Mohon tunggu...
Wira Krida
Wira Krida Mohon Tunggu... Apoteker - Praktisi Komunikasi dan Farmasi

Saya praktisi farmasi industri yang memiliki minat mendalam dalam berbagai aspek komunikasi. Sebagai seorang profesional di bidang farmasi industri, saya telah mengembangkan keahlian di sektor ini melalui pengalaman dan pembelajaran yang terus-menerus. Tidak hanya fokus pada pengembangan teknis dan operasional di industri farmasi, tetapi juga memahami pentingnya komunikasi dalam mendukung dan memperkuat keberhasilan organisasi. Dalam rangka memperluas pengetahuan di luar farmasi, saya memutuskan untuk menempuh pendidikan di bidang komunikasi. Saya meraih gelar Magister Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina pada tahun 2023. Langkah ini menunjukkan komitmen saya untuk memperdalam pemahaman tentang komunikasi, khususnya dalam konteks komunikasi organisasi dan komunikasi digital, dua bidang yang semakin penting di era globalisasi dan transformasi digital. Saat ini, Saya sedang melanjutkan studi di bidang ilmu komunikasi di Universitas Sahid. Melalui studi ini, saya berharap dapat menggabungkan pengetahuan di sektor farmasi dengan pemahaman yang lebih luas tentang komunikasi, sehingga mampu memberikan kontribusi yang lebih signifikan dalam pengembangan industri farmasi, baik dari segi operasional maupun strategi komunikasi. Bidang minat utama saya meliputi farmasi industri, komunikasi organisasi, serta komunikasi digital, yang menjadi fokus utama untuk pengembangan lebih lanjut di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Membongkar Ilusi Politik: Pudarnya "Jokowi Effect" di Pilkada Gubernur Jakarta 2024

30 November 2024   18:52 Diperbarui: 30 November 2024   18:52 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Fenomena politik di Indonesia telah lama berakar pada personalisme, di mana kekuatan figur seorang pemimpin sering kali menentukan arah elektoral. Salah satu manifestasi terbesarnya adalah "Jokowi Effect," sebuah istilah yang menggambarkan dampak elektoral luar biasa dari sosok Joko Widodo, presiden ke-7 Indonesia, yang berhasil memengaruhi hasil pemilu baik secara langsung maupun melalui kandidat-kandidat yang didukungnya. Namun, menjelang Pilkada Gubernur Jakarta 2024, daya magis "Jokowi Effect" tampaknya sangat memudar, membuka ruang bagi dinamika politik yang baru.

Pilkada Jakarta selalu menjadi barometer politik nasional. Jakarta mencerminkan dinamika sosial, ekonomi, dan politik yang lebih luas di Indonesia. Dalam beberapa dekade terakhir, hasil Pilkada Jakarta bahkan dianggap mampu memproyeksikan arah politik nasional. Pada Pilkada 2024, pasangan Ridwan Kamil dan Suswono yang mengusung nama "Rido" dan didukung Koalisi Indonesia Maju (KIM) tampaknya akan menjadi pusat perhatian. Pasangan ini digadang-gadang membawa harapan baru.

Secara historis, "Jokowi Effect" lahir dari popularitas Jokowi sebagai sosok pemimpin sederhana yang merakyat. Citra ini memberikan keunggulan besar pada kandidat yang berada dalam orbit politiknya, termasuk pada pemilu-pemilu sebelumnya. Namun, seiring waktu, ekspektasi masyarakat terhadap Jokowi mulai mengalami koreksi. Tantangan-tantangan seperti ketimpangan ekonomi, polarisasi sosial, hingga kritik atas beberapa kebijakan pemerintahannya membuat sebagian masyarakat mulai mempertanyakan relevansi figur Jokowi dalam menentukan pilihan politik mereka.

Menurunnya pengaruh "Jokowi Effect" juga menandai adanya dinamika pola pikir pemilih Jakarta. Dalam masyarakat urban yang semakin kritis, pragmatisme mulai menggantikan personalisme. Kinerja nyata, visi konkret, dan solusi terhadap permasalahan kota menjadi aspek yang lebih diperhatikan daripada afiliasi politik atau dukungan figur sentral. Dalam konteks ini, pasangan Rido menghadapi tantangan besar untuk mendefinisikan ulang relevansi mereka dalam lanskap politik Jakarta yang berubah cepat.

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis secara kritis hilangnya "Jokowi Effect" dalam Pilkada Jakarta 2024 melalui lensa pemikiran Soe Hok Gie. Pemikiran Gie yang tajam tentang ilusi harapan dalam politik menjadi fondasi untuk mengeksplorasi apakah pasangan Rido benar-benar representasi harapan baru atau sekadar bagian dari strategi politik lama. Mampukah mereka menjawab kebutuhan masyarakat Jakarta yang semakin kritis?

Siapa Soe Hok gie? Apa Pemikirannya?

Soe Hok Gie (1942--1969) adalah seorang aktivis, intelektual, dan penulis yang dikenal karena pemikirannya yang tajam tentang politik, moralitas, dan kemanusiaan. Ia lantang mengkritik politikus korup, status quo, dan harapan politik yang ilusif. Gie percaya pada pentingnya skeptisisme dan kejujuran dalam politik, menolak kultus individu, dan mendukung perjuangan demi keadilan sosial.

Pemikiran Gie sangat relevan dalam membahas isu kekalahan pasangan Rido yang tengah menjadi perhatian publik. Kritiknya terhadap ilusi harapan dan personalisme politik membantu menganalisis mengapa "Jokowi Effect" tak lagi memengaruhi pemilih Jakarta yang semakin pragmatis dan menuntut solusi nyata.

Pengertian Jokowi effect

Dalam lanskap politik Indonesia, "Jokowi Effect" adalah fenomena unik yang lahir dari kombinasi citra personal seorang pemimpin dengan harapan besar masyarakat akan perubahan. Istilah ini merujuk pada daya tarik elektoral luar biasa yang dimiliki oleh Joko Widodo, yang mampu mendorong kandidat-kandidat politik lain untuk menang hanya dengan keterkaitan atau dukungan darinya. Citra Jokowi sebagai pemimpin sederhana, merakyat, dan "bersih" dari praktik korupsi adalah fondasi dari efek ini. Pada masa puncaknya, terutama di Pemilu 2014 dan 2019, "Jokowi Effect" menjadi daya dorong utama yang mampu menggiring massa, meruntuhkan lawan politik, dan menyatukan aspirasi pemilih dari berbagai lapisan sosial. Namun, apakah efek ini masih relevan menjelang Pilkada Gubernur Jakarta 2024?

Perubahan Lingkungan Sosial dan Politik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun