Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (Second)
Wira D. Purwalodra (Second) Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Pembelajar dan Pencari Kebenaran.

Banyak mimpi yang harus kujalani dengan perasaan syukur dan ikhlas. Mimpi-mimpi ini selalu bersemi dalam lubuk jiwa, dan menjadikan aku lebih hidup. Jika kelak aku terjaga dalam mimpi-mimpi ini, pertanda keberadaanku akan segera berakhir .... dariku Wira Dharmapanti Purwalodra, yang selalu menjaga agar mimpi-mimpi ini tetap indah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa yang Sedang Kau Cari!?

14 Oktober 2014   18:24 Diperbarui: 8 Oktober 2017   01:00 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh. Purwalodra

Ada saatnya kau harus menangis untuk jalan hidup ini, meski dunia di sekitarmu tak pernah berhenti sejenak untuk menaruh haru padamu. Ada saat dimana kerinduanmu pada kedamaian semestinya sudah kau miliki, meski kebisingan benakmu tak mampu kau redam. Dan, seandainya saja, kau memahami bahwa dunia ini kadang tak adil, sudah pasti kau tak akan terlalu memaksakan diri pada apapun yang menjadi keinginanmu. Namun, dunia harus tetap berputar, harus tetap bercerita tentang kisah-kisah hidup manusia, termasuk kita disini.

Apabila kau mengetahui, bahwa apapun yang tidak lagi menjadi realitas dalam nafas-nafasmu saat ini, dunia akan tetap bergetar mendengar kisah-kisahmu. Namun yang kusesali, mengapa tak seorangpun tahu bahwa orang sekuat dan setegar dirimu mampu memikul hidup ini sendiri. Jujurlah saja pada kenyataan ini, aku tak mengapa, biar burung-burung di sanapun mengetahui deritamu, agar penderitaan ini tak terus mengalir dan mengisahkan kesenduan angin dan pohonan.

Mungkin, jalan ini yang engkau mau, atau mungkin jalan ini yang kau inginkan. Aku tak peduli, aku tak ingin memperdebatkan jalan mana yang kaupilih. Aku hanya ingin langkah-langkahmu sesuai dengan mimpi-mimpimu saat ini, hiraukan gemerisik angin yang datang, lupakan kemelut mendung yang coba memayungimu. Aku ingin kau tersenyum dan melenggang bersama impianmu sendiri.

Meski, sandiwara cinta yang kita mainkan saat ini, menjadi kisah yang sulit kita improvisasikan. Namun, dengan sedikit pengertian, kita mampu memainkannya dalam kesedihan dan kesenangan. Dalam tangis dan kegembiraan. Dan, dalam kerinduan dan kelegaan. Semua ini karena dalamnya rasa yang pernah kau gali, dan luasnya degub jantung yang pernah kau perdengarkan pada kehidupan. Aku sendiri selalu tak mengerti, sejauh inikah kisah cinta yang kita jalani ?.

Manakala cinta kita semakin menghujam ke bumi, kita pasti menemukan pertanyaan baru, tentang keberadaan kita di sini. Tentang kemana arah kita pergi. Karena manusia adalah mahluk yang mencari, tanpa pernah menemukan. Ia mendapatkan, tanpa pernah memiliki. Ini memang terdengar sedih. Akan tetapi, kenyataan ini mengajak kita semua, untuk menyadari keadaan  dan menjadi bangga atasnya. Kita sebagai manusia harus merayakannya, karena ini adalah kekuatan kita sebagai manusia yang membedakan kita dengan para dewa.

Sikapmu selama ini sebagai tanda kerendahan hati. Karena, orang yang terus mencari berarti akan terus belajar. Ia tidak akan pernah puas dengan hal-hal yang ia ketahui. Ia tidak akan pernah memutlakkan pemikirannya sebagai kebenaran utama yang harus diikuti orang lain. Ketahuilah, bahwa dorongan terdalam dari sikapmu yang selalu mencari ini adalah cinta. Cintalah yang mendorongmu untuk terus berusaha mencari, walaupun tak pernah menemukan. Cinta pula yang mendorong manusia untuk maju terus, tanpa pernah sampai pada tujuan yang diinginkan. Cinta adalah kekuatanmu yang membuat hidup ini terus bergerak, walaupun tidak ada arah yang ingin digenggam.

Mungkin perlu juga kita ingat, bahwa dorongan untuk terus mencari ini adalah dorongan untuk sampai pada keabadian. Hidup ini mengajarkan pada kita, bahwa proses adalah tujuan itu sendiri. Tidak ada tujuan yang ingin dicapai, karena perjalanan hidup yang penuh dengan pencarian itu adalah tujuan itu sendiri.

Mungkin, inilah kebijaksanaan tua yang mulai lenyap di dalam hidup kita yang penuh dengan tujuan-tujuan jangka pendek, yang kerap hanya mencari kenikmatan dangkal semata. Sebelum lupa, aku cuma mau bilang begini, "Apa yang sedang kau cari, sayang ?"

Bekasi, 14 Oktober 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun