Mohon tunggu...
Windu Merdekawati
Windu Merdekawati Mohon Tunggu... Penulis - Petualang hidup

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Healthy

"Benarkah Popeye Suka Makan Bayam?"

22 Januari 2024   21:47 Diperbarui: 22 Januari 2024   21:58 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.indiatoday.in/education-today/gk-current-affairs/story/popeye-955490-2017-01-17

"Benarkah Popeye Suka Makan Bayam ?"

*dibuang sayang, ini tulisan saya di tahun 2018

Sekitar bulan Agustus 2017 lalu saya tergelitik dengan pertanyaan yang tetiba melintas di pikiran saya. Wait...benarkah Popeye itu suka makan bayam ? Kenapa bayam ? Bukannya Popeye itu si Pelaut ? kenapa dia tidak mengkonsumsi apa yang ada di Laut saja.. hehehe.

Siapa sih Popeye itu ?

Tentunya bagi generasi jadoel tidak asing lagi dengan tokoh kartun "Popeye The Sailor Man" yang digambarkan sebagai seorang pelaut bertubuh kurus dengan mengulum pipa rokok dan makanan kesukaannya yaitu bayam yang sekaligus menjadi "dopping" sumber energi sebelum menghadapi musuh bebuyutannya si Brutus yang kekar. Tetapi taukah Anda ternyata ada cerita lain yang tak kalah menarik di balik kelucuan tokoh kartun tersebut.

Karakter Popeye diciptakan oleh Elzie Crisler Segar dan tayang perdana pada 17 Januari 1929 di kolom Thimble Theatre pada harian King Features. Pada tahun 1931 karakter ini kemudian diterbitkan dalam bentuk buku komik. Pada tahun 1933, Popeye mulai masuk televisi dan popularitasnya terus meningkat sampai tahun 1957. Ternyata ada misi tersendiri dalam kartun tersebut sehingga sang kreator menghubungkan tokohnya dengan konsumsi bayam. Pada masa itu Amerika sedang mengalami masa depresi menghadapi Perang Dunia II. Selama Perang Dunia berlangsung, sumber pangan seperti daging, ikan, telur, dan lain-lain, banyak ditujukan untuk keperluan logistik pasukan perang. Akibatnya, rakyat hanya mendapatkan sisanya, diantaranya bayam. Popeye membantu membujuk masyarakat Amerika agar mau 'berkorban' demi perang. Dalam kondisi ini, Popeye digunakan sebagai alat propaganda pemerintah Amerika pada zamannya agar rakyat tidak mengeluh karena hanya makan bayam terus menerus. Kampanye melalui kartun tersebut bisa dikatakan berhasil, sebab konsumsi bayam di AS saat itu tercatat meningkat hingga 33 persen ketika popularitas kartun Popeye Sang Pelaut begitu meledak. Pemilihan bayam sebagai makanan utama Popeye tersebut juga atas berbagai pertimbangan. Bayam mudah tumbuh dimana-mana dan dapat dipanen dengan cepat. Selain itu bayam juga disinyalir bergizi tinggi, kaya vitamin dan mineral (potasium, fosfor, magnesium dan zat besi).

Akan tetapi ternyata setelah puluhan tahun Popeye dikenal dengan "kekuatan bayam-nya", baru disadari ada kesalahan penulisan hasil penelitian yang walaupun terlihat "sepele" tetapi efeknya sangat signifikan. Samuel Arbesman pada tahun 1937 dalam bukunya berjudul " The Half-life of Facts: Why Everything We Know Has an Expiration Date" menceritakan, pada tahun 1870, seorang kimiawan Jerman, Erich von Wolf, meneliti jumlah zat besi dalam bayam dan sayuran hijau lainnya. Dr. Von Wolff ternyata salah menuliskan hasil penelitiannya mengenai kandungan zat besi pada bayam. Dalam hasil risetnya tertulis dalam 100 gram bayam terkandung sebanyak 35 mg zat besi, padahal kandungan yang sebenarnya hanya 1/10 nya yaitu 3,5 mg. Kesalahan meletakkan koma inilah yang menyebabkan bayam dianggap sebagai sayuran superior karena dengan jumlah kandungan sebesar itu akan mampu menghasilkan energi secara instan. Arbesman juga menyebutkan, Popeye membantu meningkatkan konsumsi bayam di Amerika sebanyak tiga kali lipat. Sejak tahun 1919 kolom Thimble Teather diisi oleh keluarga Olive Oyl. Popularitas Popeye menjadi tokoh utama mengalahkan Olive Oyl sejak 1929.

Namun rumor tentang kandungan gizi dalam bayam ini dibantah oleh Dr. Mike Sutton. Dalam tulisan yang dipublikasikan di Internet Journal of Ciminology tahun 2009, dia menyebutkan bahwa tidak cukup bukti tentang adanya kesalahan tersebut. Dr. Sutton justru menyebut, bayam dipilih bukan karena mengandung zat besi melainkan karena kaya akan vitamin A. Jadi kesalahan jumlah kandungan zat besi dalam bayam tidak berpengaruh signifikan pada dipilihnya bayam sebagai ikon "senjata utama" Popeye.

Begitulah sekelumit cerita di balik kisah Popeye yang mengajarkan kita untuk memakan bayam karena bayam memang baik bagi kesehatan. Dari cerita itu juga mengajarkan kita untuk lebih teliti dalam menuliskan informasi apalagi jika terkait dengan data penting misalnya, hasil penelitian.

Di sisi lain dari Popeye ini saya jadi terinspirasi, kenapa Popeye itu tidak makan hasil laut saja ya? Padahal Laut tempat dia berpetualang hidup, selain itu di laut juga tersimpan berbagai sumber pangan yang bergizi tinggi (*keluar deh naluri anak Kelautan..hehehe). Salah satu sayuran Laut yang bergizi tinggi adalah rumput laut (see: tulisan tentang rumput laut di artikel sebelumnya). Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil rumput laut terbanyak di dunia, akan tetapi konsumsi rumput laut di Indonesia belum sebanyak konsumsi masyarakat di negara lain misalnya Jepang, Korea dan China. Jika boleh menyarankan, sangat penting untuk menggemakan gerakan makan rumput laut di Indonesia.

Ada sekelumit cerita yang membuat saya sangat speechless bercampur sedhih, suatu ketika saya mendapat kesempatan mendampingi masyarakat di suatu pulau kecil di ujung selatan Indonesia yang notabene salah satu penghasil rumput laut di Indonesia. Saat pertama kali datang ke sana, saya mendapati obrolan dengan warga, yang intinya mereka masih "sangsi" untuk makan rumput laut, apakah menyehatkan bahkan takut kalo mengandung zat beracun, padahal sepengamatan saya kondisi perairan di pulau itu masih bersih, bahkan jauh lebih bersih daripada yang saya lihat di pulau kampung halaman saya. Yak.. long story short setelah melalui beberapa proses, akhirnya ada upaya untuk mendampingi warga mengolah rumput laut dan hasil laut lainnya di pulau itu. Akhirnya senyum mengembang di raut wajah mereka, terutama Ibu-Ibu di pulau kecil itu karena berhasil membuat olahan rumput laut menjadi beberapa produk makanan. Semoga yang seperti ini dapat lebih berkembang dan mulai "menjamur" di berbagai wilayah di Indonesia. Laut tidak hanya menyediakan lauk, tetapi ada juga sayuran sehat di sana.

"Mari makan sayur dari Laut, Rumput Laut"

Disarikan dari pengalaman dan berbagai sumber pustaka berikut:

http://sains.me/dibalik-kekuatan-super-popeye-setelah-makan-bayam/

http://keselip.blogspot.co.id/2011/06/3-alasan-popeye-suka-makan-bayam.html

http://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-2354580/Popeyes-legendary-love-spinach-actually-misplaced-decimal-point.html

https://health.detik.com/hidup-sehat-detikhealth/1366082/mengapa-popeye-makan-bayam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun