Mohon tunggu...
Win Wan Nur
Win Wan Nur Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya adalah orang Gayo yang lahir di Takengen 24 Juni 1974. Berlangganan Kompas dan menyukai rubrik OPINI.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nostalgia SMA di Banda Aceh (Bag 4)

12 April 2016   22:05 Diperbarui: 13 April 2016   02:25 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu itu Ipan dan beberapa kawan kelas kami berniat bolos dari jalur itu. Beberapa teman sudah berada di atas tembok tinggal melewati gulungan kawat. Lalu Ipan, yang tingginya di bawah rata-rata semua anak SMA 2 memanjat di belakang.

Waktu sedang asyik memanjat, penghuni rumah belakang meneriaki mereka “Wooy ada yang bolos”. Entah bagaimana ceritanya, teriakan ini didengar oleh Pak Ismail dan langsung menuju ke sana. Ipan yang melihat Pak Ismail datang entah bagaimana ceritanya bisa tiba-tiba dengan cepat memanjat tembok tiga meteran itu dan tiba-tiba sudah berada di atas. Pak Ismail sembat coba menebas dengan kayu, tapi kawan yang sudah di atas cepat menarik Ipan dan Ipan pun selamat. Mereka yang panik naik ke atas cepat-cepat melewati pagar kawat dan melompat.

Ipan selamat, tapi celananya robek terkena kawat.

Titik bolos ketiga ada di sudut belakang kelas I.1, di sini juga ada batang pohon trembesi yang menjadi alat bantu untuk memanjat tembok. Dari sini begitu meloncat langsung sampai ke jalan kecil di kampung Mulia dan dari sana langsung bebas merdeka.

Titik keempat ini agak beresiko, di belakang kios kak Atik.

Titik kelima, lewat belakang warung bakso kantin utama. Tapi ini cuma sifatnya kalau di dalam Casino , seperti mesin Jackpot. Kalau sedang beruntung, pintu kecil di belakang warung bakso ini lupa dikunci oleh guru yang lewat dari pintu itu. Ya jalur ini memang sering dilewati guru sebagai jalan pintas menuju sekolah. Sebab di seberang jalan kecil di belakang warung bakso ini terletak perumahan guru SMA Negeri 2 Banda Aceh. Kalau mereka tidak lewat jalan ini, mereka harus memutar sampai ke depan STIMA dan masuk lewat pintu utama.

Jalur ke-enam, ini yang paling seru. Lewat pintu utama, bolos dari sini santai bisa sambil naik kereta (jangan salah mengerti, di Aceh ‘kereta’ itu adalah sebutan untuk sepeda motor, bukan kereta api. Waktu itu sudah tidak ada kereta api di Aceh, yang tinggal hanya rel-nya).

Gerbang utama ini dijaga oleh seorang Satpam paruh baya, sangat tegas. Kami dari kelas fisik 2 memanggilnya dengan panggilan kesayangan “BANGSAT” yang merupakan singkatan dari “BANG SATPAM”, tapi tentu saja beliau tidak tahu kami menjulukinya begitu. Sama “Bangsat”, jangankan orang kucing aja takkan bisa luput dari pengamatannya kalau urusannya sudah dengan gerbang utama yang jadi teritorial kekuasaanya.

Yang boleh keluar dari gerbang ini hanya para guru, atau siswa yang sakit atau mendapat izin dari guru karena alasan tertentu untuk keluar. Dan itu dibuktikan dengan kartu dari Bimpen yang ditanda tangani guru Bimpen dan distempel basah. Nah di sinilah celahnya.

Waktu itu desember 1990, Mike Tyson yang kehilangan gelarnya pada James Buster Douglas pada februari di tahun yang sama. Mencoba meraih kembali gelarnya yang lepas. Setelah kalah dari Douglas, pada bulan Juni Tyson kembali bertarung dengan Henry Tillman, peraih medali emas olimpiade 1984 yang pernah dua kali mengalahkan Tyson semasa mereka berdua masih di amatir. Tapi dalam pertemuan dalam kapasitas sebagai petinju profesional ini Tyson menghabisinya hanya dalam waktu 2 menit 47 detik.

Hari itu, Tyson yang sudah kembali ganas akan bertanding melawan Alex Stewart. Iklan pertandingan ini sudah sedemikian gencar di TV. Jadi sejak seminggu sebelumnya kami sudah menyusun acara. Nggak mungkin ini nggak nonton Tyson. Dan rencana pun disusun untuk mendapatkan kartu bimpen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun