Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (Second)
Wira D. Purwalodra (Second) Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Pembelajar dan Pencari Kebenaran.

Banyak mimpi yang harus kujalani dengan perasaan syukur dan ikhlas. Mimpi-mimpi ini selalu bersemi dalam lubuk jiwa, dan menjadikan aku lebih hidup. Jika kelak aku terjaga dalam mimpi-mimpi ini, pertanda keberadaanku akan segera berakhir .... dariku Wira Dharmapanti Purwalodra, yang selalu menjaga agar mimpi-mimpi ini tetap indah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Malas Itu Juga Penting?

17 April 2020   13:51 Diperbarui: 15 Mei 2021   22:04 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang-orang yang kita anggap modern sekarang ini, mencoba mencari cara untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara efektif dan efisien. Mereka tidak suka bertele-tele dengan segala macam hal yang membuat pekerjaan menjadi lama, dan akhirnya membuat orang lain susah. Tentu, kemalasan semacam inilah yang perlu kita pelajari, karena hal ini bukanlah sebentuk cacat moral, melainkan sebentuk keutamaan.

Kemalasan yang bijak ini juga memiliki banyak dampak bagi tata kehidupan baru, yang kelak akan kita seriusi usai Covid-19 ini berakhir. Di dalam bidang moral, orang yang malas secara bijak ini tidak suka dengan beragam ajaran moral yang rumit dan tak berguna. Baginya, moral bertujuan untuk membuat hidup bersama menjadi mungkin, dan mendorong seseorang untuk mencapai kebahagiaan. Ia akan mencari jalan paling efektif dan efisien untuk mencapai itu, sehingga ia lalu bisa bersantai dan bermalas-malasan.

Dalam perspektif hukum, sudah saatnya segala peraturan dan tata nilai masyarakat haruslah dibuat seefisien dan seefektif mungkin. Artinya, hukum haruslah mencapai tujuannya, namun tidak membuat orang bingung dengan beragam rumusannya. Hukum harus legitim dan sah di mata publik, namun juga efektif dan efisien di dalam rumusan maupun penerapannya.

Hukum dan moral semacam ini kemudian menjadi dasar pijakan yang tepat bagi hidup bersama, baik di tingkat regional, nasional maupun internasional. Jika dunia ditata oleh orang-orang malas/bijak ini, maka semua akan berjalan cepat dan lancar.

Juga terkait pengesahan Omnibus law RUU Cipta Kerja yang akan dimusyawarahkan pada era lock down sekarang ini, semestinya tidak akan terjadi, jika semua anggota DPR malas membahas kepentingan para buruh yang saat ini sedang terpuruk karena PHK massal, dan perusahaannya tidak mampu survive melawan Covid-19.

Perlu kita ingat bersama, bahwa banyak krisis, mulai dari perang, konflik sampai dengan krisis ekonomi, terjadi, karena dunia ditata oleh orang-orang yang rajin. Mereka rajin membuat peraturan-peraturan rumit, dan lambat dalam bekerja, sehingga terlihat rajin. Orang-orang rajin itu terlihat bekerja dengan giat, bahkan di waktu libur. Namun, sebenarnya, mereka tidak memiliki kemampuan tata kelola kerja yang baik.

Pada akhirnya, orang-orang penganut kemalasan inilah yang bijak, tidak suka bekerja terlalu lama dan bertele-tele. Mereka suka bekerja cepat, mendapatkan hasil yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain, lalu bermalas-malasan kembali. Justru, merekalah yang memiliki waktu dan tenaga untuk dihabiskan bersama orang-orang yang mereka cintai!??  Wallahu A'lamu Bishshawwab.

Bekasi, 17 April 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun