Bengawan Solo
Riwayatmu kini
Sedari dulu jadi perhatian insani
Musim kemarau
Tak seberapa airmu
Di musim hujan
Air meluap sampai jauh
Mata airmu dari Solo
Terkurung Gunung Seribu
Air mengalir sampai jauh
Akhirnya ke Laut
Itu perahu
Riwayatmu dulu
Kaum pedagang selalu naik itu perahu
Alunan lagu itu mewarnai ruangan ini, lengkap dengan aroma klasiknya dan sajian kuliner yang mendukung nuansa masa lampau.
Minggu lalu tepatnya tanggal 1 Oktober 2017 di Omah Sinten Heritage Hotel and Resto Solo digelar acara untuk mengenang satu abad Sang Maestro dari Solo, siapa lagi kalo bukan pencipta lagu Bengawan Solo, Eyang "Gesang Martohartono" (1 Oktober 1917 -- 20 Mei 2010).Â
Peringatan satu abad Gesang yang bertajuk "Cinta Sepanjang Kota Solo 1917-2017" dikemas dalam serangkaian acara dari ziarah ke makam Gesang, pemutaran film "Gesang Sang Maestro Keroncong", pameran, Sarasehan "Seabad Gesang" serta panggung Gesang. Beberapa benda koleksi pribadi Eyang Gesang seperti motor Honda C-70, lukisan, foto, penghargaan hingga contrabass disajikan dalam pameran tersebut. Semua pihak secara sukarela menuangkan apresiasinya untuk mengenang satu abad Sang Legenda Keroncong tersebut.
Jepang menjadi negara yang paling mengapresiasi karya beliau. Kitaro, pemusik synthesizers asal Jepang tertarik membawakan "Bengawan Solo" dengan atmosfer grand dan orkestral. Penyanyi jazz Jepang Lisa Ono menyanyikan "Bengawan Solo" dalam nuansa bossanova di Java Jazz beberapa tahun silam.Â
Seusai perang, lagu tersebut masih membekas dalam benak para serdadu Jepang dan orang-orang perusahaan dagang Jepang yang pulang kembali ke negaranya. Sejak saat itu lagu Bengawan Solo menjadi tenar hingga dibuat dalam versi Bahasa Jepang. Selain itu para pengagum Eyang Gesang di Jepang juga memberikan apresiasi melalui pembentukan Yayasan Peduli Gesang. Dalamnya kekaguman mereka juga diwujudkan dengan pendirian sebuah patung setengah badan Eyang Gesang di tepi Sungai Bengawan Solo tepatnya di Taman Jeruk, Kota Solo.
Momen berkesan dalam peringatan "Satu Abad Gesang" ini menyadarkan saya, ternyata musik keroncong itu asyik juga dan harmoni musiknya menenangkan hati. Tak heran jika dulu (Alm) Bapak sangat menyukai aliran musik ini, bahkan setiap kali ada kesempatan (panggung) dalam suatu acara, beliau seringkali menyumbangkan lagu keroncong, dan lagu Bengawan Solo tak terlupakan.
Musik adalah bahasa universal yang dapat menjernihkan pikiran dan juga sebagai sarana untuk menuangkan isi pikiran dan hati. Melalui musik banyak pesan yang dapat tersampaikan, pesan damai tentunya lebih baik. Musik keroncong salah satu aliran musik klasik yang wajib untuk dilestarikan seiring dengan perkembangan zaman.
Referensi:
Observasi ke pameran Satu abad Gesang
Buku Biografi Gesang: Mengalir meluap sampai jauh
sebaiknyaandatahu.wordpress.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI