Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (Second)
Wira D. Purwalodra (Second) Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Pembelajar dan Pencari Kebenaran.

Banyak mimpi yang harus kujalani dengan perasaan syukur dan ikhlas. Mimpi-mimpi ini selalu bersemi dalam lubuk jiwa, dan menjadikan aku lebih hidup. Jika kelak aku terjaga dalam mimpi-mimpi ini, pertanda keberadaanku akan segera berakhir .... dariku Wira Dharmapanti Purwalodra, yang selalu menjaga agar mimpi-mimpi ini tetap indah.

Selanjutnya

Tutup

Love

Mengagumi Sesuatu Sebagai Awal Mencintai?!

15 Juli 2023   11:43 Diperbarui: 15 Juli 2023   12:15 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta, sebuah perasaan yang seringkali sulit untuk dijelaskan secara ilmiah. Namun, melalui perkembangan ilmu pengetahuan neurosains, kita semakin mendekati pemahaman tentang asal mula dan mekanisme di balik rasa cinta. Penemuan-penemuan dalam neurosains telah membawa kita ke dalam kompleksitas otak manusia dan hubungannya dengan emosi. Dalam artikel ini, mari kita menggali lebih dalam tentang rasa cinta dari perspektif neurosains.

Satu hal yang menjadi fokus studi neuroscience tentang cinta adalah hormon oksitosin. Oksitosin, juga dikenal sebagai "hormon cinta," diproduksi oleh otak dan bertanggung jawab untuk mengatur perilaku sosial dan emosi, termasuk rasa cinta. Ketika kita jatuh cinta, otak kita melepaskan oksitosin yang meningkatkan rasa keintiman, afeksi, dan ikatan emosional antara dua orang.

Penelitian menunjukkan bahwa oksitosin juga berperan dalam membentuk ikatan sosial dan kepercayaan antara individu. Selama fase jatuh cinta, pelepasan oksitosin meningkat, yang dapat menghasilkan perasaan saling percaya dan keterikatan dalam hubungan. Hal ini dapat menjelaskan mengapa rasa cinta biasanya datang dengan perasaan keamanan, kenyamanan, dan seringkali keinginan untuk berada bersama orang yang kita cintai.

Selain oksitosin, neurotransmitter dopamine juga memainkan peran penting dalam rasa cinta. Dopamine adalah molekul yang bertanggung jawab untuk memberikan sensasi bahagia dan kenikmatan. Saat kita jatuh cinta, otak kita melepaskan lebih banyak dopamine, yang memberikan perasaan euforia dan kenikmatan. Inilah yang seringkali membuat kita merasa begitu bersemangat dan terkesan saat kita jatuh cinta.

Namun, tidak hanya oksitosin dan dopamine saja yang terlibat dalam rasa cinta. Ada juga peran lain seperti adrenalin, serotonin, dan vasopressin yang secara kolektif berkontribusi dalam membentuk dan mempertahankan hubungan romantis. Kompleksitas ini menunjukkan bahwa cinta adalah hasil dari interaksi kompleks antara berbagai komponen neurokimia otak kita.

Tidak hanya itu, neurosains juga telah menunjukkan bahwa rasa cinta dapat mempengaruhi perubahan fisik dalam otak kita. Misalnya, penelitian menggunakan teknologi pencitraan otak (brain imaging) telah menunjukkan bahwa orang yang sedang jatuh cinta menunjukkan aktivitas yang meningkat di daerah otak yang berkaitan dengan kesenangan, keintiman, dan afeksi positif.

Meskipun neurosains telah memberikan wawasan berharga tentang rasa cinta, penting untuk diingat bahwa cinta juga merupakan pengalaman emosional yang kompleks dan sangat subjektif. Ilmu pengetahuan masih memiliki banyak yang harus dipelajari dan dipahami tentang aspek-aspek yang lebih kompleks dari cinta, seperti persepsi, pengalaman, dan nilai-nilai pribadi yang terlibat.

Pada akhirnya, rasa cinta dapat diterjemahkan dan dipahami melalui lensa neuroscience. Hormon oksitosin dan neurotransmitter dopamine, memainkan peran utama dalam membentuk dan menyebabkan sensasi cinta. Cinta juga merupakan pengalaman yang sangat subjektif dan kompleks, yang melibatkan berbagai faktor neurokimia, fisik, dan emosional. Melalui kombinasi pemahaman dari neuroscience dan pengalaman pribadi kita, kita dapat semakin memahami rasa cinta yang indah dan membingungkan ini. Namun, rasa cinta itu tidak serta merta muncul tiba-tiba, ia harus diprovokasi melalui rasa kagum pada seseorang atau sesuatu. PR kita selanjutnya, "kagumi alam semesta dan segala kehidupan yang ada di dalamnya, sebagai Maha Karya dari Allah SWT, dengan begitu kita akan mencintai Allah SWT dengan tulus dan rasa syukur yang tak terhingga." Wallahu A'lamu Bishshawaab.   

Bekasi, 15 Juli 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun