Oleh. Purwalodra
Manusia, sebagai makhluk paling kompleks di planet ini, memiliki keunikan yang luar biasa dalam segala aspek kehidupannya. Salah satunya adalah upaya mencitrakan dirinya dengan perbuatan baik. Jika pencitraan seseorang tersebut dilakukan secara jujur, maka keunikan tersebut akan membuahkan simpati dan bernilai postip, jika tidak maka dikemudian hari ia akan merasakan sakitnya sebuah kebohongan publik. Â Melalui proses pencitraan inilah, seseorang mampu memiliki kelebihan yang dapat melampaui batas kompetensi dirinya ?!
Setiap orang memiliki gaya yang terorganisir, terstruktur secara sistematis dan termenej. Mereka selalu mempersiapkan segala hal dengan rinci dan berani melibatkan banyak pihak yang berkompeten, agar mau 'cawe-cawe' !?. Di sisi lain, tidak sedikit, para tokoh masyarakat, pemimpin publik, maupun agamawan, mencitrakan perbuatan  yang bukan diri sejatinya, secara unik dan dengan beragam gaya tampilan. Banyak juga yang memilih untuk bertindak dengan cara yang cerdik dan licik, dimana  mereka cenderung menggunakan manipulasi dan tipu daya guna mencapai tujuan pribadinya. Namun, hal itu kelak akan terbongkar oleh dirinya sendiri, dengan sifat-sifat aslinya yang sombong, merasa paling benar, merasa paling banyak uang dan kekuasaan ?!.
Ketidakjujuran
Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital ini, pencitraan merupakan hal yang sangat penting. Banyak orang berlomba-lomba untuk menciptakan citra diri yang baik dalam upaya untuk diakui, diterima, dan dihormati oleh masyarakat. Namun, tidak semua pencitraan dilakukan dengan jujur. Terkadang, pencitraan dilakukan dengan berbagai kebohongan dan mengabaikan nilai-nilai integritas.
Pencitraan biasanya dilakukan dengan tujuan tertentu, seperti memperoleh keuntungan, mendapatkan posisi atau jabatan, atau meningkatkan kepercayaan orang lain. Namun, ketika pencitraan dilakukan dengan tidak jujur, artinya seseorang mencoba untuk memanipulasi citra diri mereka tanpa mempertimbangkan akibatnya. Mereka mungkin akan menggunakan berbagai strategi yang tidak etis, seperti berbohong, menyembunyikan kelemahan, atau memanipulasi informasi, hanya demi mendapatkan keuntungan pribadi ?!
Salah satu dampak dari pencitraan yang tidak jujur adalah kehilangan kepercayaan orang lain. Ketika seseorang terbukti tidak jujur dalam menciptakan citra diri, orang lain akan merasa ditipu dan meragukan segala sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukan. Kepercayaan yang hilang sulit untuk dipulihkan, dan dapat berdampak negatif pada hubungan personal atau profesional seseorang. Kehilangan kepercayaan dapat menghancurkan reputasi individu dan membuat orang lain enggan untuk berkerjasama atau terlibat dengan mereka.
Selain itu, pencitraan yang tidak jujur juga dapat menciptakan ketidakautentikan. Ketika seseorang menciptakan citra diri yang tidak sesuai dengan kepribadian atau nilai-nilai inti yang mereka miliki, maka mereka sebenarnya tidak menjadi dirinya sendiri. Ketidakautentikan ini dapat menciptakan konflik internal dan menimbulkan perasaan tidak nyaman dalam kehidupannya sehari-hari. Seseorang mungkin merasa tidak puas atau tidak bahagia karena mereka tidak dapat hidup sesuai dengan diri sejatinya sendiri.
Pencitraan yang tidak jujur juga dapat menciptakan tekanan dan kepalsuan dalam kehidupan seseorang. Ketika seseorang berusaha menjaga citra diri yang tidak sesuai dengan kenyataan, maka ia akan terjebak dalam kebohongan publik yang melelahkan. Seseorang harus selalu mempertahankan citra yang telah dibuatnya sendiri, sekalipun itu bukanlah dirinya yang sebenarnya. Pada akhirnya, orang itu akan merasa lelah dan tidak bahagia, karena mereka tidak bisa hidup secara autentik, dengan diri sejatinya sendiri.
Dalam konteks kepentingan individual, pencitraan yang tidak jujur juga dapat menciptakan ketidakseimbangan antara penampilan dan substansi yang ditampilkan. Seseorang mungkin terlihat hebat, berprestasi, atau berpengaruh di permukaan, tetapi mungkin tidak memiliki kualitas, keterampilan, atau pengetahuan yang sebenarnya, yang dibutuhkan untuk mendukung citra tersebut. Ketika pencitraan lebih diutamakan daripada substansi, maka seseorang dapat kehilangan integritas dan kredibilitas. Keberhasilan singkat yang dibuat dengan pencitraan yang tidak jujur akan sulit dipertahankan dalam jangka panjang.
Kondisi masyarakat yang semakin terhubung dan transparan sekarang ini, seseorang tidak dapat lagi bersembunyi di balik citra yang tidak jujur. Informasi dapat dengan mudah ditemukan dan tersebar luas melalui media sosial dan internet. Kebenaran akan terungkap, dan pencitraan yang tidak jujur akan terbuka. Oleh karena itu, penting sekali untuk menciptakan citra diri yang jujur dan sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini ?!
Upaya, untuk menghindari pencitraan yang tidak jujur, seorang perlu membangun citra diri yang didasarkan pada integritas, kejujuran, dan autentisitas. Seseorang harus berusaha menunjukkan kepribadian dan kualitas yang sesuai dengan nilai dirinya, tanpa perlu menyembunyikan kelemahan atau memaksakan citra yang tidak sesuai. Pencitraan yang jujur akan mencerminkan individu yang tetap setia pada dirinya sendiri, dalam berbagai situasi.
Jadi, pencitraan yang tidak jujur dapat menciptakan kehilangan kepercayaan dan ketidakautentikan dalam diri seseorang. Pencitraan yang tidak jujur juga dapat menciptakan tekanan dan kepalsuan dalam kehidupan seseorang sehari-hari. Selain itu, pencitraan yang tidak jujur juga dapat menciptakan ketidakseimbangan antara penampilan dan substansi. Oleh karena itu, hanya dengan pencitraan yang jujur, seseorang dapat memperoleh keberhasilan berkelanjutan dan membangun hubungan yang kuat dengan orang lain.
Kepentingan Individual
Pencitraan merupakan presentasi seseorang kepada dunia luar atau publik. Pencitraan merupakan refleksi tentang siapa diri kita, apa yang kita percayai, dan bagaimana kita ingin dilihat dan dihargai oleh orang lain. Dalam konteks kepentingan individual, pencitraan mencerminkan upaya individual untuk mendapatkan keuntungan atau mengamankan kepentingan pribadi. Pencitraan yang baik dapat meningkatkan peluang seseorang dalam mencapai tujuannya, terutama dalam hal memperoleh peluang pekerjaan, membangun hubungan, atau bahkan mencapai tujuan politik.
Namun, kita perlu menyadari bahwa pencitraan tidak selalu sejalan dengan keaslian diri seseorang ?! Seringkali, seseorang mengorbankan integritas dan kebenaran dalam upaya menciptakan citra yang sempurna. Ia mungkin menyembunyikan kelemahan atau menampilkan kehebatan yang tidak mereka miliki secara nyata, yang pada akhirnya, pencitraan yang berlebihan dan tidak jujur akan menghasilkan ketidakautentikan dan hilangnya kepercayaan dari orang lain.
Pencitraan yang baik dalam konteks kepentingan individual, haruslah didasarkan pada kejujuran, integritas, dan nilai-nilai positif. Ketika seseorang menciptakan citra diri yang baik, maka orang tersebut tidak boleh mengabaikan prinsip-prinsip dasar yang mendasarinya. Hal ini akan membantu menjaga keaslian diri dan membangun hubungan yang kuat dengan orang lain.
Selain itu, pencitraan juga harus disesuaikan dengan konteks atau situasi tertentu. Setiap situasi membutuhkan citra diri yang berbeda. Sebagai contoh, dalam dunia pekerjaan, seseorang perlu menunjukkan kemampuan kerja, keahlian, dan sikap profesional. Di sisi lain, dalam kehidupan pribadi, seseorang perlu menunjukkan kasih sayang, kepedulian, dan keikhlasan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Pencitraan yang sesuai dengan konteks, akan membuat seseorang lebih mudah diterima dan dihargai oleh orang lain.
Meskipun pencitraan dianggap penting dalam kehidupan modern, kita tidak boleh mengabaikan hakikat diri kita sendiri. Kita harus tetap sadar diri dan tetap jujur, siapa kita sebenarnya. Memiliki pencitraan yang baik bukan berarti kita harus mengubah kepribadian atau nilai-nilai inti yang kita miliki. Pencitraan haruslah menjadi perpanjangan dari diri kita yang sebenarnya, bukan sebuah peran yang dimainkan semata ?! Ingat pula, bahwa energi yang terpancar dari dalam diri kita tidak pernah bohong !?
Pada akhirnya, pencitraan dalam konteks kepentingan individual merupakan cara seseorang mempresentasikan dirinya kepada dunia luar, untuk mencapai tujuan pribadi kita ?! Pencitraan yang baik haruslah didasarkan pada kejujuran, integritas, dan nilai-nilai positif. Sebuah citra yang baik haruslah disesuaikan dengan konteks atau situasi tertentu. Namun, kita harus tetap menghargai dan menjaga hakikat diri kita yang sebenarnya, jika hal itu kelak tidak membawa konsekuensi yang menyakitkan ?!. Wallahu A'lamu Bishshawwab.
Bekasi, 23 September 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H