Ketika kita tidak bisa lagi memahami, maka kita perlu melepas akal budi kita. Kita perlu sadar sepenuhnya, bahwa kita hanyalah titik kecil di tengah jagad semesta yang luas, nyaris tak terkira. Kita perlu berusaha sampai pada satu titik, dimana kita harus melepaskan usaha kita. Dengan kata lain, untuk mengontrol alam, kita membutuhkan akal budi, sementara untuk bisa melepas alam, manusia memerlukan kebijaksanaan. Mungkin, inilah yang sekarang kurang kita miliki. Kita ingin mengontrol segala sesuatu, tetapi kita tidak pernah siap untuk melepaskannya ?!
Kemudian, bagaimana kita bisa memiliki kebijaksanaan untuk melepaskan? Dari titik ini, kita perlu sadar, bahwa segala hal di dunia ini sementara. Hidup kita ini ada dan kemudian dengan berjalannya waktu, hidup kitapun akan menghilang. Karena itu, bila waktunya tlah berakhir, mau-tidak-mau, suka-tidak-suka, kitapun harus mampu melepaskan hidup ini. Hal ini berlaku untuk segala sesuatu, mulai dari karir, keluarga, harapan, kekecewaan dan kehidupan itu sendiri. Semua ada dan akan berlalu.
Pada akhirnya, kita mestinya bisa hidup di antara sikap memegang dan melepas. Kita juga perlu menata hidup kita, sambil terus sadar, bahwa ini pun akan segera berakhir. Kita harus mampu hidup dengan sepenuh hati, sambil terus sadar, bahwa tubuh kita semua akan menjadi tanah dan debu pada akhirnya nanti. Hidup dengan kesadaran ini berarti hidup sejalan dengan alam. Hidup sejalan dengan alam juga berarti hidup seirama dengan hukum-hukum alam. Kita tidak lagi memaksakan ambisi kita di dalam kehidupan ?! Wallahu A’lamu Bishshawwab.
Bekasi, 13 Juli 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H