Diam di tepi Rock yang amat Blues untuk aku dan dia yang indie-rock itu lebih dari satu hal yang cukup. Singkat padat jelas disetiap jejak-jejak yang meledak kepada hari itu yang jelas daku turut bersuka duka pada cita, namun sangat persetan pada cita cita, karna cita-cita cita citata menjadi cita citata yang sesungguhnya, Monyong, " adaw ,a'a'aw iiiiihhhhh kana eta tadi "-" coba lihat hela itu, aman? "-"...m...mm..." seiring sering nya basah bertemu kering kami pun atau aku dan dia mulai menggiring pijakan demi pijakan pada totalitas yang fatamorgana.
E'E'Ehhh Monyong ! Hahahahaha "hehehe" "Coba dagoan ih" sok coba itu , emang yang tadi, eh pan makanya cepeng, Nanti baliknya beli cilok. Berperihal kismis sekitaran daku nyeletuk " mau tahu lawas nya wadah yang tertindas oleh kami ?"-" ih da  naon si "-" banyak yang said Mh lampau banyak evakuaser lewat dengan demikian "-" iihhhh "-" ada juga pembuangan mayat "-" hiiiiihhhhh buruu ".Â
Coba ih udah ripuh ini alat berpijak, coba bentar (berem,bem,bem,bem,bem,beemm) Hayu buru " cilok wa ceban ".
 Udah kali ya gausah terlalu banyak ya kalo masih noob Hahahaha , nanti di bacotin G#m7 nangis, sakit hati, bilang nya di hakimi stick drum a boam lagi.
Hmm... budak cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H