Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (Second)
Wira D. Purwalodra (Second) Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Pembelajar dan Pencari Kebenaran.

Banyak mimpi yang harus kujalani dengan perasaan syukur dan ikhlas. Mimpi-mimpi ini selalu bersemi dalam lubuk jiwa, dan menjadikan aku lebih hidup. Jika kelak aku terjaga dalam mimpi-mimpi ini, pertanda keberadaanku akan segera berakhir .... dariku Wira Dharmapanti Purwalodra, yang selalu menjaga agar mimpi-mimpi ini tetap indah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selalu Terjaga dari Sifat Iri dan Dengki

12 Oktober 2023   21:25 Diperbarui: 12 Oktober 2023   21:49 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh. Wira Dharmadumadi Purwalodra

Iri dan dengki adalah dua sifat yang sering kali hadir dalam kehidupan manusia. Secara sederhana, iri adalah perasaan tidak senang atau tidak puas dengan keberhasilan atau kebahagiaan orang lain. Sedangkan dengki adalah keinginan kuat untuk menyakiti atau merugikan orang lain yang kita anggap lebih baik atau lebih sukses dari diri kita.

Ketika kita mampu mengetahui hakekat dari kedua sifat tersebut, kita dapat menyadari bahwa sifat iri dan dengki itu berasal dari ketidakpuasan diri kita sendiri. Iri dan dengki muncul ketika kita merasa kurang di bandingkan dengan orang lain, dan ketika kita tidak mampu merasa gembira, melihat keberhasilan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa iri dan dengki merupakan cerminan dari kelemahan dan ketidakpuasan dalam diri kita sendiri ?!

Sifat iri dan dengki tidak hanya berdampak negatif pada individu yang merasakannya, tetapi juga pada hubungan dengan orang lain. Kita cenderung akan membangun dinding antara diri kita dengan orang-orang di sekitar kita, menghambat pertumbuhan pribadi, serta kemungkinan kerjasama yang tidak konstruktif.

Sifat iri dan dengki dapat merusak diri kita sendiri. Fokus yang terlalu besar pada keberhasilan orang lain, akan mengalihkan perhatian kita dari potensi dan prestasi yang kita miliki. Kita akan terjebak pada proses membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, sehingga kebahagiaan kita akan sangat tergantung pada seberapa banyak yang kita miliki, dibandingkan dengan orang lain. Tentu hal ini akan merusak kepuasan batin dan kemajuan diri kita sendiri ?!

Oleh katrena itu, penting untuk kita pahami bahwa tidak ada manfaatnya merendahkan atau menyakiti orang lain. Ingat !!! keberhasilan dan kebahagiaan orang lain tidak mengurangi potensi atau kesuksesan kita sendiri ?! Sebaliknya, mereka yang lebih maju dan sukses dari kita, selalu akan memberi kita peluang untuk belajar, berkembang, dan mencapai potensi pribadi kita sendiri.

Selain itu, kita harus menghargai dan merayakan keberhasilan orang lain. Alih-alih merasa panas hati atau cemburu, kita harus bisa belajar mempelajari apa yang telah dilakukan oleh orang sukses untuk mencapai kesuksesan mereka ?!  Kita dapat menggunakan keberhasilan orang lain sebagai inspirasi dan motivasi untuk mencapai impian dan tujuan kita sendiri.

Mengatasi sifat iri dan dengki, juga perlu adanya perubahan perspektif kita. Daripada kita merasa terpenjara dengan keberhasilan orang lain, sebaiknya kita harus belajar untuk berjiwa besar, berbagi kegembiraan dan mengucapkan selama kepada mereka. 

Dalam sebuah masyarakat yang penuh dengan iri dan dengki, kita akan sulit mencapai kedamaian dan kemajuan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu terjaga dan terus memerangi sifat-sifat negatif ini, serta bergulat untuk tumbuh menjadi individu yang lebih peduli dan terbuka terhadap keberhasilan orang lain.

Dalam Al Qur'an surah An-Nisa ayat 32, dijelaskan tentang sifat iri hati dan dengki, Allah SWT berfirman, yang artinya: "Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

Selanjutnya dalam Hadits dinyatakan juga bahwa sifat 'hasad' dapat menghilangkan pahala seseorang. Artinya meski seorang Muslim selalu menjalankan perintah Allah, pahalanya akan sirna begitu saja ketika ia memiliki sifat 'hasad'. Sifat 'hasad', dalam konteks Islam, mengacu pada rasa iri dan dengki terhadap keberhasilan, nikmat, atau kebaikan yang diberikan Allah kepada orang lain. Seseorang yang memiliki sifat 'hasad' merasa tidak senang atau tidak puas melihat kebaikan, kemajuan, atau keberhasilan orang lain dan berharap agar orang tersebut kehilangan apa yang dimilikinya. Sifat ini tertuang dalam sebuah hadis: "Waspadalah terhadap hasud (iri dan dengki), sesungguhnya sifat ini mengikis pahala-pahala seperti api yang memakan kayu." (HR. Abu Daud).

Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim juga berisi larangan bersikap dengki dan iri hati, begitu pula mencari dan mengungkit keburukan orang lain. Sebab, semua Muslim adalah saudara yang harus saling menjaga dan melindungi.  "Jangan kamu saling dengki dan iri hati dan jangan pula mengungkit keburukan orang lain. Janganlah saling bermusuhan serta jangan saling menawar lebih tinggi atas penawaran yang lain. Jadilah hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim itu adalah saudara bagi Muslim yang lain, maka tidak boleh menzalimi, menelantarkan, mendustai dan menghinakan satu sama lain. Seseorang telah dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama Muslim. Setiap Muslim haram darahnya bagi Muslim yang lain, demikian juga harta dan kehormatannya." (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Dalam Islam, diperbolehkan iri hati dan dengki, terhadap dua perkara; pertama, kepada seorang yang diberi rezeki lalu dibelanjakan pada hal yang baik. Kedua, terhadap seorang yang beri ilmu dan mengamalkannya dengan benar. Disebutkan dalam hadits berikut: "Tidak ada iri hati dan dengki kecuali terhadap dua hal, yaitu seorang yang diberi Allah harta lalu dibelanjakan pada sasaran yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksanaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya." (HR. Al Bukhari dan Tirmidzi).

Melampaui Sifat Iri dan Dengki

Sifat iri dan dengki sering kali hadir dalam kehidupan kita, hal ini tiba-tiba muncul ketika kita merasa kurang dibandingkan dengan orang lain, dan ketika kita tidak mampu merasa senang melihat keberhasilan orang lain.  Karena itu, kita harus menyadari bahwa ketika kita melihat orang lain berhasil atau bahagia, hal itu tidak mengurangi nilai diri kita sebagai individu ?!  Keberhasilan dan kebahagiaan orang lain harus dianggap sebagai inspirasi yang memotivasi kita untuk menjadi lebih baik dan mencapai potensi kita sendiri.

Mengatasi sifat iri dan dengki membutuhkan perubahan dalam cara pandang kita. Daripada membandingkan diri kita dengan orang lain, kita harus belajar menghargai dan merayakan keberhasilan mereka. Kita dapat melihat keberhasilan orang lain sebagai bukti bahwa pencapaian luar biasa itu mungkin, dan kita juga bisa mencapainya. Buatlah keberhasilan orang lain sebagai motivasi untuk meraih kesuksesan kita sendiri dan mendukungnya dalam perjalanan mereka.

Sebaiknya kita juga bisa menghindari perilaku membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Setiap individu memiliki perjalanan hidup yang unik dan berbeda. Kita perlu fokus pada perkembangan diri kita sendiri dan meraih potensi yang telah diberikan Allah SWT kepada kita. Upaya untuk menemukan kebahagiaan dan kesuksesan kita sendiri, kita tidak perlu merasa terancam oleh keberhasilan orang lain. Sebaliknya, kita dapat belajar dari mereka dan menjalin kolaborasi yang saling menguntungkan ?!

Selanjutnya, refleksikan diri kita sendiri dan lakukan introspeksi agar diri kita selalu terjaga dari sifat negatif iri dan dengki. Kita perlu mengenali akar dari sifat-sifat negatif ini dan mencari tahu mengapa kita merasakannya. Kita dapat melakukan pembersihan emosional yang membantu kita menemukan pencerahan diri.

Melampaui sifat iri dan dengki juga melibatkan praktik kebaikan hati dan empati. Ketika kita mempraktikkan kebaikan hati, maka kita mampu merasa senang melihat keberhasilan orang lain tanpa merasa terancam atau iri. Kemampuan untuk merasa bahagia atas kesuksesan orang lain adalah tanda dari kemurahan hati dan kedewasaan emosional. Selain itu, sikap empati akan memungkinkan kita mampu memahami perjuangan dan tantangan yang dihadapi oleh orang lain, dan lebih memfokuskan perhatian pada keberhasilan orang lain, daripada pada kekurangan diri sendiri.

Pada akhirnya, yuk !!? kita berkomitmen pada proses pertumbuhan pribadi dan pencerahan diri kita sepanjang hidup, dengan meningkatnya kesadaran diri dan pemahaman yang lebih dalam tentang siapa kita sebenarnya ?! Insya Allah, kita dapat mengenali sifat-sifat negatif dalam diri kita dan melampaui kesuksesan orang lain dengan kebaikan hati, empati, dan penerimaan terhadap diri kita sendiri ?! Wallahu A'lamu Bishshawwab.

Bekasi, 12 Oktober 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun