Mohon tunggu...
Win Wan Nur
Win Wan Nur Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya adalah orang Gayo yang lahir di Takengen 24 Juni 1974. Berlangganan Kompas dan menyukai rubrik OPINI.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pendukung Reklamasi Benoa, Sudahlah, Ini Bali!

18 Januari 2016   08:39 Diperbarui: 19 Desember 2016   15:17 8424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber gambar: Merdeka.com"][/caption]Kalian yang berencana menguruk Teluk Benoa, sudahkah kalian benar-benar tahu, siapa yang sedang kalian hadapi?

Ini Bali bos…pernah baca sejarah?

Karakter orang Bali memang tenang, tidak agresif dan tidak suka mengurusi urusan orang. Bisa jadi inilah yang membuat Bali dipandang remeh dan orang luar berpikir Bali bisa diapakan saja dan orang-orangnya akan diam. Padahal kenyataannya tidaklah demikian. Orang Bali memang tenang, bersahabat dan tak suka mencari masalah. Tapi sekali Bali mengambil sikap, Bali hanya bisa dihentikan dengan sebuah pembantaian massal. Orang Bali menyebutnya PUPUTAN.

Oh ya, mungkin sejarah yang kalian pelajari di sekolah adalah sejarah yang hanya menceritakan tentang perjuangan Diponegoro, Imam Bonjol, Pattimura dan lain-lain.

Untuk itu saya sarankan ada baiknya kalian baca sejarah yang benar. Supaya kalian tahu kalau hanya ada dua wilayah di negeri yang sekarang bernama Indonesia ini yang benar-benar bertempur habis-habisan (habis-habisan di sini artinya benar-benar habis). Dua wilayah itu adalah Aceh dan Bali.

Ini adalah dua wilayah yang tidak mau memberikan tanah tumpah darahnya dengan mudah kepada ketamakan dan kerakusan para penjajah.

Yang tidak banyak diketahui orang adalah, Bali masih merdeka ketika seluruh wilayah Nusantara (termasuk Aceh) sudah jatuh ke tangan Belanda. Bali adalah wilayah terakhir di Indonesia yang bisa dikuasai oleh Belanda. Dan usaha Belanda itupun sama sekali tidak mudah.

Kalau Aceh semua sudah tahu, sudah difilmkan. Bahkan nama Pahlawan Aceh, Teuku Umar menjadi nama jalan protokol di semua kota besar di Indonesia.

Tapi entah ada masalah apa dengan pelajaran sejarah di Indonesia. Atau mungkin karena Bali yang tenang, masyarakatnya yang terkenal ramah dan murah senyum membuat banyak orang memandang remeh. Tidak banyak orang luar Bali yang tahu, kalau Bali adalah rumahnya para pejuang tangguh yang sama sekali tidak takut pada kematian.

Setelah Belanda merasa menang di Aceh dan Van Heutz sang Jenderal ‘pahlawan’ Perang Aceh diangkat jadi Gubernur Jenderal. Belanda menyerang Bali.

Ya memang ketika berperang di Bali, Belanda tidak menjalaninya selama di Aceh. Sebab Bali yang terpencil dan wilayahnya terkepung oleh kekuasaan Hindia Belanda, mustahil mendapat pasokan senjata dari luar. Sebagaimana yang didapatkan Aceh.

Dalam berbagai literatur Belanda sering menyebut apa yang mereka alami di Aceh sebagai “Atjeh Moorden” kegilaan Aceh, istilah ini dibuat Belanda untuk menggambarkan ‘kegilaan’ orang Aceh yang menyerang Belanda tanpa takut mati. Tapi tahukah anda kalau soal ‘kegilaan’ seperti ini, orang Bali bahkan lebih ‘Gila’ dalam artian lebih tidak takut mati. Denpasar yang hanya berjarak 5 kilometer dari Sanur harus ditempuh oleh pasukan Belanda dalam waktu 15 hari. Kenapa? Ya itu tadi, mereka harus menghadapi orang-orang Bali ‘gila’ yang sama sekali tidak takut mati dalam mempertahankan hak dan keyakinannya.

Setiba di Denpasar, ketika Belanda akhirnya sampai di depan Puri apakah keluarga dan pasukan kerajaan menyerah? Tidak, mereka menyerang dengan ‘gila’ sama sekali tidak takut dengan yang namanya kematian. Mereka bertarung habis-habisan sampai benar-benar habis… Orang Bali menyebutnya: PUPUTAN.

Badung jatuh apakah Bali sudah habis? Belum. Belanda masih perlu bertahun-tahun lagi untuk bisa menundukkan benteng Bali terakhir. Klungkung dan itupun hanya bisa jatuh akibat pengkhianatan dan itupun setelah sekali lagi Belanda menghadapi PUPUTAN.

Pada generasi berikutnya karakter yang sama ditunjukkan oleh pejuang kemerdekaan I Gusti Ngurah Rai bersama seluruh anggota pasukannya. Bagaimana Belanda bisa menghentikan mereka? Sekali lagi Pembantaian Massal. PUPUTAN.

Pasca Ngurah Rai, lama sekali orang Bali diam. Tanah dan budaya Bali habis-habisan dieksploitasi, keuntungan terbesar bukan untuk Bali tapi justru dibawa ke luar daerah ini. Berbagai pembangunan kawasan wisata di sini. Keputusannya tidak dibuat di Bali tapi di Jakarta yang bagi sebagian orang Bali adalah negeri di awing-awang. Orang Bali masih diam. Dan rupanya diam ini makin membuat berbagai pihak semakin bersemangat bahkan cenderung keterlaluan. Sampai datanglah ide untuk menguruk Teluk Benoa untuk dibuat menjadi sebuah kawasan wisata modern yang jauh dari nilai-nilai budaya Bali.

Mereka pikir kali inipun Bali, seperti biasa akan tetap diam. Tapi kali ini mereka salah besar, kali ini BALI MELAWAN. Dan seperti sejarah telah menunjukkan, sekali Bali melawan itu artinya HABIS-HABISAN.

[caption caption="Warga Kuta Menolak Reklamasi (Photo by: Rudolf Dethu)"]

[/caption]

Kalau kita berpikir secara logika saja, sulit untuk mempercayai kalau Bali akan menang melawan seorang pengusaha yang namanya begitu ditakuti karena dekat dengan aparat sipil dan militer, memiliki uang yang tidak berseri yang bisa membeli apa saja bahkan sampai ke orang nomor satu di negeri ini.

Tapi sebagaimana ditunjukkan oleh nenek moyang mereka. Bali tidak berpikir akan menang atau kalah, ketika mereka memutuskan melawan ya mereka akan melawan sampai titik darah penghabisan yang artinya memang benar-benar sampai darah di tubuh selesai menetes.

Jerinx, musisi vokalis band “Devil Dice” dan juga drummer band Punk “Superman is Dead” yang merupakan salah satu corong gerakan penolakan Reklamasi Teluk Benoa adalah contoh ideal dari semangat perlawanan ini.

Musisi yang sekujur tubuhnya penuh tattoo ini tanpa rasa takut menunjukkan penolakan, menantang sang pengusaha yang ada di balik ide reklamasi Teluk Benoa. Padahal semua tahu bagaimana berbahayanya berurusan dengan pengusaha yang satu ini. Sudah banyak cerita seram tentang nasib yang dialami oleh orang-orang yang berani menentang kelompok ini. Dan Jerinx bukan tidak tahu konsekwensi ini, tapi sebagaimana yang ditunjukkan nenek moyangnya musisi kekar yang sering disindir sebagai ‘Sopir Truk’ oleh para penggemarnya ini sama sekali tidak menunjukkan rasa takut.

Dalam sebuah obrolan panjang satu malam suntuk yang saya lakukan bersamanya di suatu tempat di Sanur, Jerinx bercerita panjang lebar bagaimana intimidasi, bujukan sampai iming-iming uang telah ditawarkan kepadanya agar dia mundur dari sikapnya yang menolak Reklamasi Teluk Benoa. Dan soal mati, ketika dia mengatakan tidak takut mati saya benar-benar merasakan sendiri kalau dia memang tidak takut mati. “Kalaupun saya mati, saya ingin orang-orang yang mengenal saya untuk menjadikan kematian saya untuk menjadi bahan bakar untuk semakin menggelorakan semangat penolakan reklamasi Teluk Benoa”. Takut jelas sama sekali tidak ada dalam kamusnya.

Dan masih menurut pengakuannya, setelah gagal ditakut-takuti dengan kematian dan juga iming-iming uang. Sekarang ada cara baru untuk menghancurkan Jerinx, yaitu dengan menghancurkan karakternya, entah itu dengan jebakan narkoba, atau perempuan.

Jerinx hanyalah satu contoh dan simbol karena dia terkenal. Tapi kalau anda bicara dengan orang Bali lain yang menolak reklamasi teluk Benoa, hasilnya sama saja. Tak ada bedanya dengan Jerinx, sama militannya sama ‘gila’ nya dan sama tidak takut matinya.

Bukti teranyar bisa kita lihat dari apa yang kemarin ditunjukkan oleh Masyarakat Kuta

Jadi wahai para pendukung Reklamasi Teluk Benoa, sudahlah lupakan saja ide itu. Tak ada guna kalian manipulasi kenyataan dengan buzzer murahan di twitter atau spanduk-spanduk tandingan yang berisi dukungan untuk reklamasi Teluk Benoa dari kelompok masyarakat siluman.

Sadarlah… yang sedang kalian hadapi adalah BALI…

Apa di masa ketika dunia sudah tersambung dengan teknologi informasi ini kalian mau memaksa orang Bali sekali lagi melakukan PUPUTAN?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun