Teori "Image Restoration": Kaesang dan Jurus Komunikasi Krisis
Untuk memahami langkah-langkah yang diambil Kaesang, kita bisa menilik teori "Image Restoration" yang dikemukakan oleh William L. Benoit pada 1995. Teori ini memberikan panduan bagaimana figur publik atau organisasi yang terseret skandal dapat memulihkan citra mereka di mata masyarakat.
Dalam teori ini, Benoit menyebutkan lima strategi utama yang dapat digunakan untuk menyelamatkan reputasi:
1. Denial (Penyangkalan): Menghindari atau menolak tuduhan yang dilemparkan.
2. Evasion of Responsibility (Penghindaran Tanggung Jawab): Menerima keterlibatan, tetapi mencoba meminimalisir tanggung jawab.
3. Reducing Offensiveness (Mengurangi Kesalahan): Mencoba meminimalisir persepsi negatif dari publik.
4. Corrective Action (Tindakan Korektif): Melakukan tindakan nyata untuk memperbaiki kesalahan.
5. Mortification (Permintaan Maaf): Secara terbuka mengakui kesalahan dan meminta maaf.
Jika kita melihat kasus Kaesang, jelas bahwa ia dengan cerdas menerapkan beberapa strategi ini.Â
Pertama, dengan pernyataannya bahwa ia hanya "nebeng" jet pribadi temannya, Kaesang mengaplikasikan strategi "Evasion of Responsibility". Ia tidak menyangkal menggunakan jet, tetapi ia dengan cepat melemparkan fakta bahwa jet itu bukan miliknya atau dia mengeluarkan banyak uang untuk menyewa jet pribadi tersebut, sehingga beban moralnya di mata publik berkurang.
Selanjutnya, langkahnya makan di warteg dan berbelanja di pasar adalah wujud dari strategi "Reducing Offensiveness". Kaesang tahu bahwa publik memandangnya sebagai simbol kesederhanaan, sehingga dengan memperlihatkan dirinya dalam situasi yang lebih membumi, ia berusaha meredam kritik tentang gaya hidup mewahnya.