Konsep ekowisata yang erat kaitannya dengan bahasan konservasi dirasa efektif untuk melestarikan, meningkatkan, dan melindungi keanekaragaman hayati serta budaya. Tidak hanya itu, keterlibatan pendidikan mengenai lingkungan akan memperkaya pengalaman, pemahaman, kesadaran, hingga penghargaan yang utuh bagi wisatawan terhadap lingkungan, baik alam, masyarakat, dan budaya setempat melalui interpretasi.
Isu perubahan iklim belakangan ini telah menjadi perhatian penting bagi seluruh dunia. Seperti yang tertuang pada Paris Climate Change Conference, terlahir kesepakatan baru, yakni Paris Agreement atau Persetujuan Paris, yang salah satunya menghasilkan kesepakatan mengenai National Determined Contribution (NDC) yang mengatur dan memproyeksikan potensi penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) (Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, 2017: 2). Alhasil, semua negara wajib berkontribusi dalam penurunan emisi, termasuk melaksanakan, mengkomunikasikan, mitigasi, dan adaptasi yang ditetapkan secara nasional. Di sektor pariwisata Indonesia, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menegaskan komitmennya untuk turut berperan dalam mengatasi isu tersebut melalui pengembangan ekowisata. Wamenparekraf, Angela Tanoesoedibjo, menyampaikan apresiasi dan dukungannya terhadap pengembangan ekowisata Taman Nasional Bali Barat pada Juli yang lalu. Menurut beliau, pengelolaan Taman Nasional Bali Barat dapat menjadi contoh bagi destinasi yang juga tengah mempraktikkan ekowisata. Tidak hanya melulu dari segi layanan premiumnya, tetapi esensinya terletak pada bagaimana konsep ekowisata menjaga keharmonisan dengan segala elemen di sekitar kita. Keberlanjutan lingkungan berarti keberlanjutan bagi pariwisata karena keduanya saling terkait, sehingga ketika kita menjaga alam maka alam akan menjaga kita.
Berbagai fasilitas pariwisata, seperti hotel, restoran, taman hiburan, atau bahkan acara atau pertunjukan seni yang memenuhi kebutuhan wisatawan di tempat tujuan juga menghasilkan banyak sampah, menggunakan banyak energi untuk sistem operasinya (Romeril dalam Adnyana, 2020: 1583). Berkaitan dengan hal tersebut, Kemenparekraf bangun dengan meluncurkan program “Towards Climate Positive Tourism Through Decarbonization And Eco-Tourism” yang berisi tiga hal utama, yakni: (1) peluncuran platform untuk melakukan carbon offset, (2) peluncuran 5 kawasan sebagai pilot project, dan (3) deklarasi Kemenparekraf dalam menurunkan emisi karbon dari sektor pariwisata. Program tersebut diresmikan oleh Menparekraf, Sandiaga Uno, pada Juli, 2022 yang lalu. Program tersebut bertujuan untuk mengembangkan dan menyosialisasikan ekowisata, terkhusus mengajak wisatawan untuk turut berperan serta dalam kegiatan wisata yang berkualitas dan berkelanjutan.
Daftar Pustaka
Adnyana, I. M. (2020). Dampak Green Tourism Bagi Pariwisata Berkelanjutan Pada Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi), 4(3), 1582-1592.
Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. (2017). Buku Strategi Implementasi NDC (Nationally Determined Contribution). Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Erdoğan, N. (2017). Critical Views of Mainstream Approaches on Ecotourism. Journal of Tourism and Gastronomy Studies, 5(1), 20-31.
Fennell, D. A. (2014). Ecotourism. Routledge.
Rahma, A. A. (2020). Potensi Sumber Daya Alam dalam Mengembangkan Sektor Pariwisata di Indonesia. Jurnal Nasional Pariwisata, 12(1), 1-8.
Suryaningsih, Y. (2018). Ekowisata Sebagai Sumber Belajar Biologi dan Strategi untuk Meningkatkan Kepedulian Siswa Terhadap Lingkungan. Bio Educatio, 3(2), 279499.
Daftar Laman
Katadata. (2018). “Jumlah Pulau di Indonesia Menurut Provinsi (2016)”. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/10/16/berapa-jumlah-pulau-di-indonesia. 30 November 2022. 14.44.
Kemenparekraf/Baparekraf. (2022). “Kemenparekraf Menghadirkan Program “Towards Climate Positive Tourism Through Decarbonization And Eco-Tourism””. https://pedulicovid19.kemenparekraf.go.id/kemenparekraf-menghadirkan-program-towards-climate-positive-tourism-through-decarbonization-and-eco-tourism/. 5 Desember 2022. 09.57.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (2015). “Saatnya Kembangkan Potensi Pariwisata Indonesia”. https://www.kominfo.go.id/content/detail/5640/saatnya-kembangkan-potensi-pariwisata-indonesia/0/infografis. 1 Desember 2022. 14.45.
LindungiHutan. (2022). “Degradasi Lingkungan: Pengertian, Penyebab, Dampak, Bentuk dan Cara Mengatasinya (2022)”. https://lindungihutan.com/blog/pengertian-degradasi-lingkungan/. 2 Desember 2022. 1450.
Nurfadila, Y. (2022). “Upaya Kemenparekraf Ikut Atasi Isu Iklim Melalui Ekowisata”. https://travel.detik.com/travel-news/d-6168410/upaya-kemenparekraf-ikut-atasi-isu-iklim-melalui-ekowisata. 4 Desember 2022. 09.53.
PDAI Medan Area University. (2022). “Apart From Indonesia, What Countries Are Included As Archipelagic Countries”. https://bamai.uma.ac.id/2022/09/30/selain-indonesia-negara-apa-saja-yang-termasuk-negara-kepulauan/#:~:text=Tidak%20dimungkiri%2C%20Indonesia%20menjadi%20negara,7.000%20pulau%20yang%20memiliki%20penghuni. 29 November 2022. 14.43.
Wahab, O. H. (2022). “Lewat Ekowisata Kemenparekraf Berkomitmen Turut Atasi Isu Iklim”. https://metro.suara.com/read/2022/07/07/074048/lewat-ekowisata-kemenparekraf-berkomitmen-turut-atasi-isu-iklim. 3 Desember 2022. 19.04.