Orang-orang yang kita anggap modern sekarang ini, mencoba mencari cara untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara efektif dan efisien. Mereka tidak suka bertele-tele dengan segala macam hal yang membuat pekerjaan menjadi lama, dan akhirnya membuat orang lain susah. Tentu, kemalasan semacam inilah yang perlu kita pelajari, karena hal ini bukanlah sebentuk cacat moral, melainkan sebentuk keutamaan.
Kemalasan yang bijak ini juga memiliki banyak dampak bagi tata kehidupan baru, yang kelak akan kita seriusi usai Covid-19 ini berakhir. Di dalam bidang moral, orang yang malas secara bijak ini tidak suka dengan beragam ajaran moral yang rumit dan tak berguna. Baginya, moral bertujuan untuk membuat hidup bersama menjadi mungkin, dan mendorong seseorang untuk mencapai kebahagiaan. Ia akan mencari jalan paling efektif dan efisien untuk mencapai itu, sehingga ia lalu bisa bersantai dan bermalas-malasan.
Dalam perspektif hukum, sudah saatnya segala peraturan dan tata nilai masyarakat haruslah dibuat seefisien dan seefektif mungkin. Artinya, hukum haruslah mencapai tujuannya, namun tidak membuat orang bingung dengan beragam rumusannya. Hukum harus legitim dan sah di mata publik, namun juga efektif dan efisien di dalam rumusan maupun penerapannya.
Hukum dan moral semacam ini kemudian menjadi dasar pijakan yang tepat bagi hidup bersama, baik di tingkat regional, nasional maupun internasional. Jika dunia ditata oleh orang-orang malas/bijak ini, maka semua akan berjalan cepat dan lancar.
Juga terkait pengesahan Omnibus law RUU Cipta Kerja yang akan dimusyawarahkan pada era lock down sekarang ini, semestinya tidak akan terjadi, jika semua anggota DPR malas membahas kepentingan para buruh yang saat ini sedang terpuruk karena PHK massal, dan perusahaannya tidak mampu survive melawan Covid-19.
Perlu kita ingat bersama, bahwa banyak krisis, mulai dari perang, konflik sampai dengan krisis ekonomi, terjadi, karena dunia ditata oleh orang-orang yang rajin. Mereka rajin membuat peraturan-peraturan rumit, dan lambat dalam bekerja, sehingga terlihat rajin. Orang-orang rajin itu terlihat bekerja dengan giat, bahkan di waktu libur. Namun, sebenarnya, mereka tidak memiliki kemampuan tata kelola kerja yang baik.
Pada akhirnya, orang-orang penganut kemalasan inilah yang bijak, tidak suka bekerja terlalu lama dan bertele-tele. Mereka suka bekerja cepat, mendapatkan hasil yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain, lalu bermalas-malasan kembali. Justru, merekalah yang memiliki waktu dan tenaga untuk dihabiskan bersama orang-orang yang mereka cintai!?? Â Wallahu A'lamu Bishshawwab.
Bekasi, 17 April 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H