Mohon tunggu...
Wira Ksatria
Wira Ksatria Mohon Tunggu... Penulis - Menerima, menjalani, dan mensyukuri

Aku bisakan dirimu, saat dirimu tidak mengerti.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebiasaan Baru di Era New Normal

3 Oktober 2020   23:47 Diperbarui: 4 Oktober 2020   00:17 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sekitar setahun yang lalu, pernahkah Anda memikirkan, bahwa fenomena yang terjadi di dunia akan seperti ini keadaannya?

Mungkin saja ada yang telah memprediksi dengan segala data dan analisanya. Namun, untuk saya pribadi, bahwa pada 2020 dunia akan baik-baik saja. 

Pada malam pergantian tahun, saya optimis dan bersemangat bahwa seluruh insan penghuni bumi senantiasa hidup berkah, penuh limpahan rahmat, dan pertolongan Tuhan. Penduduk bumi berkelimpahan kesejahteraan. Dunia selalu damai, aman, dan tenteram. Begitulah doa yang saya mintakan pada Tuhan, saat itu.

Namun, apa yang terjadi. Pada awal tahun, media online dan televisi hampir setiap jam ramai dipenuhi berita-berita tentang penyakit menular. Penyakit menular yang baru saja terjadi di dunia. Penyebabnya karena virus. WHO, suatu badan dunia yang membidangi kesehatan dibawah Organisasi PBB, menyebutnya COVID19.

Lebih menggemparkan lagi, pada bulan Maret 2020, Menteri Kesehatan Indonesia, untuk pertama kali mengumumkan bahwa, "Ada dua warga masyarakat yang berdomisili di Kota Depok, Jawa Barat terpapar COVID19."

Anda dan saya, mungkin saja sudah terlalu sering mendengar, membaca, dan menonton berita tentang pendemi ini. Juga menyaksikan kesibukan petugas kesehatan merawat pasien yang terpapar virus ini, hampir diseluruh kota-kota di Indonesia. 

Bahkan setiap hari Anda dan saya menyaksikan berita penguburan mayat, para korban yang meninggal dunia. Suatu musibah nasional yang kita alami bersama.

Sudah terlalu banyak tulisan yang membahas dan mengulas tentang pendemi COVID19. Anda dan saya, mungkin sangat jenuh membaca, mendengar, dan menontonnya.

Namun, saya akan mengulas suatu kebiasaan baru yang saya alami dan saksikan sendiri, mungkin juga Anda. Suka ataupun tidak, hal ini suatu fakta yang terjadi. Suatu kebiasaan yang sebelumnya bertolak belakang dengan era new normal.

Ini suatu perspektif cerita ringan, remah, dan jenaka. Jangan terlalu seriuslah. Enjoy dan rileks. Mari kita kendorkan urat saraf. Siapa tahu, dapat mengurangi beban psikis yang membebani jiwa kita saat ini.

Berikut, saya urai kebiasaan baru pada era new normal ini.

Karena dunia sedang waspada, maka imunitas tubuh yang menjadi pokus perhatian, kita. Kalau dulu, iman kepada Tuhan yang diperkuat. Masjid, gereja, pura, kelenteng, dan tempat ibadah lainnya penuh sesak oleh umat yang beribadah. 

Berbanding terbalikan, dengan era new normal. Rumah ibadah pada kosong, tapi jangan marah dulu ya, suer saya tidak meragukan iman kawan-kawan kepada Tuhan.

Seumur-umur, baru kali ini saya alami, salat berjemaah, salat jumat, salat idul fitri, dan idul kurban dilaksanakan di rumah, karena masjid pada tutup.

Sebelum new normal, bila  muslim yang bersin mengucap Alhamdulillah, senantiasa panjang umur, maksudnya. Namun pada era new normal, bila ada orang bersin, dianggap sedang sakit dan membawa malapetaka. Sepertinya dunia sedang terguncang.

Dalam suatu momen, kami sedang rapat dengan protokol COVID19, menjaga jarak dan memakai masker. Tetiba salah satu peserta bersin dan batuk-batuk, sontak kami kaget dan berlarian, ngacir ke luar ruangan. Hehehe

Dunia sudah berbeda. Dulu, sebelum new normal bersatu kita teguh, tapi sekarang bersatu kita runtuh. Bahkan ada peraturan yang melarang masyarakat untuk berkumpul. Siapakah yang berani melanggar? Maka petugas TNI dan Polri akan membubarkan kerumunan dengan pentungannya. Ngariung kok dilarang?

Baru saja beberapa bulan era new normal saya lakoni, ternyata saya sangat merindukan ngopi bareng, makan barang, dan ngobrol rame-rame di kefe. Bagaimana dengan kalian?

Seolah-olah kita sedang berada di dunia lain. Mengapa demikian? Dulu, kita gembira bila ada tamu berkunjung ke rumah. Ada istilah, bahwa tamu yang datang membawa rezeki dan berkah. 

Namun, di era new normal ini, bila ada tamu berkunjung ke rumah, dicurigai membawa virus tak kasat mata itu. Apakah kawan-kawan mengalami hal ini? Ayo jawab yang jujur?

Baru beberapa bulan situasi new normal, saya alami. Saya merindukan suasana keakraban, ketika saya dan istri mengundang makan siang, dengan menu yang dimasak spesial oleh istri saya, untuk sahabat dekat yang kami undang. Namun, hal ini belum bisa kami lakukan, pada keadaan new normal. Bagaimana dengan kawan-kawan?

Saat ini, di era new normal. Berbagai macam gaya dan peragaan yang saya lakukan bila bertemu saudara, sahabat, teman, dan relasi. Sebagai pengganti salam persaudaraan, simbol budaya nusantara, yaitu berjabat tangan. Apakah kawan-kawan merasakan sesuatu yang aneh?

Siku beradu siku, telapak kaki beradu telapak kaki, memberi kode dengan mengedipkan mata, dan mengangkat tangan pada jarak tertentu. Pokoknya banyak deh, gaya aneh saya peragakan. Hayo, sohib sekalian ngaku, kalian begitu juga toh?

Tentu saja sohib sekalian belum lupa. Apalagi kaum hawa. Dulu, saat berpergian yang kita bawa didalam tas adalah parfum. Namun, apakah yang kita bawa didalam tas, apabila sedang berpergian pada era new normal? Hand Sanitizer Spray-kan? Hayo ngaku?

Mendadak kebiasaan baru pada era new normal, hand sanitizer menjadi kebutuhan primer untuk selalu tersedia, baik di rumah, di mobil, dan di ruang publik yang kita kunjungi. 

"Kebersihan sebagian dari iman," mengejawantah menjadi praktik nyata dalam kehidupan. Untuk hal ini, saya menduga keras, sohib pun melakukannya. Hehehe

Untuk menjaga keakraban dan keharmonisan dalam hubungan relasi. Dulu, apakah yang kita bagikan? Kalau saya selalu membagi senyuman terbaik, sebagai semiotika persahabatan. Namun, pada era new normal, apa yang kita  bagikan? Masker toh. Ya, dimana-mana ada tradisi baru membagikan pelindung lubang mulut dan hidung. 

Coba-coba keluar tak pakai masker, apabila bertemu Petugas SATPOL PP, bisa dikenai hukuman push up atau membersihkan saluran air dipinggir jalan. Buat yang pernah mengalami, jadikan ini memori terindah. Bila umur panjang, untuk mendongeng dengan cucu-cucu kita, kelak saat menjadi kakek atau nenek.

Dulu ketika kita membaca atau mendengar kata negatif, itu sesuatu aib alias tidak bagus. Namun sekarang mari kita buktikan, apabila swab test atau rapid test ternyata hasilnya postif. Apa gerangan yang terjadi? Dunia terasa bergetar, ngeri-ngeri sedap. Hehehe

Saya pernah melakukan swab test, di sebuah laboratorium. Dua hari, saya menunggu hasilnya. Semasa menunggu, ada perasaan 'cemas dan ngeri-ngeri sedap.' Alhamdulillah, hasilnya negatif.

Dunia sudah aneh. New normal. Dulu, ketika pulang membesuk keluarga yang sakit, momentum ini suatu kebahagiaan. Namun sekarang, ketika pulang membesuk si sakit, saya dicurigai membawa virus. Sudah tahukan virus apa yang dibawa? Ya, si virus goib itu.

New normal. Dunia sudah terbalik, apapula ceritanya. Dulu cuci tangan untuk makan. Namun sekarang, dimana-mana cuci tangan tapi tak dikasih makan. Ayo rajin cuci tangan, jangan malu-malu. Bukankah kebersihan itu bagian dari iman?

Banyak kebiasaan baru yang positif saat era new normal ini. Berjemur saat sinar matahari pagi, rajin olah raga, rajin menjaga kebersihan, rutin minum vitamin, rajin membaca buku karena banyak waktu luang di rumah, dan yang paling keren buat saya, banyak waktu berkumpul bersama keluarga.

Begitulah sekilas kebiasaan baru pada era new normal, yang jarang saya lakukan sebelum era ini.

Poin pentingnya, setelah kita hijrah dari era dulu ke era new normal. Walaupun situasi dan kondisi pisik dan psikis kita, seperti ketika cinta harus memilih, seperti remaja alay saja ya, lebay. 

Namun demikian, kita mesti legowo dan enjoy menerima sikon ini. Cepat beradaptasi, mematuhi dan mentaati segala peraturan dan larangan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.

Bahwa situasi perekonomian saat ini sulit dan rumit. Bukan hubungan asmara ya, yang rumit. Hehehe. Akan tetapi kita semua tetap optimis dan menjaga energi semangat, agar kian membara. Setelah kesulitan akan datang kemudahan, itu janji Tuhan lhoo. Mungkin kita bisa ingkar janji, bagaimana dengan janji Tuhan?

Tuhan sedang memutar bumi sedemikian rupa, agar polusi udara menjadi sirna dan lapisan ozon kian membaik, karena operasional semua jenis kendaraan menurun drastis hampir diseluruh dunia sehingga emisi karbon berkurang cukup tajam, keluarga kian harmonis karena selalu berkumpul, suka ataupun tidak.

Saat ini para petani tanaman pohon penghasil minyak kayu putih di Ambon dan Makassar, sangat diuntungkan, karena ditengarai dapat mencegah dan menyembuhkan virus goib ini. Sehingga laku sekali dipasaran.

Kita, 'Kapal Besar Indonesia,' pasti selamat sampai ke tanjung harapan dalam mengarungi badai dan ombak besar ini. Cie, cie, cie, kayak pelaut aja.

Jakarta, 22 September 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun