Mohon tunggu...
Win Wan Nur
Win Wan Nur Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya adalah orang Gayo yang lahir di Takengen 24 Juni 1974. Berlangganan Kompas dan menyukai rubrik OPINI.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teknologi Tenaga Angin, Mungkinkah?

24 Desember 2010   14:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:25 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu yang lalu di Grand Indonesia, kami berbincang-bincang dengan T. Irwan Djohan, calon walikota Banda Aceh dari jalur independen. Dalam pembicaraan itu, Irwan menyinggung tentang salah satu masalah utama di kota Banda Aceh, kota tempatnya mencalonkan diri sebagai pemimpin, yaitu masalah kurangnya pasokan listrik. Sehingga listrik di kota itu sering padam.

Saat itu Irwan mengatakan kalau dia terpilih menjadi walikota dia berencana untuk mengalokasikan dana untuk pembangkit listrik yang bersifat lokal yang bisa melayani kebutuhan listrik sebuah komunitas. Dan sebagai solusinya Irwan berpikir untuk memanfaatkan Solar Cell.

Tapi sepengetahuan kami, Solar Cell adalah pembangkit listrik yang membutuhkan biaya investasi dan perawatan paling mahal. Berdasarkan daftar yang didapat dari sini http://www.ecobusinesslinks.com/solar_panels.htm harga listrik yang harus dibayar untuk tiap watt yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga surya. Termurah adalah 1,42 US Dollar dan yang termahal 2,54 US Dollar. Bayangkan kalau orang harus menyalakan televisi, kulkas dan mesin cuci dengan mengandalkan tenaga listrik ini.

Belakangan ini, melihat maraknya bisnis tower telekomunikasi yang disewakan kepada perusahaan seluler yang kemudian menciptakan masalah baru dalam bisnis ini. Seperti kesulitan mendapatkan izin, mahalnya sewa tanah serta penolakan masyarakat terhadap Tower yang sudah dibangun, serta waktu pemasangan yang bisa berbulan-bulan..

Maka kami pun berpikir untuk menciptakan sebuah Tower telekomunikasi portable yang mudah dipindah-pindahkan dan hanya butuh waktu dalam hitungan menit untuk bisa berdiri dan siap pakai. Sebenarnya tower seperti ini sudah pernah dibuat orang di Amerika, tapi banyak sekali kelemahannya. Tower buatan Amerika ini ketinggian maksimalnya hanya 17 meter. Kemudian harganya juga sangat mahal, untuk mendirikan tower juga masih menggunakan teknologi Hidrolik yang sangat riskan kalau mengalami kebocoran.

Melihat itu, maka kamipun berpikir untuk membuat tower sejenis dengan teknologi yang lebih disempurnakan dan dengan sistem pengamanan yang lebih baik. Serta yang lebih penting, tower ini bisa dibuat dengan ketinggian sampai 72 meter. Maka terciptalah  Mobile Tower Integrated System (MTIS) unithttp://www.youtube.com/watch?v=1vSzpzERdbA yang langsung mendapat sambutan hangat dari pasar. Saat ini kami sedang mengerjakan 10 unit tower setinggi 42 Meter ini untuk digunakan oleh Telkomsel sebelum lebaran nanti.


Setelah tower ini berjalan, terinspirasi dari percakapan tentang kelangkaan listrik dengan Teuku Irwan Djohan, kami pun berpikir untuk menciptakan produk baru yang mengadopsi teknologi MTIS yang akan sangat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Yaitu produk pembangkit listrik tenaga angin yang bisa dipindah-pindahkan. Yang biayanya jauh lebih murah dibanding pembangkit listrik tenaga matahari.

Alat yang akan kami buat ini nantinya akan mampu menghasilkan energi listrik sampai 200 Kilowatt. Cukup banyak untuk bisa memenuhi kebutuhan listrik di sebuah pemukiman.

Mudah-mudahan, proyek ini akan segera berjalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun