Mohon tunggu...
Aditya Wiralaksana Putra
Aditya Wiralaksana Putra Mohon Tunggu... -

all changes come from simple thoughts...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Seoul, Infinitely Yours (recalling IKYEP)

29 Desember 2011   10:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:36 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari pertama di Korea, Kami tiba di Incheon International Airport pada pukul 08.25 am waktu Seoul dengan Garuda Indonesia, GA 878. Kami langsung menjalani program pertama kami sesampainya kami tiba di hotel. Hotel tempat kami menginap bernama Lexington Hotel yang terletak di Yeouido, Seoul. Kami diberi penjelasan tentang keseluruhan rangkaian acara dengan baik. Pada pukul 02.00 pm, kami meninggalkan hotel dan pergi ke Kedutaan Besar Republik Indonesia. Secara garis besar program selama di Korea kami banyak melakukan kunjungan dengan aktivitas yang berbeda di tiap kunjungan.

# hari 1

Kedutaan Besar Republik Indonesia, di kedutaan, kami disambut oleh Ibu Asri dan Pak Ahmad, salah satu staf kedutaan yang bertugas untuk melakukan diskusi dengan kami. Namun, kedatangan kami bersamaan dengan persiapan para staf kedutaan untuk menyambut Konferensi Tingkat Tinggi G20 yang akan berlangsung dari tanggal 11 – 12 November 2010 di Seoul. Kami tidak dapat bertemu dengan Bapak Duta Besar secara langsung dan melakukan dialog bersamanya.

Gangnam District Office, di tempat ini, kami belajar tentang korea mulai dari sejarah, pemerintahan, kebudayaan, hingga makanan. Kami sempat mencoba mengenakan Hanbok, baju tradisional korea serta mencicipi makanan asli Korea untuk pertama kalinya.

# hari 2

Ministry of Gender Equality and Family, melakukan diskusi tentang hubungan diplomatik kedua Negara dan peranan pemuda di masing-masing Negara. Dalam kegiatanCourtesy Call kedua kami ini, kami melakukan diskusi dengan staf dari kementerian tentang bagaimana peranan pertukaran pemuda beserta kegiatan kepemudaan di masing-masing Negara sampai pada peluang kerjasama yang mungkin dapat dilakukan oleh kedua belah pihak.

Seoul Youth Media Center,merupakan pusat kegiatan media pemuda-pemuda korea. Pembuatan film, kampanye iklan, broadcasting, dan lain sebagainya dilakukan di tempat ini. Kami berkesempatan untuk berdiskusi dengan staf dan pengelola pusat media ini dan juga kami diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan broadcasting. Menariknya tempat ini disediakan gratis bagi para pemuda Korea yang ingin belajar dan mengasah krativitas. Pemerintah dan swasta lokal yang memfasilitasi tempat tersebut.

Namdaemoon Market, adalah pasar tradisional besar di Seoul, Korea Selatan. Pasar ini terletak di sebelah Namdaemun "Great South Gate" yang merupakan gerbang utama menuju selatan kota tua. Pasar Namdaemun adalah salah satu pasar tertua di Korea Selatan, dan salah satu pasar ritel terbesar di Seoul.

# hari 3

Sindong Elementary School, merupakan salah satu sekolah dasar yang ada di seoul. Di sekolah tersebut kami berkesempatan untuk memberikan gambaran tentang Indonesia dan beragam budaya yang kita miliki. Kami di bagi menjadi tiga kelompok untuk melakukan presentasi dan penampilan kebudayaan selama kurang lebih 2 jam di tiga kelas yang berbeda. Kelompok yang bersama saya dalah Vivi, perwakilan dari provinsi Riau dan Anggun, Perwakilan dari provinsi Lampung. Kami mengenalkan tentang baju adat masing-masing daerah kami, dan mengajarkan beberapa tarian daerah. Seluruh siswa bersikap sangat antusias sehingga memacu semangat kami untuk mengajarkan lebih. Kami mengajarkan sedikit gerakan tari Saman dari Aceh secara sederhana dan siswa-siswa tersebut mengikutinya dengan lincah.

Homestay di Go yang City, saya tinggal di satu keluarga lokal Korea bersama teman delegasi yaitu Achmad dan Awaludin, keduanya dari Provinsi Jawa Barat. Kami tinggal selama dua hari satu malam. Orang tua angkat kami di Korea berkerja di Metro Seoul, sebuah badan usaha pengelola transportasi. Sedangkan istrinya adalah ibu rumah tangga. Mereka memiliki dua orang putra dan kami cepat akrab dengan mereka meskipun sedikit terkendala bahasa. Pengalaman yang sangat berharga bisa memahami kihidupan sehari-hari masyarakat Korea. Keluarga angkat saya tinggal di apartemen sehingga gaya hidupnya sudah modern. Disana kami delegasi Indonesia menceritakan pula sekilas tentang Indonesia dan mengenalkan latar belakang keluarga kita masing-masing dengan menunjukkan foto keluarga asli kita kepada mereka. Selama Homestay orang tua angkat kami sangat baik, beliau mengajak kami ke tempat-tempat menarik di Korea antarannya; Wine Festival, Lake Park, dan Seoul World cup Stadium. Sungguh pengalaman yang sangat berhraga bagi saya, Achmad dan Awaludin.

# hari 4

Perpisahan Homestay, Kami pun mengakhiri kegiatan homestay dengan berfoto bersama dimeeting point yang telah ditentukan pada pukul 05.00 pm.

MISO Performance, menyaksikan pertunjukkan MISO di Teater Jeondong. Miso adalah cerita tentang kecemburua Byeon Hakdo terhadap Chunhyang dan Monryong, Kisah dari dua kekasih, merupakan cerita rakyat Korea. Selama 13 tahun terakhir, Miso telah menarik total sekitar 550.000 orang pengunjung. Pertunjukan yang telah diterima dengan baik terutama di kalangan penggemar internasional. Pertunjukkan tradisional tersebut memadukan seni suara, seni gerak, seni tari dan seni peran dalam sebuah panggung yang tidak terlalu besar namun dibuat sedemikian rupa dengan tata panggung yang klasik dibantu dengan peraatan modern yang menunjang penampilan tersebut membuat pertunjukkan tersebut sangat luar biasa. Pelajaran lain yang kami dapatkan dari pertunjukkan ini ialah bahwa melestarikan kebudayaan tradisional berupa seni gerak, seni suara, seni tari, dan seni peran dapat dikombinasikan dan hidup selaras dengan kemajuan teknologi.

# hari 5

Jadwal hari ini dimulai siang hari untuk member kami kesempatan beristirahat setelah melakukan Homestay. Dimulai dengan makan siang dengan beberapa orang teman korea yang akan melakukan kunjungan ke Indonesia di Daerah Myeongdong di pusat kota Seoul. Setelah makan siang selesai, kami berkunjung ke Gyeongbokgung Palace.

Gyeongbokgung Palace, adalah sebuahistana kerajaan yang terletak di utara Seoul, KoreaSelatan. Pertama dibangun pada 1394 dan direkonstruksi pada 1867, itu adalah istana utama dan terbesar dari Lima Grand Istana yang dibangun oleh Dinasti Joseon. Gyeongbukgung memiliki arti ‘istana yang diberkati oleh surga‘. Gyeongbokgung diciptakan oleh menteri berpengaruh bernama Jeong Dojeon. Gyeongbokgung terusmenerus diperluas pada masa pemerintahan Raja Taejong dan Raja Sejong Agung , namun sebagian besar istana dibakar habis selama invasi Jepang ke Korea (1592-1598). Hingga Kini Istana tersebut masih mampu tetap berdiri kokoh, terawat dan menjadi pusat pariwisata di tengah-tengah kota metropolitan Seoul. Tidak habis-habis mata ini dimanjakan oleh keindahan tempat ini, dengan latar belakang pepohonan yang berwarna kuning kecoklatan, mata ini semakin dimanjakan oleh keindahanGyeongbokgung palace. Selama kurang lebih dua jam, kami diajak berkeliling tempat ini beserta tiga orang peserta pertukaran dari korea. Tidak lupa kami mengunjungi National Folk Museumyang berada satu komplek dengan Gyeongbokgung palace. Di tempat ini, kami melihat perjalanan sejarah bangsa korea. Dalam kunjungan kali ini menjadi sebuah pelajaran bagi kami bahwa sekalipun mengejar modernisasi sebagai sebuah masyarakat yang beradab kita harus sadar untuk merawat peninggalan bersejarah yang diwariskan kepada kita oleh para pendahulu kita.

Cheongwadae Sarangche, Tempat ini merupakan museum yang dikhusukan untuk mempelajari tentang sejarah kepresidenan di Korea Selatan. Di dalam museum ini pula, kami menemukan beberapa benda pemberian (Alm) Presiden Soeharto sebagai pemberian kenegaraan dari Indonesia untuk Korea Selatan. Di samping itu, di dalam museum ini kami disuguhkan berita-berita penting tentang G20 Summit yang akan berlangsung di Seoul.

Seoul Lantern Festival 2010 di daerah Cheonggyeocheon, merupakan sebuah festival lampion dengan berbagai bentuk menarik dan artistik. Diselenggarakan di sebuah sungai kecil di tata rapih ditengah-tengah kota. Festival ini mampu memikat ribuan pengunjung untuk datang dan menikmati baik dari domestic dan luar negeri. Program hari ini diakhiri dengan kunjungan ke festival lampion terbesar di kota Seoul ini. Sekali lagi, kami menyadari bahwa mengejar pembangunan beserta modernisasinya dapat dilakukan selaras dengan menjaga alam. Hasilnya, dapat menghasilkan keuntungan pariwisata dan menghasilkan pemasukan bagi pembangunan bangsa.

# hari 6

Lotte World, sebuah wahana bermain indoor dan outdoor yang dikelola oleh sebuah perusahaan swasta dan menjadi salah satu icon kota Seoul.

Korea Aerospace Research Institute (KARI), Dae Jon City, Kami melihat perkembangan informasi dan teknologi yang sangat luar biasa dari bangsa Korea melalui kunjungan ini. KARI adalah aeronautika dan badan antariksa dari Korea Selatan. Badan ini didirikan pada tahun 1989. Saat ini KARI sedang melaksanakan program pengembangan dan peluncuran KOMPSAT (Korea Multi-purpose Satelit). Program KOMPSAT ini dimulai pada tahun 1995 sebagai ruang investasi besar di Korea. Tujuannya adalah pengembangan ruas angkasa nasional dan segmen tanah untuk observasi bumi bersama dengan infrastruktur yang efisien untuk menyediakan layanan berharga kepada pengguna penginderaan jauh dalam berbagai bidang aplikasi. KARI Korea telah mengembangkan Multi-purpose Satelit (KOMPSAT), satelit Bumi kecil500-kg observasi dengan ketinggian orbit 685 km, bersama dengan TRW Inc dari Amerika Serikat. KOMPSAT diharapkan dapat membantu meningkatkan tingkat ruang teknologi negara untuk menjadikannya salah satu top 10 negara dunia pada tahun 2010. Muatan KOMPSAT termasuk kamera beresolusi tinggi elektro-optik, kamera pengamatan laut, sebuah sensor pengukuran ionosfer dan detektor partikel energi tinggi. Selain mengamankan teknologi untuk membangun satelit, Korea telah membuat upaya untuk membangun kemampuan operasional untuk sistem satelit. Para Elektronik dan Telekomunikasi Research Institute bertanggung jawab untuk pengembangan stasiun kontrol tanah untuk KOMPSAT, berdasarkan pengalaman Lembaga akumulasi dalam pembangunan, pelacakan, pengendalian dan sistem operasi satelit untuk KOREASAT-1 dan -2. Sebuah stasiun control di darat untuk KOMPSAT adalah dalam persiapan akhir untuk operasi pada KARI.

# hari 7

National Youth Center of Korea, memiliki misi untuk memberikan kontribusi terhadap pembentukan kreatifitas dan motivasi bagi pemuda-pemuda di korea melalui pengembangan nasional untuk masyarakat di masa yang akan datang melalui pengembangan karakter dan potensi para pemuda korea, meningkatkan kepedulian sosial, lingkungan, hak asasi manusia, dan partisipasi pemuda di Korea. Fasilitas yang terdapat di National Youth Center of Korea ini sangat memadai. Oleh karena itu, disamping misi-misi yang telah disampaikan di atas, pusat kepemudaan korea ini menjadi dasar penelitian dan pertimbangan di masa mendatang untuk melindungi kaum muda. Kemudian, tempat ini juga menjadi pusat kerjasama dan promosi bagi pemerintah korea untuk bergerak di bidang kepemudaan dengan cakupan nasional dan internasional. Beruntung Kami berkesempatan untuk mencoba fasilitas di National Youth Center of Korea.

Independence Hall of Korea, adalah museum sejarah di Cheonan , Korea Selatan. Dibuka pada tanggal 15 Agustus 1987, ia memiliki fasilitas pameran terbesar di Korea dengan total luas lantai 23.424 m². Museum ini berfokus pada gerakan kemerdekaan dari masa colonial Jepang, namun, ruang pameran pertama, Aula National Heritage, didedikasikan untuk periode mulai dari zaman prasejarah ke Dinasti Joseon. Museum Ini memiliki tujuh ruang pameran indoor dan Lingkaran Visi Theater.

# hari 8

LG CNS (Consulting and Solutions), Di tempat ini, kami lagi-lagi disambut dengan kecanggihan teknologi yang sedang dan sudah dikembangkan oleh korea melalui sebuah perusahaan yang terkenal dan menjadi salah satu icon korea yaitu LG. kami diberikan penjelasan serta pemaparan akan LG. Kami belajar tentang bagaimana LG membantu masyarakat korea dengan teknologinya. LG CNS sendiri bertujuan untuk menjadi tempat konsultasi dan solusi bagi masyarakat korea perihal permasalahan teknologi yang mereka hadapi. Pada 2010 LG CNS Memiliki 9000 karyawan, termasuk kantor luar negeri dan anak perusahaan domestik. Anak perusahaan luar negerinya ada di tujuh negara yaitu, Cina, Jepang, Amerika, India, Indonesia, Eropa, dan Brazil. LG CNS memberikan solusi yang komprehensif dari konsultasi sampai dengan sistem operasional. Melalui teknologi yang mereka kembangkan beserta dengan ilmu pengetahuan yang memadai, LG CNS membuat hidup masyarakat korea lebih percaya diri, futuristik dan membawa hidup masyarakat korea lebih mudah dan efisien.

Seoul TOPIS (Transportation Operation and Information Service), adalah sebuah tempat di mana semua sistem transportasi di Kota Metropolitan Seoul dapat dipadukan ke dalam sebuah sistem yang terintegrasi secara terpadu pada sebuah pusat. Menunjukan dari kantor ini segala detail aktivitas perjalanan kendaraan termonitor jelas dilayar dan koneksi komunikasi antara supir, petugas lapangan, petugas TOPIS dan Seoul Metro sangat baik. kamera pengawas/CCTV yang ada disetiap gerbong subway, sudut-sudut stasiun, halte dan didalam bus, terhubung langsung dengan kantor TOPIS. Seoul TOPIS mengumpulkan berbagai data untuk keperluan lalu lintas, system kartu transportasi, BMS, TBN, Seoul Traditional Construction and Management Administration and Korea Express bahkan hingga kepolisian Kota Metropolitan Seoul. Karena aplikasi metode dan teknologi seperti inilah jumlah tindak pidana pada jalur jalur transportasi kota Seoul relatif sangat rendah.

# hari 9

program kami harus berakhir hari ini dan kembali ke Indonesia dan bersiap-siap untuk melakukan fase kedua dari pertukaran pemuda Indonesia dan Korea selatan ini. Pada pukul 08.30 am, kami tiba di Incheon International Airport. Rasa terima kasih kami, kami sampaikan kepada koordinator lapangan dari Korea Youth Exchange Center yaitu Ms. Park Jiwon atau yang lebih sering kami sapa dengan sebutan Miss Jenny, serta Interpreter kami selama program yaitu Ms. Kim Hyoyung atau yang lebih akrab kami sapa Kim. Mereka tidak hanya berkerja secara professional namun suatu saat mereka mampu menjadi teman baik kita.

Selama perjalanan kurang lebih mencapai 6 jam 50 menit dengan menggunakan maskapai Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 879, akhirnya kami tiba di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta pada pukul 03.30 pm. Setibanya kami dibandara, kami dijemput oleh pihak Kemenpora dan langsung menuju Hotel Kartika Chandra.

Pada pukul 22.00,WIB delegasi dari Korea Selatan tiba di Indonesia dan langsung menuju Hotel Kartika Chandra. Stibanya mereka di Hotel di susun room mate antara Indonesia – Korea Selatan. Melalui system roommate ini, setidaknya kami menyadari bahwa pendekatan personal dapat membangun program ini ke depan menjadi lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun