Selanjutnya, di sisi lain pendidikan yang hanya berfokus pada satu hal saja justru menghancurkan tujuan pendidikan itu sama sekali. Dengan kata lain, pendidikan semacam itu hanya memperbodoh peserta didik. Di banyak negara, juga di Indonesia, banyak lembaga pendidikan berfokus semata pada pendidikan ekonomi. Model pendidikan yang hanya terpaku pada pendidikan ekonomi sempit semata justru akan menghancurkan dunia pendidikan itu sendiri, dan memperlambat kemajuan ekonomi, atau bahkan justru merusaknya.
Argumen tersebut ditopang oleh dua penelitian yang dilakukan oleh Julian Nida-Rmelin di dalam bukunya yang berjudul Philosophie einer Humanen Bildung (2013) dan Ha-Joon Chang di dalam bukunya yang berjudul 23 Things They Don't Tell You About Capitalism (2011). Kedua penelitian ini sampai pada kesimpulan, bahwa pendidikan lebih luas dari sekedar pengembangan ekonomi belaka.
Pendidikan yang sejati mendorong orang untuk menjadi warga negara yang baik di dalam masyarakat demokratis. Model pendidikan semacam ini tidak hanya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas untuk kemajuan ekonomi, tetapi juga manusia-manusia yang bisa secara aktif dan kreatif terlibat dalam pengembangan kehidupan masyarakat secara keseluruhan di berbagai bidangnya, mulai dari seni, budaya, sampai dengan politik.
Pada akhirnya, kegagalan politik sebuah negara bisa dicerminkan dari mutu pendidikannya. Jika mutu pendidikan tinggi, maka kualitas politik pun akan tinggi, karena terdiri dari manusia-manusia yang memiliki keutamaan dan kemampuan. Sebaliknya, jika mutu pendidikan rendah, maka kualitas politik akan juga rendah, karena diisi oleh manusia-manusia koruptor yang bejat dan tak punya kemampuan. Jadi wajar tho, jika kita mencemaskan kehidupan bangsa ini ?!! Wallahu A'lamu Bishshawwab.
Bekasi, 04 Sepember 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H