Mohon tunggu...
Wirda Wulandari
Wirda Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Tanjungpura

Musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Harapan di Balik Kesulitan Penerima Bansos yang Tinggal Pusat Kota

14 April 2024   10:44 Diperbarui: 23 April 2024   14:09 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada siang hari perjalanan kami menemui responden yang tinggal di pusat Kota Pontianak. Kecamatan Pontianak Kota. Kami berkesempatan untuk mewawancarai Ibu Tusiah, seorang ibu rumah tangga yang berumur 68 tahun. Keluarga yang hidup dalam kesulitan namun tetap menyimpan harapan. Mereka adalah penerima bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) kategori lansia sebesar Rp. 600.00 per tiga bulan maka setahunnya mereka mendapat Rp. 2.400.000. Di rumah pribadi milik Ibu Tusiah tinggal bersama suaminya dan 2 anak laki-laki. Dimana anak laki-laki pertamanya sudah menikah dan mempunyai 1 anak laki-laki, sehingga jumlah tanggungan ada 4 orang. Rumah ibu Tusiah dapat dikatakan cukup luas dan layak. Seluruh ruangan dilapisi tembok dengan wc dan kamar mandi yang terpisah.  

 Dulunya Ibu Tusiah adalah seorang tukang jahit baju yang bekerja di rumah. Bu Tusiah juga mencari peluang untuk meningkatkan penghasilan keluarganya. Dengan bermodalkan keterampilan memasaknya dan menjualnya di warung-warung, Namun karena umur yang semakin bertambah dan kesempatan pekerjaan yang terbatas, ibu Tusiah berhenti menjahit dan suaminya menjadi tukang cuci motor sebagai sumber penghasilan utamanya. Tempat bekerja cuci motor pun tak jauh dari rumah mereka sehingga dapat menghemat biaya transportasi. Dari pukul 08.00 suaminya berangkat bekerja menggunakan sepeda motor dan selesai bekerja pukul 22.00. Dengan pendapatan yang tak menentu suami ibu Tusiah hanya mendapat Rp. 50.000 -- Rp 100.000 perhari bahkan terkadang karena tidak ada pelanggan suami ibu Tusiah tidak mendapat sepeser pun. 

Walaupun penghasilannya tidak selalu besar, setidaknya sedikit membantu kebuthuhan sehari-hari mereka. Anak kedua Ibu Tusiah bekerja sebagai tukang ojek online dengan penghasilan yang juga tak tentu sekitar Rp 100.00 -- Rp 200.000 tergantung jumlah orderan. Sedangkan anak ketiganya bekerja sebagai kuli bangunan dan penghasilan yang tidak setiap hari di dapat hanya sekitar Rp. 100.000 -- Rp 200.000 perhari. Jika ditotalkan seluruh pendapatannya hanya sekitar Rp 900.000 perbulan.  Bu Tusiah mengatakan bahwa biasa anak-anaknya memberikan uang pendapatan yang sudah mereka sisihkan. Ibu Tusiah memiliki riwayat penyakit kolesterol yang sering kambuh. Ketika sakit tersebut kambuh ibu Tursiah akan berobat ke puskesmas menggunakan BPJS. Setidaknya BPJS meringankan beban finansial mereka. Ibu Tursiah hanya bisa mengandalkan anaknya yang sedang tidak bekerja ketika ia sakit. Saat pagi Ibu Tursiah akan meminta bantuan anaknya untuk berbelanja ke warung guna membeli bahan masakan seadanya. 

Meskipun hidup mereka terbatas oleh keterbatasan finansial, Harapan selalu mencoba untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya. Mengingat pengeluaran perbulan yang harus dikeluarkan berkisar Rp 1.000.000 sudah termasuk biaya konsumsi, listrik & PDAM, dan biaya transportasi.   Kondisi kesehatan Ibu Tusiah yang sekarang sudah tidak bisa membantu perekonomian keluarganya hanya bisa mengharapkan suami dan anaknya. Adanya bantuan sosial ini keluarganya dapat sedikit lega dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari umtuk bertahan hidup.

Data yang kami dapatkan berdasarkan hasil observasi dan wawancara narasumber yang dilakukan pada 28 Februari 2024.

DOK. PRI
DOK. PRI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun