lingkungan "kedai kopi" kita yang ramah dan santun. Â Terlebih peduli dengan mereka ketika bermain dan kemudian berselisih. Tugas kita menjadi perlu untuk meluruskan.
Sebab, salah satu penyebab kenakalan remaja adalah lingkungan masyarakat (pergaulan negatif dan teman yang jahat).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H