Dalam sebuah obrolan panjang satu malam suntuk yang saya lakukan bersamanya di suatu tempat di Sanur, Jerinx bercerita panjang lebar bagaimana intimidasi, bujukan sampai iming-iming uang telah ditawarkan kepadanya agar dia mundur dari sikapnya yang menolak Reklamasi Teluk Benoa. Dan soal mati, ketika dia mengatakan tidak takut mati saya benar-benar merasakan sendiri kalau dia memang tidak takut mati. “Kalaupun saya mati, saya ingin orang-orang yang mengenal saya untuk menjadikan kematian saya untuk menjadi bahan bakar untuk semakin menggelorakan semangat penolakan reklamasi Teluk Benoa”. Takut jelas sama sekali tidak ada dalam kamusnya.
Dan masih menurut pengakuannya, setelah gagal ditakut-takuti dengan kematian dan juga iming-iming uang. Sekarang ada cara baru untuk menghancurkan Jerinx, yaitu dengan menghancurkan karakternya, entah itu dengan jebakan narkoba, atau perempuan.
Jerinx hanyalah satu contoh dan simbol karena dia terkenal. Tapi kalau anda bicara dengan orang Bali lain yang menolak reklamasi teluk Benoa, hasilnya sama saja. Tak ada bedanya dengan Jerinx, sama militannya sama ‘gila’ nya dan sama tidak takut matinya.
Bukti teranyar bisa kita lihat dari apa yang kemarin ditunjukkan oleh Masyarakat Kuta
Jadi wahai para pendukung Reklamasi Teluk Benoa, sudahlah lupakan saja ide itu. Tak ada guna kalian manipulasi kenyataan dengan buzzer murahan di twitter atau spanduk-spanduk tandingan yang berisi dukungan untuk reklamasi Teluk Benoa dari kelompok masyarakat siluman.
Sadarlah… yang sedang kalian hadapi adalah BALI…
Apa di masa ketika dunia sudah tersambung dengan teknologi informasi ini kalian mau memaksa orang Bali sekali lagi melakukan PUPUTAN?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H