Tidak ada orang yang tidak kenal dengan Haji Kobar. Saat masih remaja semasa revolusi fisik di Indonesia, Haji Kobar merupakan komandan pasukan yang bergerak secara bergerilya di pedalaman hutan-hutan Sumatra. Kehidupan Haii Kobar yang begitu keras membentuk watak yang keras pula, terutma terhadap pola asuh anaknya. Kemalayahati, anak semata wayang Haji Kobar di jaga dengan ketat oleh Haji Kobar.
Sebenarnya nama Kemalahayati merupakan sebuha nama yang memiliki sejarah dalam hidup Haji Kobar. Keumalahayati merupakan mantan istri Haji Kobar dan juga tentu ibu dari Keumalahayati sendiri yang telah tiada, meninggal pasca kelahiran keumalahayati. Lalu Keumalahayati juga merupakan seorang tokoh pejuang wanita dari Aceh, beliau ini laksmana perang wanita pertama di dunia yang juga menjadi salah satu inspirasi bagi Haji Kobar dalam menggelorakan semangat perjuangan melawan penjajahan.
Maka dari itu, Haji Kobar begitu sangat menyayangi Kemalahayati. Karena dengan itu dia merasa menjaga istrinya yang telah tiada dan juga Indonesia. Haji kobar benar-benar menyangi putri semata wayangnya itu. Kemalayahati tumbuh sebagai seoarang anak yang tegar dan dewasa juga mandiri. Tidak hanya cantik di luar namun juga cantik di dalam. Semenjak memasuki usia sekolah, kemalayahati berusaha untuk membantu ayahnya. Ia selalu bekerja untuk keperluan pribadinya, termasuk keperluan sekolah.
Kini, Haji Kobar hanya seorang petani. Keluarga Haji Kobar berusaha untuk hidup mandiri. Di saat semua penduduk kampung berlomba untuk menjadi pegawai. Segala keperluan dapur di dapatkan dari jerih payah sendiri. Hasil kebun terkadang ia jual, terkadang ia konsumsi sendiri. Sedangkan kemalayahati dianugrahi dengan kepintaran dan kreatifitas yang tinggi. Turunan dari ibunya. Ia pintar memasak, menjahit pakaian, dan menulis. Sejak dari bangku sekolah dasar kemalayahati selalu mendapat juara pertama.
Saat memasuki bangku SMA, kemalahayati memutuskan untuk sekolah di kota propinsi. Ia semakin tumbuh sebagai gadis yang luar biasa. Banyak prestasi ia terima hingga mendapat beasiswa. Segala kebutuhan hidup bisa ia penuhi. Ia juga aktif di berbagai organisasi di sekolah hingga akhirnya ia mendapat beasiswa untuk melanjutakn kuliah di luar negeri. Kesempatan ini tidak di sia-siakannya. Dia mengambil jurusan sejarah. Ia selalu berkirim surat dan uang kepada ayahnya di kampung. Tidak hanya lulusan terbaik di strata satu, kemalahayati bahkan menyelesaikan studi doktornya di bidang sejarah juga dengan lulusan terbaik.
Kemalayahati mendapat kesempatan untuk bekerja di luar negeri tapi ia lebih memilih untuk kembali kepada ayahnya. Berbagai tulisan sudah termuat dalam media cetak bahkan juga jurnal internasional. Kemalahayati mendirikan sebuah yayasan pendidikan dan sosial. Segalanya ia hasilkan dari uang hasil tulisan yang ia buat. Baik itu buku, novel, atau artikel. Dengan segala kelebihan yang ada, Keumalahayati tetap hidup sederhana begitu juga dengan Haji Kobar.
Suatu pagi, Haji Kobar berkata kepada Kemalahayati, “nak, hidup ini memang sebuah perjuangan, tetap sabar dan terus berusaha namun ingat jangan terlena dengan hasil yang di dapat”. “Iya ayah, mala akan selalu ingat pesan ayah” jawab KemalahayatiKini. Saat itu Haji Kobar terbaring lesu di atas tempat tidurnya, di usianya yang renta namun jiwa pejuangnya masih tergambar dari wajahnya. Ternyata hari itu adalah hari terakhir Haji Kobar.
Kemalahayati merasa terpukul. Bukan karena ia sebatang kara, tetapi karena perjuangan ayahnya selama ini tidak mendapat perhatian dari pemerintah. Ia merasa benci terhadap pemerintah. Terlebih lagi pada para politisi, para pejabat, para wakil rakyat. Di saat negeri ini, bangsa ini, kehilangan para pejuang, mereka asik sendiri, sikut sana sikut sini, senggol sana senggol sini. Bahkan sampai tindak asusila dari pejabat hingga public figure. Ia merasa bangsa ini masih dalam belenggu perbudakan.
“Kemalahayati berfikir, kalau para pejabat Negara, wakil rakyat,tokoh agama, tidak bisa menjadi panutan. Lalu apa gunanya Negara ini merdeka. Tidak ada gunanya“, gumamnya dalam hati. Lalu ia teringat akan perkataan Bung Karno bahwa revolusi ini belum selesai. Dan ia mulai berfikir, bahwa ia ingin merevolusi bangsa ini. Tapi ia tidak ingin masuk dalam pemerintahan. Akhirnya ia mulai membangun kampungnya sendiri.
Kampung itu kini menjadi kawasan yang jauh berbeda dari sebelumnya. Perekonomian masyarakat meningkat karena menciptakan lapangan pekerjaan tidak hanya dari segi pertanian, namun juga industry, kerajinan dan kesenian. Intinya kehidupan di kampung itu jauh berbeda dari sebelumnya. Awalnya banyak kendala dan pertentangan. Namun ia tetap terus gigih dan berusaha. Akhirnya masyarakat begitu menghormati Kemalahayati. Seperti halnya Haji Kobar yang dulu adalah pahlawan. Kemalahayati kini ibarat Ratu Adil bagi kampungnya yang memang sedang mengalami kesulitan.
Hingga suatu ketika fenomena ini muncul di tingkat nasional. Kemalahayati sering di undang untuk menghadiri wawancara di beberapa stasiun televisi. Di suatu kesempatan ia ditanya, “apa yang melatarbelakangi Bu Mala ini begitu gigih untuk membangun tempat anda tinggal?”, “saya hanya ingin melanjutkan apa yang dikatakan oleh Bung Karno, revolusi ini belum selesai, dan saya ingin mewujudkan apa yang katakan beliu” jawab Kemalahayati. “revolusi seperti apa yang ibu maksud?”, “revolusi di segala bidang dan dimulai dari revolusi pendidikan, pendidikan kita perlu di revolusi, serta yang paling penting juga ada revolusi cara pandang”. “lalu apakah anda tidak ingin untuk tampil berpolitik?” dengan tegas Kemalayahati menjawab, “tidak, tidak akan pernah, lebih baik saya berjuang sendiri, itu membuat saya jauh lebih berarti”
Kemalahayati melakukan perubahan besar-besaran dari tingkat paling kecil yakni desa dan dari sendi kehidupan yang penting yakni pendidikan. Merubah mental masyarakat dari pendidikan. Usaha yang dilakukan Kemalahayati adalah demi meneruskan perjuangan para pendahulunya dan tentu Haji Kobar, ayahnya. tanpa harus ketergantungan dengan pemerintah, Kemalahayati melakukan hal besar untuk kemajuan bangsanya di saat para politikus sibuk sendiri mencari dukungan masyarakat dengan janji. Tapi Kemalahayati tidak pernah berjanji, ia memberi bukti.
Kampung itu kini menjadi kampng percontohan bagi kampung lain. Kemalahayati banyak mendapat anugrah dari berbagai institusi dan lembaga social. Ia juga mendapat hadiah nobel. Begitulah Kemalahayati, putri bangsa yang memperjuangkan hidupnya untuk kemajuan bangsa dengan upaya sendiri. Berbagai tawaran ia terima dari berbagai partai politik, ia tetap kukuh pada pendiriannya. Bahkan sempat di ajak untuk menjadi mentri pun ia di menolak. Dengan alasan saya bisa menjadi pejabat tapi saya belum tentu bisa untuk menjadi pemimpin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H