Mohon tunggu...
Wira Anoraga
Wira Anoraga Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Mahasiswa Paska Sarjana Kajian Stratejik Intelijen Univerrsitas Indonesia | Website: IndonesianDaily.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menyongsong HUT TNI ke 70

27 September 2015   14:27 Diperbarui: 27 September 2015   21:42 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Global Fire Power menggunakan 50 indikator utama dalam mengindeks kapabilitas militer satu negara. Indikator tersebut terbagi kedalam 7 kategori pokok yakni: man power (total populasi, jumlah personil aktif, personil cadangan dll), sistem pertahanan darat (alutsista), sistem pertahanan laut (alutsista), sistem pertahanan udara (alutsista), sumber daya minyak (konsumsi, produksi dan cadangan minyak), logistik, makro ekonomi (anggaran belanja militer, hutang luar negeri, cadangan devisa dan PPP) hingga kondisi geografis. 

Prestasi pasukan elit khusus TNI di kancah intrnasional pun tak bisa dianggap remeh. Terakhir kompetisi menembak AASAM yang berlangsung di Victoria, Australia Mei lalu, Indonesia yang diwakili TNI AD (Kopassus dan Kostrad) menjadi juara setelah memboyong 30 dari 50 medali emas yang diperebutkan. Ini merupakan kemenangan ke 8 TNI di event tahunan Asia Pasifik tersebut. Discovery Channel Military Edition 2008 bahkan sempat menempatkan Kopassus di rangking ketiga pasukan elite terbaik dunia dibawah SAS Inggris dan Mossad Israel.

Capaian yang tak kalah gemilang juga di raih TNI AL, melalui Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) dan Komando Pasukan Katak (Kopaska), satuan pasukan elit spesialis misi bawah air ini menorehkan prestasi melalui berbagai kegiatan kemanusiaan, SAR, survey bawah laut hingga pelibatan aktif dalam kegiatan Peace Keeping Operation PBB. Belum lagi kontribusi kedua satuan elit tersebut bersama Batalyon Intai Amfibi (Taifib) dan Basarnas Special Group (BSG) dalam misi pencarian jenazah dan bangkai pesawat Air Asia di Selat Karimata Januari lalu. Kehandalan pasukan elit TNI AL ini pun diakui oleh dunia internasional hingga US Navy Seals menghadiahkan penghormatan Brevet Trident  sebagai bentuk pengakuan terhadap kemampuan tempur pasukan elit TNI AL ini.

Di udara, TNI AU pun dalam 5 tahun terakhir telah menjalankan tugasnya dalam mencegat dan menghalau pesawat asing yang melintas tanpa ijin di wilayah NKRI. Tahun 2011 misalnya aksi dua Sukhoi RI berhasil mendaratkan pesawat Pakistan jenis Boeing 737-300 yang membawa 49 personil militer pakistan yang terbang tanpa ijin di makasar Sulsel. Di tahun yang sama dua pesawat Sukhoi RI berhasil mencegat pesawat Papua Nugini jenis Falcon 900 yang terbang tanpa ijin di Balikpapan Kalimantan Timur, meski akhirnya dilepaskan karena membawa wakil presiden Papua Nugini Belden Namah. Masih di tahun yang sama TNI AU berhasil menurunkan pesawat Amerika Boeing C-17 Globemster III di Pekanbaru Riau.

Tahun 2012, dua Sukhoi Su-27 dan Su-35 kembali berhasil mendaratkan pesawat Cessna 208 milik AS saat menorobos batas wilayah RI di Balikpapan Kalimantan Timur. Tahun 2013, lagi-lagi pesawat TNI AU berhasil mendaratkan pesawat militer AS jenis Dornier 328 terbang tanpa ijin di Lhokseumawe, Aceh. Masih di tahun 2013, tiga pesawat F-16 TNI AU menunjukkan kewibawaanya saat berani melakukan duel dengan 5 jet tempur F/A-18 AS saat menerobos wilayah udara RI di Bawean Jawa Timur. Ketegangan berakhir saat kelima jet tempur AS kembali ke kapal induk mereka.

Tahun 2014 lalu, TNI AU kembali mencegat dan memaksa turun pesawat asing pribadi Asing tipe Gulfsteam IV yang menerobos wilayah RI di Kupang. Masih di tahun yang sama dua sukhoi Su-27/30MKI berhasil memaksa turun pesawat sipil Singapura Beechcraft 9L di Pontianak. Dan terakhir oktober 2014 lalu, TNI AU  mendaratkan pesawat asing Australia jenis BV 95 Beechcraft yang terbang tanpa ijin di Manado, Sulawesi Utara.

Berbagai capaian tersebut membuktikan ketiga matra baik darat, laut dan udara hingga hari ini masih terus bekerja keras melindungi kedaulatan NKRI sembari membawa nama harum Indonesia di level internasional.

Kritik dan Persoalan

Berbicara pembangunan kekuatan dan kemampuan TNI yang ideal memang dibutuhkan komitmen politik dan kesabaran yang tinggi. Misalnya, secara realistis  renstra tahap I sifatnya adalah untuk membentuk militer yang bersifat self defence yakni berperang di wilayah sendiri untuk mengusir aggressor. Jadi menurut renstra tersebut kita belum memiliki kemampuan untuk melakukan penyerangan ke negara lain. Karena jika kita berpedoman pada renstra, maka kemampuan minimum TNI baru akan terwujud pada tahun 2024.

Lalu kritik pada urusan anggaran. Sebenarnya alokasi anggaran pertahanan tahun 2015 telah jauh meningkat dibanding tahun 2009 yang hanya sebesar Rp.33 Triliun. Saat ini  anggaran belanja militer yang tertuang dalam APBN 2015 sudah mencapai 101 triliun. Namun masalahnya dari dana sebesar itu, hanya sekitar 30-40 persen yang dialokasikan untuk belanja alutsista.  Itulah sebab mengapa modernisasi alutsista TNI selama ini berjalan lamban, karena faktanya hingga penghujung tahun 2014 lalu, TNI telah mengoperasikan sekitar 160 jenis alutsista namun 52 persen dari jumlah itu sudah berusia 30 tahun.

Mengatasi masalah tersebut, rencana yang patut dicermati adalah langkah pemerintah dalam merombak sistem pengadaan alutsista yang diikuti peningkatan anggaran TNI hingga 120 triliun pada RAPBN 2016. Entah yang dimaksud adalah menambah anggaran menjadi total 120 triliun pada 2016 atau dana tahun 2015 ditambah 120 triliun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun