Mohon tunggu...
Wira Puspita Sari
Wira Puspita Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Merupakan mahasiswa semester 4 Universitas Muhammadiyah Malang jurusan Hubungan internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Intermestik: Strategi Rusia dalam Menghadapi Sanksi Ekonomi Uni Eropa Melalui Substitusi Impor

20 Juli 2022   22:55 Diperbarui: 20 Juli 2022   23:00 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Konflik Rusia-Ukraina (Foto: Pixabay)

Ketegangan antara Rusia dan Uni Eropa bermula ketika disintegrasi internal terjadi di Ukraina yaitu keputusan Presiden Viktor Yanukovych untuk membatalkan kerja sama dengan Uni Eropa dan memicu aksi demonstrasi pada November 2013 yang menginginkan Presiden Viktor Yanukovych berhenti dari jabatannya beserta pemerintahannya yang memihak sisi Rusia. 

Disintegrasi internal Ukraina juga dipicu oleh faktor geokultur penduduk Ukraina yang terbagi menjadi pro Uni Eropa dan melakukan aksi demonstrasi di Kiev mengatasnamakan seluruh rakyat Ukraina serta pro Rusia di sisi timur Ukraina. 

Kemudian, untuk menjaga Ukraina tetap berada di bawah pengaruhnya, Rusia membatalkan dana bantuan senilai 15 miliar dolar AS yang menyebabkan Ukraina harus membayar hutang untuk gas yang diimpor dari Rusia serta membatalkan diskon 30 persen harga gas yang diimpor Ukraina dan mengancam menaikkan pajak ekspor Ukraina.

Selain itu, ketegangan memuncak ketika Rusia melakukan tindakan aneksasi terhadap semenanjung Krimea diikuti dengan referendum yang dikeluarkan oleh parlemen Krimea pada Maret 2014 yang menghasilkan hampir 97% masyarakat Krimea ingin melepaskan diri dari Ukraina dan berintegrasi dengan Rusia yang memicu pertentangan dari Amerika Serikat, Uni Eropa, dan masyarakat Internasional. 

Uni Eropa menganggap Rusia telah menyebabkan keamanan regional tidak stabil dan tidak menghormati konstitusi Ukraina sehingga secara progresif melakukan beberapa jenis tindakan pembatasan terhadap Rusia sejak maret 2014 berupa sanksi individual, sanksi ekonomi, pembatasan pada media, pembatasan diplomatik, dan pembatasan hubungan ekonomi dengan Krimea dan Sevastopol.

Hal tersebut merupakan tindakan Uni Eropa dalam menanggapi tindakan aneksasi Rusia atas Krimea tahun 2014 dan Invasi serangan militer Rusia terhadap Ukraina pada Februari 2022 dengan tujuan untuk melemahkan kemampuan Kremlin dalam mendanai perang serta menjatuhkan beban biaya ekonomi dan politik pada elit politik Rusia yang bertanggung jawab atas invasi di Ukraina. 

Pemerintah Rusia kemudian menetapkan beberapa tindakan dalam menanggapi sanksi ekonomi UE terlebih adanya hubungan ketergantungan negara-negara anggota Uni Eropa yang cukup besar terhadap energi dan gas yang dimiliki Rusia.

Secara geopolitik, Rusia merupakan pasar terbesar kedua Uni Eropa dan Uni Eropa juga merupakan mitra dagang terbesar Rusia dalam impor produk pangan berupa daging, buah-buahan, dan produk susu. Oleh karena adanya sanksi ekonomi Uni Eropa, hubungan kerjasama di antara keduanya mulai meregang dan saling membatasi satu sama lain terutama dalam sektor perdagangan. 

Sanksi ekonomi Uni Eropa juga menyebabkan kondisi domestik Rusia berubah sehingga mendorong Rusia untuk melakukan sanksi balasan dan meningkatkan produksi dalam negerinya. Setelah Rusia melakukan embargo impor terhadap bahan makanan dari negara-negara pemberi sanksi, Rusia kemudian melakukan Self-help strategy yaitu Substitusi Impor untuk menciptakan kemandirian ekonomi Rusia.

Subtitusi Impor merupakan salah satu strategi Rusia sebagai langkah jangka panjang Rusia untuk mengurangi impor dari Uni Eropa dengan memajukan industri dalam negeri dimana produk-produk dalam negeri harus bisa menggantikan produk-produk impor. 

Strategi ini juga menjadi langkah kemandirian ekonomi Rusia karena ketergantungannya pada impor sektor pangan dari negara anggota Uni Eropa sehingga besar kemungkinannya bagi Rusia untuk mengurangi kerentanan terhadap tekanan politik negara-negara yang tak ramah menurut Rusia.

Kemudian, pada tahun 2016, Presiden Vladimir Putin mengambil langkah sanksi balasan dengan melarang impor produk pangan berupa daging dan produk daging, susu dan produk susu, ikan dan produk ikan, buah-buahan dan sayur, serta garam. 

Meskipun, secara jangka pendek, larangan tersebut menyebabkan ketidakstabilan pasar domestik Rusia namun secara jangka panjang pemberlakuan substitusi impor dapat menciptakan resistensi dan kemandirian ekonomi Rusia karena telah mengurangi ketergantungan impor dari Uni Eropa dan meningkatkan daya saing perdagangan Rusia. 

Hal tersebut dapat dilihat dari tahun 2014 hingga kini dimana Rusia bersama perusahaan sektor produk pangan di Rusia telah mengalami peningkatan produksi diikuti dengan keberhasilan Rusia dalam mengurangi impor daging dari negara anggota Uni Eropa.  Selain itu, Substitusi impor yang diberlakukan Rusia juga berdampak pada pertumbuhan swasembada, pengurangan pangsa impor, dan penambahan lapangan kerja.

Dapat disimpulkan bahwa Rusia memiliki cukup power dalam menghadapi tekanan atau sanksi-sanksi yang diberikan oleh negara-negara barat terhadap Rusia dimana sanksi yang berlangsung bertahun-tahun dapat menciptakan resistensi suatu negara.

Selain itu, dalam menghadapi sanksi ekonomi Uni Eropa, Rusia juga memberlakukan sanksi ekonomi balasan dimana Rusia mewajibkan penggunaan Rubel dalam transaksi gas serta peralihan pasar menuju Asia dengan menawarkan diskon minyak Rusia yang tujuan utamanya China. 

Tak hanya itu, Rusia juga memiliki peranan besar dalam harga minyak dan gas dunia yang telah dirasakan oleh seluruh masyarakat dunia seperti tingginya ancaman resesi global atau krisis ekonomi global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun