Mohon tunggu...
Win Wan Nur
Win Wan Nur Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya adalah orang Gayo yang lahir di Takengen 24 Juni 1974. Berlangganan Kompas dan menyukai rubrik OPINI.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pilkada Banda Aceh, Pencitraan Syariat Islam yang Tak Lagi Laku Dijual

19 Februari 2017   17:55 Diperbarui: 20 Februari 2017   11:16 5301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Kompasiana (Kompas.com)

Standar ganda lain yang membuat warga kecewa adalah beredarnya foto ketika Illiza sedang merayakan ulang tahunnya, yang ketika ditanyakan warga Illiza dengan enteng menjawab, itu cuma syukuran saja, bukan pesta. Dan yang paling ironis dari semuanya adalah ketika Illiza menjadi artis tamu dalam film Surga Menanti yang dibintangi Pipik istri almarhum Uje. Lalu saat premier film ini, Illiza menonton di sebuah bioskop di Jakarta.

Banyak warga juga melihat apa yang ditampilkan Illiza dengan citra penegak syariat Islamnya sebagai sebuah paradoks, bahkan hipokrisi. Sebab Illiza yang melarang perempuan keluar malam-malam tanpa didampingi muhrim, sering terlihat ikut melakukan razia bersama timnya sampai larut malam. Padahal, dia juga seorang perempuan. Lalu, banyak juga yang mempertanyakan statusnya sebagai perempuan yang memimpin yang oleh sebagian kalangan dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Aksinya berbicara di podium mesjid di depan jamaah juga banyak dipertanyakan orang.

Tapi setiap protes yang ditujukan kepada Illiza, seperti biasa ditanggapi oleh para pendukung Illiza sebagai serangan terhadap Syariat Islam itu sendiri. Dan mereka berhasil mencitrakan bahwa para pemrotes itu hanyalah segelintir warga yang tidak senang dengan kemajuan Islam. Apalagi, kemudian Illiza sering sekali mendapat penghargaan dari dalam dan luar negeri atas kinerjanya sebagai wali kota. Ini menjadikan para pendukungnya semakin percaya diri mengatakan kalau setiap kritik atas performa Illiza hanyalah cerminan rasa iri dari segelintir orang saja.

Pilkada 2017, kelompok masyarakat Banda Aceh yang tidak sreg dengan Illiza sempat berbunga-bunga karena Irwan Djohan, lawan yang bersama Mawardi dia kalahkan pada pilkada sebelumnya dikabarkan akan maju menantangnya. Banyak masyarakat, terutama kaum muda yang sangat antusias mendengar kabar ini, karena Irwan yang saat maju di Pilkada sebelumnya dari jalur independen, tapi saat ini sudah menjadi wakil ketua DPRA dari Partai Nasdem, dikenal memiliki visi yang merupakan antitesis Illiza. Tapi apa lacur, menjelang pendaftaran calon wali kota, Irwan ternyata tidak didukung partainya. Nasdem lebih memilih mendukung Aminullah Usman sebagai penantang Illiza.

Warga yang berharap adanya perubahan kecewa, karena dalam bayangan mereka hanya Irwanlah yang mampu menghadang Illiza. Aminullah Usman, tidak jelas visinya. Syukurdi Mukhlis yang merupakan salah seorang juru bicara di tim pemenangan Illiza mengatakan kepada saya, bahkan dia pun tidak tahu harus berbicara apa kepada publik karena memang sama sekali tidak ada visi dari lawan yang harus direspon.

Dan ini terbukti, ketika masa-masa pra pemilihan. Banda Aceh bersama Sabang, adalah dua daerah di Aceh yang suasana Pilkadanya paling tenang. Saya yang berada di Banda Aceh beberapa minggu sebelum pemilihan sangat merasakan hambarnya suasana pemilihan ini. Di Banda Aceh, orang lebih banyak membicarakan Pilgub. Hampir semua orang yakin, kalau Illiza dengan pencitraan berbasis Syariat Islamnya akan kembali melenggang, memimpin Banda Aceh lima tahun lagi.

Tapi begitu Pilkada akhirnya berlangsung, sangat mengagetkan. Illiza yang diperkirakan akan melenggang mudah karena sebagaimana selalu dikatakan para pendukung Illiza, kalangan yang menolak Illiza hanya segelintir orang yang anti Syariat Islam, ternyata kalah telak. Malah ini adalah kekalahan paling telak yang dialami oleh pasangan calon kepala daerah dari seluruh Aceh. Tak sampai 40% suara yang berhasil didapatkan Illiza.

Illiza dan timnya terlena dengan sikap diamnya warga. Tapi ternyata, pada pemilihan inilah warga menunjukkan sikap mereka yang sebenarnya yang muak dengan pencitraan berbasis syariat Islam yang selama ini dilakukan Illiza. Dari hasil bincang-bincang saya dengan warga Banda Aceh yang mengaku tidak akan memilih Illiza, hampir 100% dari mereka yang saya tanyai mengatakan kalau mereka tidak tahu bagaimana nanti performa Aminullah Usman sebagai wali kota, tapi mereka hanya tidak ingin lagi melihat Illiza sebagai wali kota mereka. Mereka muak menyaksikan ketidakmampuan mengelola kota mereka, ditutupi dengan pencitraan berbasis Syariat Islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun