Kita bertemu dalam naungan penuh dosa, wajar jika kita mahir berbuat dosa, bahkan dosa terbesar pun biasa kita lakukan.
Hingga pada akhirnya Tuhan memberi kita salah satu ciptaannya dibalik wujud makhluk polos tak berdosa.
Apa salahnya hingga kita putuskan untuk membungkam dia dengan paksa tanpa memberi dia kesempatan sekali saja menghirup udara.
Bahkan dia pun tak diberi izin mengenal orang tuanya membuatnya hanya berkawan dengan rahim.
Jika dia tidak dihalangi hadir untuk menyambut Dunia, setidaknya masih ada yang bisa membuat senyum tipis di bibirmu saat ini.
Kini kau lari dengan pendosa yang lain, hanya satu pintaku, jika dia hadir lagi jangan bungkam dia dengan alasan apapun termasuk ego.
Kini senyummu memang lebih lebar bersama pendosa yang lain, tapi sadarilah ada senyum manis dari sang penerus yang kita bungkam dengan paksa.
Egoisnya kita saat itu membuat jerit tangis dan tawanya seakan membisu ditelan waktu.
Izinkan dia menghirup udara Dunia tanpa ada tekanan Duniawi dibalik dusta.
Sayangnya tak ada satupun hal yang dapat membuktikan kehadirannya, bahkan batu nisan pun tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H