Oleh. Purwalodra
[caption id="attachment_387596" align="alignright" width="300" caption="Foto koleksi pribadi"][/caption]
Seandainya malam ini hanya sekedar malam Kamis, tentu tak seramai saat ini. Malam ini adalah malam di penghujung tahun 2014, dan tepat tengah malam ini harga BBM dinyatakan 'turun' oleh Pemerintah. Sementara, besok pagi ibu-ibu berharap harga 'cabe-gledek' juga ikutan 'turun', tapi mungkin aja malam ini harga 'cabe-cabean' bisa 'meroket' tajam ???. Seiring dengan meriahnya malam tahun baru 2015 ini, dengan berbagai pro-kontranya, tetap saja malam ini tidak seperti biasanya. Ada petasan, ada jagung bakar, ada layar tancep, ada panggung hiburan, ada pasar malem, ada shalawatan, ada muhassabah di rumah-rumah atau di Masjid-Masjid, ada tadarusan, ada pengajian, ada Mabit, pokoknya malam ini semua diada-adain. Nggak ketinggalan pula, ada yang marah-marah ... kenapa tahun baru 2015 banyak yang ngerayain .. hick- .. hick .. hick ..
Malam ini, nyaris semua orang, yang boleh di bilang tokoh masyarakat mengumbar pesan. Dari ketua RT sampe presiden. Dari pedagang asongan sampe direktur utama. Dari orang tua sampe mertua. Semua bilang, 'tahun baru, hati, fikiran, kebutuhan, cita-cita, kemampuan, perilaku, dan lain-lain harus bisa diperbarui.' Seandainya, malam ini hanya malam Kamis, mungkin kita sudah buru-buru tidur, kerna seperti biasanya, besok waktunya menikmati macet-macetan ke tempat kerja. Namun, Alhamdulillah, ternyata besok libur, jadi bisa sedikit nulis perjalanan masa-lalu yang harus ku-cat putih, alias di tip-ex, sembari ikut-ikutan melaksanakan pesan yang baik dari para tokoh masyarakat tersebut.
Sampai malam ini, aku belum tahu apa yang harus kuperbaiki, baik dari sikap maupun perilaku, tapi dari beberapa informasi dari teman-teman yang secara sengaja atau tidak, merasa tersakiti oleh sikap, kata-kata dan perbuatanku selama ini, antara lain :
Pertama, aku sering tidak peduli apa yang dipikirin orang lain. Bagiku apa pentingnya mikirin, yang orang lain pikirin, sepertinya terlalu mengada-ada. Masa sih aku harus peduli dengan pikiran orang lain. Mungkin saja menurut teman-teman aku terlalu 'cuek' dan terkadang 'menyinggung' dan membuat mereka tidak nyaman dengan sikap atau kata-kataku. Nah ini, mungkin ada betulnya. Sebenarnya, aku tak se-cuek yang mereka bilang, cuma kadang-kadang aku terlalu apa adanya dalam menyikapi dan berkata-kata yang justru membuat orang lain tersinggung.
Kedua, teman-teman bilang aku suka melebih-lebihkan sesuatu. Mungkin, persepsi ini muncul karena aku tidak mau menyembunyikan apapun dari orang lain. Jujur saja aku mengatakan sesuatu bukan untuk menyerang, justru lebih banyak aku menangkis apa yang orang persepsikan terhadap diriku. Dan aku tidak menginginkan orang lain berbohong padaku meski hanya satu kali. Â Namun, jeleknya aku seringkali ingin terlihat menarik perhatian orang lain, atau bahkan membuat orang yang tidak kusukai menjadi lebih 'bersalah' dengan caraku melebih-lebihkan sesuatu tentang keburukan mereka.
Ketiga, sebenarnya aku adalah orang yang sangat terbuka. Namun, jangan harap aku mau membuka diri sepenuhnya dihadapan orang lain yang pernah berdusta kepadaku. Karena, aku lebih percaya pada diriku sendiri. Sikap ini tumbuh dalam diriku akibat dari berbagai pengkhianatan yang pernah kualami selama ini. Aku bisa sangat terbuka dengan orang-orang yang memang kucintai. Bahkan, jangan heran kalo aku menanyakan hal-hal yang sangat vulgar, menyangkut kepribadian atau pertanyaan yang bisa dibilang agak 'kepo', dan aku akan dengan senang hati memberikan jawaban bila ada teman yang bertanya tentang hal yang sama. Tentu saja, jawaban yang kuberikan berasal dari perasaan dan opiniku saja, mulai yang terbaik sampai yang terburuk. Inilah mengapa aku tidak suka dengan berbagai kebohongan. Mungkin, ini pula alasan mengapa teman-teman berpikir bahwa aku tidak peduli dengan perasaan mereka.
Keempat, aku menikmati hidup dalam dunia yang penuh realitas. Kadang-kadang aku berpikir bahwa hidupku yang sesungguhnya ada di masa depan, dan bukan di masa kini. Selain itu, aku sering tidak mempercayai sebuah alasan teman-teman yang tak berdasar alias tidak logis. Tapi aku selalu memahami, bahwa keberadaan rasionalitasku dengan orang lain memiliki gelembung logika yang berbeda. Sehingga aku kadang-kadang sangat mengerti tentang apa yang mereka persepsikan tentang sesuatu, tapi lebih bayak terlambat mengertinya sih ?!! .. he .. he .. he ..
Sikap realiastis inilah yang membuatku terlihat aneh oleh sebagian teman-teman, karena apapun yang kudengar, kurasakan dan kulihat selalu melahirkan pertanyaan kritis yang harus kujawab sendiri. Karena itu, aku seringkali menganalisa 'kebohongan' orang lain dengan pemahaman dan logikaku sendiri.
Kelima, sebenarnya aku bukanlah orang yang suka menyimpan kemarahan. Meskipun tulisan-tulisanku bernada suatu kemarahan, namun dibalik itu aku ingin menyingkap sebuah kebenaran dari berbagai fenomena kehidupan, baik secara individu maupun masyarakat. Aku harus memancing pembaca dalam posisi 'penasaran.' Sehingga mereka mau menyisakan waktunya untuk membaca, itu saja.
Bagaimanapun juga aku selalu bisa menemukan kesalahan dalam diriku sendiri. Apabila aku sedang marah, aku lebih cepat menyadari kata-kata yang pedas yang tidak sengaja kulontarkan. Karena itu, biasanya aku tidak mau membalas dendam karena aku juga merasa memiliki sisi yang salah. Kalo sudah begini, aku lebih baik diam, karena 'diam' bagiku lebih menenteramkan.
Keenam, aku lebih suka menjadi diriku sendiri. Meskipun sampai malam ini aku juga belum faham siapa diriku saat ini. Menjadi diri otentik adalah keinginanku setiap saat. Namun, seringnya aku tidak mampu menguasai diri saat emosi dan ambisi menguasai fikiran dan perbuatanku. Aku sering lepas kendali dalam berkata-kata, bahkan dalam sikap dan perilaku. Namun demikian, aku juga cepat mengetahui apa yang salah dalam diriku.
Terakhir, aku selalu berpikiran positif namun terkadang sangat naif. Mungkin inilah sifat paradoks yang kumiliki. Karena aku sangat ingin menjadi sahabat yang baik bagi siapapun, namun aku selalu menepis sifat-sifat buruk dari teman-teman yang menurutku baik. Ketika aku terlanjur menyukai seseorang, aku sering tidak memedulikan sifat buruk dan gossip-gossip tentang orang tersebut. Namun, bila ada salah satu keburukan seseorang yang terlihat olehku, tentu aku akan menganalisa semua perkataan dan perbuatannya, dan aku akan melihat semuanya itu dengan gelembung logika yang sama sekali berbeda.
Mungkin, ketujuh sikap dan perbuatanku diatas merupakan 'Pe-Er' yang harus kuperbaiki di tahun 2015 ini. Bagaimana memperbaikinya ??? Tentunya malam ini aku belum memiliki solusi. Yang pasti, aku sedikit mengetahui apa yang kurang dan apa yang lebih dari fikiran, sikap dan perbuatanku selama setahun kemaren. Semoga Allah Swt senantiasa memberi kekuatan untuk bisa berubah ke arah yang lebih baik. Amin YRA. Wallahu A'lamu Bishshawwab.
Bekasi, 31 Desember 2014. Jam 24.00 WIB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H