Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (Second)
Wira D. Purwalodra (Second) Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Pembelajar dan Pencari Kebenaran.

Banyak mimpi yang harus kujalani dengan perasaan syukur dan ikhlas. Mimpi-mimpi ini selalu bersemi dalam lubuk jiwa, dan menjadikan aku lebih hidup. Jika kelak aku terjaga dalam mimpi-mimpi ini, pertanda keberadaanku akan segera berakhir .... dariku Wira Dharmapanti Purwalodra, yang selalu menjaga agar mimpi-mimpi ini tetap indah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kurban untuk yang di-Maha-kan?!

2 Juli 2023   15:53 Diperbarui: 2 Juli 2023   16:18 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Oleh. Purwalodra.

Beberapa hari lalu, ummat Islam melaksanakan Ibadah Qurban di hari Raya Idul Adha. Ritual ibadah Qurban ini dilakukan dengan menyembelih hewan Qurban, biasanya Sapi, Unta, dan Kambing. Namun ada saja peristiwa-peristiwa kecil yang justru mewarnai perayaan penyembelihan hewan qurban ini, seperti: hewan yang mengamuk, seakan tidak siyap untuk diqurbankan; para pengurban yang tidak rela hewan yang sudah dipesannya tidak sebanding dengan harganya; pembagian daging hewan qurban yang dirasakan tidak adil; Hewan qurban yang digunakan sebagai pencitraan para Caleg; perilaku tipu-tipu tentang tender hewan qurban, dan lain-lain.

Peristiwa-peristiwa kecil inilah yang kemudian menjadi viral dan menjadi bahan komoditas gunjingan masyarakat, yang jika dibiarkan akan merusak citra peringatan hari besar Idul Qurban itu sendiri. Tak jarang dalam sebuah instansi keagamaan, pengadaan hewan qurban menjadi ladang korupsi, manipulasi, mark up-isasi, dan lain-lain.

Berqurban pada hari Raya Idul Qur'ban adalah berkurban untuk tujuan ibadah,  yang dilakukan umat Islam setiap tahunnya, sebagai penghormatan terhadap perintah Allah SWT. Oleh karena itu, dalam Islam, berqurban adalah salah satu ibadah yang memiliki makna cukup dalam, yakni :

  • Meningkatkan Ketakwaan, dimana berqurban merupakan bentuk pengabdian kepada Allah dan merupakan manifestasi dari rasa takwa kepada-Nya. Ketika seseorang melakukan qurban, ia mengikuti perintah Allah dengan penuh kesadaran dan kepatuhan.
  • Meningkatkan Ketaatan, dimana berqurban adalah bagian dari ketaatan kepada perintah Allah SWT dan mengikuti sunnah Nabi Ibrahim AS. Ketaatan dalam berqurban mencerminkan kepatuhan makhluk dan pengabdian sejati kepada Allah, selaku sang Khaliq.
  • Menumbuhkan Keikhlasan, yakni: tindakan berqurban haruslah dilakukan dengan niat yang ikhlas, dimana berqurban hanya semata-mata karena Allah SWT. Keikhlasan dalam berqurban melibatkan pengorbanan harta yang telah diberikan Allah, sebagai bentuk pengabdian dan rasa syukur.
  • Membangun Solidaritas, dimana qurban juga memiliki makna solidaritas dan kepedulian sosial. Daging hasil qurban dibagikan kepada mkasyarakat sekitar sebagai wujud solidaritas sosial. Dalam hal ini, berqurban mengajarkan tentang kepedulian terhadap sesama dan membantu mereka yang kurang beruntung.
  • Upaya untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT, dimana berqurban adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melalui perbuatan ini, seorang Muslim berharap bisa mendapatkan keridhaan-Nya dan menguatkan spiritualitas terhadap-Nya.

Menyembelih hewan qurban yang ditujukan sebagai ritual ibadah, bagi manusia bukan tanpa tuntunan dan ajaran, karena aktifitas berqur'an ini sangatlah penting dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun kolektif. 

Salah satu hal penting dalam melakukan qurban bagi manusia, adalah pengujian Iman dan Kesetiaan, dimana qurban adalah bentuk pengujian iman dan kesetiaan seorang Muslim terhadap Allah SWT. Melalui pengorbanan harta yang dicintai, kita menguji sejauh mana ketulusan dan kepatuhan kita terhadap perintah-Nya. Ketika qurban melibatkan pengorbanan harta yang kita miliki, maka diharapkan  kita dapat melepaskan kemelekatan terhadap sesuatu yang kita cintai demi Allah SWT, kita dapat mencapai kematangan spiritual, melawan sifat serakah dan bercita-cita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Beberapa contoh dari masyarakat, budaya, dan agama-agama terdahulu, yang melaksanakan qurban dalam rangka ritual ibadah, yaitu:

  • Agama Yahudi. Qurban dalam agama Yahudi memiliki akar yang sama dengan qurban dalam Islam. Dalam agama Yahudi, qurban dikenal sebagai korban bakaran. Dalam Kitab Taurat, Allah memerintahkan umat Yahudi untuk menyembelih hewan tertentu sebagai kurban penyembahan.
  • Agama Hindu. Qurban di dalam agama Hindu dikenal sebagai bhakti (pengabdian) atau yajna (persembahan). Dalam tradisi Hindu, qurban melibatkan penyembelihan hewan sebagai persembahan kepada dewa-dewi dalam ritual keagamaan.
  • Agama Romawi Kuno. Di zaman Romawi Kuno, terdapat praktik penyembelihan hewan dalam rangka pemujaan terhadap dewa-dewi mereka. Hewan-hewan tersebut dikurbankan untuk mendapatkan berkat dan melambangkan hubungan antara manusia dan dewa.
  • Agama Mesir Kuno. Di Mesir Kuno, masyarakat Mesir praktik qurban sebagai bentuk persembahan kepada para dewa mereka. Hewan-hewan seperti sapi, domba, atau kambing dikurbankan dalam upacara persembahan untuk memohon berkat dan perlindungan.
  • Agama Sumeria. Sumeria juga memiliki tradisi qurban sebagai penghormatan kepada dewa-dewa mereka. Hewan-hewan yang dikurbankan seperti domba, kambing, atau sapi digunakan dalam upacara keagamaan sebagai persembahan kepada dewa-dewa.

Selanjutnya, dalam perspektif filosofis, qurban untuk yang di-Maha-kan oleh manusia, dapat dianggap sebagai sebuah tindakan transcendent yang melibatkan tiga unsur penting, yakni: pengorbanan, komitmen, dan pemeliharaan hubungan dengan Allah SWT. Pertama, bahwa pengorbanan merupakan sebuah tindakan yang mengandung makna dan nilai. Qurban menggambarkan pengorbanan dengan cara memberikan sesuatu yang berharga sebagai wujud rasa syukur dan pengabdian kepada Allah SWT. Dalam konteks ini, hewan yang dikorbankan menjadi simbolik dari pengorbanan yang dipersembahkan oleh individu yang melakukan qurban.

Kedua, bahwa komitmen mengacu pada kesetiaan dan keteguhan seseorang dalam menjaga hubungannya dengan Tuhannya. Qurban menjadi tanda keseriusan seseorang dalam memelihara ikatan spiritualnya kepada Allah SWT. Secara filosofi, komitmen disorot sebagai bagian integral dari perwujudan tujuan hidup itu sendiri. Qurban menjadi bentuk nyata dari komitmen seseorang dalam memperdalam dan memperkuat keterikatannya dengan keberadaan yang lebih tinggi.

Ketiga, secara filosofi nilai-nilai spiritual dan keberadaan Allah SWT, seringkali dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari eksistensi manusia itu sendiri. Qurban sebagai persembahan kepada Allah, dianggap sebagai upaya untuk menjaga dan memperkuat ikatan antara makhluk dengan sumber penciptaan mereka. Dalam konteks ini, qurban menjadi refleksi atas keabadian dan ketidakterbatasan manusia dalam hubungannya dengan Allah SWT.

Pada akhirnya, qurban yang telah kita laksanakan kemaren, yang diniatkan hanya kepada Allah SWT, adalah kecintaan manusia kepada Tuhannya, bukan karena ingin memperoleh keuntungan secara material, kedudukan dan hal-hal yang subyektif lainnya. Karena melaksanakan qurban selalu melibatkan kesadaran akan nilai-nilai spiritual dan atas keberadaan Allah SWT yang Maha segalanya, serta menjadi wujud pengabdian dan keseriusan manusia dalam memelihara hubungan spiritual yang lebih tinggi. Wallahu A'lamu Bishshawwab.

Bekasi, 02 Juli 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun