Selama mengunjungi MDKG saya merasakan ada banyak hal yang “nge-klik”. Beberapa kali saya dan mbak Bunga sempat termenung, Indonesia mempunyai Bapak Pendidikan yang begitu hebat akan tetapi kenapa selama ini konsep yang sudah beliau temukan justru terabaikan. Konsep Sistem Pendidikan yang begitu runtut, komplit, universal serta visioner.
Proses penemuan yang panjang bahkan seluruh hidup beliau didedikasikan sepenuhnya untuk menggali nilai-nilai kehidupan yang kelak dapat diwariskan untuk generasi penerus bangsa ini. Bahwa pendidikan sejatinya bukan hanya tentang mengasah kemampuan akademik akan tetapi mengembangkan seluruh daya kemampuan diri secara utuh, membentuk karakter manusia yang berbudi luhur, berakhlak mulia, berdaya cipta rasa dan karsa sehingga dapat bersinergi berkontribusi dalam berkarya membangun peradaban bangsa dan dunia.
pesan-ki-hadjar-59b55f1aa7249b388a699e23.jpg
Saya teringat rangkaian kata-kata indah penuh makna di gerbang Taman Wijaya Brata, makam Ki Hadjar Dewantara dan istri serta kerabat, yang berbunyi “
Rinaras Trus Basukining Wiji” (artinya: suasana harmonis menciptakan generasi baru yang hidup dalam suasana sejahtera, bahagia) dan “
Hening Mangesthi Pambukaning Wiji” (artinya: bercita-cita tinggi (suci) untuk membawa generasi baru dalam kehidupan yang tinggi dan luhur). Taman Wijaya Brata sendiri artinya adalah tempat untuk mencapai kemenangan.
taman-wijaya-brata-jpg-59b55fe688575a75b0589f15.jpg
Pendidikan yang sejati dapat diibaratkan seperti tongkat Ibu Peri dalam kisah Cinderella, salah satu sarana yang dapat mengubah manusia biasa menjadi manusia seutuhnya. Manusia yang dapat hidup menurut “
calling” atau kodrat dan panggilan jiwanya sesuai dengan kehendak Tuhan YME. Sebuah catatan tebal untuk diri.
“Memayu Hayuning Sariro, Memayu Hayuning Bangsa, Memayu Hayuning Bawana”
Lihat Humaniora Selengkapnya