Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (Second)
Wira D. Purwalodra (Second) Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Pembelajar dan Pencari Kebenaran.

Banyak mimpi yang harus kujalani dengan perasaan syukur dan ikhlas. Mimpi-mimpi ini selalu bersemi dalam lubuk jiwa, dan menjadikan aku lebih hidup. Jika kelak aku terjaga dalam mimpi-mimpi ini, pertanda keberadaanku akan segera berakhir .... dariku Wira Dharmapanti Purwalodra, yang selalu menjaga agar mimpi-mimpi ini tetap indah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyalakan Spirit: Seni Memelihara Semangat di Tengah Kegalauan Duniawi?!

21 Agustus 2024   14:38 Diperbarui: 21 Agustus 2024   16:55 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Dok. Pribadi.

Oleh. Wira D. Purwalodra

Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh tantangan ini, seringkali kita merasa kehilangan semangat dan motivasi. Dunia yang berubah begitu cepat, kadang membuat kita merasa terseret arus, terasing dari diri sendiri, dan galau akan arah hidup yang kita pilih. Pertarungan mental ini bukan hanya soal mencapai tujuan, tetapi juga soal mempertahankan semangat dan vibrasi positif di tengah badai kehidupan. Sebagaimana filosofi Stoikisme menyatakan, "Bukan kejadian/peristiwa yang merusak kita, tetapi keyakinan kita tentang apa yang terjadi."

Vibrasi atau getaran energi merupakan sebuah konsep yang mengajarkan bagaimana pikiran, perasaan, dan tindakan kita mempengaruhi frekuensi yang kita pancarkan ke alam semesta. Hukum tarik-menarik kemudian menyatakan bahwa apa yang kita pancarkan akan menarik hal-hal serupa ke dalam hidup kita. Ini berarti, ketika kita menjaga vibrasi kita pada level positif, maka kita lebih mungkin menarik pengalaman dan orang-orang yang selaras dengan energi ini.

Dalam menghadapi kegalauan duniawi, penting untuk memahami bahwa setiap detik pikiran kita adalah benih bagi realitas yang akan datang. Maka dari itu, menjaga vibrasi positif menjadi sebuah seni yang perlu dipelajari. Mengutip kata-kata dari Marcus Aurelius, "Kehidupan manusia adalah apa yang dipikirkan olehnya." Kesadaran akan hal ini memberikan kita kendali untuk menciptakan kehidupan yang diinginkan.

Meditasi, sebagai salah satu praktik yang dapat menyeimbangkan pikiran dan emosi, menjadi alat yang sangat berguna. Dengan meditasi, kita belajar untuk memusatkan perhatian pada saat ini, mengurangi kecemasan tentang masa depan, dan melepaskan penyesalan masa lalu. Ini membantu me-reset vibrasi kita kembali pada frekuensi positif. Selain itu, meditasi membantu membuka pintu intuisi yang sering menjadi panduan dalam mengambil keputusan yang tepat.

Mengelilingi diri dengan lingkungan yang mendukung adalah langkah penting berikutnya. Orang-orang yang kita pilih untuk berinteraksi memiliki pengaruh besar terhadap energi yang kita hasilkan. Ralph Waldo Emerson pernah berkata, "Manusia adalah produk dari lingkungannya," dan ini sangat benar. Menjaga hubungan yang konstruktif dan menghindari hubungan toksik adalah investasi jangka panjang bagi kesehatan mental dan vibrasi positif kita.

Belajar bersyukur atas hal-hal kecil juga membantu dalam menjaga semangat. Rasa syukur memperkuat vibrasi positif dan menggerakkan kita ke arah yang lebih baik. Dalam kata-kata Epictetus, "Bukan kekayaan atau kemiskinan yang membentuk kehidupan, tetapi cara kita menyikapi kekayaan dan kemiskinan tersebut." Dengan rasa syukur, kita melihat dunia dari sisi yang lebih cerah, membawa kita ke frekuensi yang lebih tinggi.

Pengendalian diri, disiplin, dan kesadaran diri juga menjadi fondasi yang penting. Tanpa kemampuan untuk mengendalikan diri, kita mudah terombang-ambing oleh gelombang emosi negatif. "Dia yang menaklukkan dirinya sendiri adalah penakluk terbesar," kata Ren Descartes. Penting untuk memiliki aturan pribadi, batasan, dan komitmen terhadap nilai-nilai yang kita anut.

Refleksi dan evaluasi diri secara berkala juga tidak kalah penting. Melalui refleksi, kita mampu memahami apa yang menjadi penghalang dan memikirkan cara untuk mengatasinya. Ini adalah momen healing di mana kita memberikan kesempatan bagi diri sendiri untuk tumbuh dan menyembuhkan luka batin yang mungkin ada. Di sini, kita bisa menyalakan kembali semangat yang sempat padam.

Menghargai proses juga menjadi kunci dalam seni memelihara semangat. Tidak ada yang instan dalam mencapai kebahagiaan, semuanya melalui proses yang memerlukan waktu, usaha, dan kesabaran. Mengutip John Locke, "Satu langkah kecil dalam 'proses menjadi' lebih baik adalah lebih berharga, daripada seribu langkah menuju tujuan yang tidak kita mengerti." Berada dalam proses adalah bagian dari pertumbuhan diri yang berkelanjutan.

Diversifikasi aktivitas dan menemukan aktivitas yang kita cintai juga menjaga semangat tetap menyala. Aktivitas yang kita sukai memiliki kekuatan untuk menyuntikkan energi positif dan menyeimbangkan pikiran kita. Misalnya, seni, musik, olahraga, atau hobi lainnya, menjadi katup pelepasan stres dan menjaga vibrasi positif kita tetap stabil.

Dalam situasi yang penuh tekanan, ingatlah bahwa "Ketenangan batin tidak berasal dari situasi luar, tetapi dari pikiran kita tentang situasi tersebut," demikian ujar Epictetus. Praktek mindfulness atau kebijakan hati, membantu kita untuk menerima dan melepaskan tekanan tersebut daripada melawannya.

Selain itu, terkadang kita harus belajar melepaskan. Melepaskan bukan berarti menyerah, tetapi menerima bahwa ada hal-hal di luar kendali kita. Ini adalah pondasi dari Stoikisme, yang mengajarkan kita untuk memfokuskan energi pada apa yang bisa kita kendalikan dan melepaskan sisanya.

Memelihara semangat juga berarti terus belajar dan berkembang. Pembelajaran sepanjang hayat membuat kita merasa hidup dan bersemangat. Dalam kata-kata dari Socrates, "Kehidupan yang tidak direfleksikan adalah kehidupan yang tidak layak dijalani." Terus belajar dan mencari kebijaksanaan adalah bentuk investasi pada vibrasi jiwa kita.

Kita juga perlu memberi ruang bagi diri sendiri untuk beristirahat. Kehidupan yang terlalu penuh dengan jadwal tanpa jeda akan menguras energi. Seperti yang dijelaskan oleh Lao Tzu, "Kerja yang paling sempurna adalah pekerjaan yang tidak membutuhkan usaha terlalu keras." Ini menekankan pentingnya keseimbangan antara kerja keras dan istirahat.

Jangan lupa untuk selalu mengikuti intuisi. Dalam menghadapi kegalauan, intuisi seringkali memberikan petunjuk yang paling benar, lebih dari logika sekalipun. Intuisi adalah bahasa alam bawah sadar yang sering kali membawa kita lebih dekat ke jalan yang benar. Menghargai dan mengikuti intuisi adalah cara untuk menjaga semangat tetap menyala.

Menyalakan kembali ambisi kita juga sangat penting. Ambisi adalah bahan bakar yang akan menggerakkan kita maju. Namun, penting untuk membedakan antara ambisi yang membangun dan ambisi yang merusak. Ambisi yang sehat berasal dari hasrat untuk memperbaiki diri dan dunia sekitar kita, sementara ambisi yang tidak sehat seringkali didorong oleh ego dan keinginan untuk mengalahkan orang lain.

Jadi, memelihara semangat adalah soal menciptakan keseimbangan antara banyak aspek kehidupan. Pekerjaan, hubungan, dan waktu untuk diri sendiri semuanya harus berada dalam harmoni untuk menciptakan kehidupan yang penuh makna dan vibrasi positif. William James pernah berkata, "Kenyataan yang dibentuk oleh pikiran, adalah kenyataan yang paling nyata." Dengan kata lain, pikiran dan energi kita memainkan peran penting dalam membentuk kenyataan yang kita alami.

Karena itu, menyalakan spirit bukanlah tugas sekali waktu, tetapi upaya berkelanjutan untuk menjaga pikiran, tubuh, dan jiwa dalam harmoni. Dalam kegalauan yang melanda, mempertahankan semangat berarti berdamai dengan diri sendiri, fokus pada apa yang bisa kita kendalikan, dan terus merawat vibrasi positif kita. Seperti yang diucapkan oleh Victor E. Frankl, "Antara rangsangan dan respon terdapat ruang. Di ruang itu terletak kebebasan dan kekuatan kita untuk memilih respon kita. Di dalam tanggapan kita itulah, terletak pertumbuhan dan kebebasan kita."

Dengan memahami dan mempraktikkan seni menjaga semangat, kita tidak hanya bertahan di tengah kegalauan duniawi, tetapi juga berkembang dan merangkul kehidupan dengan penuh antusiasme. Semoga kita semua dapat menemukan dan menjaga spirit yang memberikan kita kekuatan untuk menjalani hidup ini, dengan penuh semangat dan kebahagiaan. Wallahu A'lamu Bishshawaab.

Bekasi, 21 Agustus 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun