Mohon tunggu...
winto wintocrew
winto wintocrew Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

follow instagram saya http//:instagram/wintopandaras-jr

Selanjutnya

Tutup

Nature

Setiap Tetes adalah Harapan

23 September 2019   12:46 Diperbarui: 23 September 2019   12:48 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: olamgroup.com

Kalimantan Barat merupakan salah satu daerah penghasil karet, disini tempat yang pekerjaannya mayoritas sebagai petani karet. Seperti yang kita ketahui karet sangat bermaanfaat bagi kehidupan sehari-hari, contoh salah satunya karet gelang,sebagian besar dari kalian pasti tidak asing lagi bukan? Karet gelang merupakan potongan karet yang berbentuk  melingkar seperti gelang yang di buat dari getah pohon alami. 

Terdiri dari berbagi ukuran, karet gelang memiliki fungsi untuk mengikat. Biasanya kita akan mudah untuk menemukan karet gelang pada nasi bngkus. Nah, tak sedikit dari kita yang sering mengabaikan keberadaanya, padahal sebenarnya karet gelang memiliki kegunaan untuk kehidupan sehari-hari. Dan karet ini di perukan setiap orang, tetapi mengapa harga karet ini sangat menurun.

Namun itu, banyak petani yang mengeluh tentang harga karet. karena harga karet yang relatif murah sehingga petani menjadi merugi dan menjadikan petani tidak semangat lagi untuk memanen karet tersebut

Sebagai warga negara, saya berfikir positif, tentang artikel pak prabowo, tidak ada orang miskin di indonesia. berarti termasuk petani karet,!!! petani terjerit terbelenggu tentang kebutuhan hidup, yang pepatah mengatakan besar pasak dari pada tiang, yang artinya besar kebutuhan dari pada pendapatan. Masalah ini bukan hanya di jumpai di satu tempat saja tapi semua tempat dan oleh mayoritas petani karet milik swasta.

Ada yang tau harga standar karet didunia?? Ya,harga standar karet setelah di potong biaya produksi adalah 1,3 dolar amerika, atau setera dengan Rp.18.200 per kg. Lalu kenapa harga karet di bawah Rp10ribu?

Kebiasaan curang mengisi karet dengan air, gatal ,sampah dan barang lainnya bahkan batu agar karet di anggap berat saat ditimbang salah besar. seharusnya jika kita ingin harga karet menjadi haraga yang bisa menjamin kebutuhan kita sehari-hari, karna memang dari kesalahan kita semua yang menyebabkan anjloknya harga karet.

Saat penyadapan sampai pengolahan masih di temukancampura karet rendahan dengan kayu, cara semacam itu justru merugikan petani dan pedagang karet, memang 25 persen masyarakat kalbar tergantung hasil kebun karet. Maka kita ingin  jika ada salah satu penyuluh perkebunan yang bisa membantu petani meningkatkan kualitasnya. Tanpa peningkatan kualitas, harga karet di bawah Rp 10 ribu

Karet yang dibeli adalah karet murni 100 persen, sehingga jika karet kotor maka di potong nilai sesuai presentase karet murni. banyak campuran sampah maka otomatis presentasinya tidak 100 persen, sehingga harga yang di beli perusaan lebih murah lagi. itulah sebabnya sehingga di katakan ada karet yang hanya di hargai 50 persen karena basah bahkan airnya tetap menguncur saat di timbang, padahal sudah di angkut lama dari pohon, dibawa dalam perjalanan hingga sampai ke pabrik, selain itu petani juga harus memangkas panjangnya perjalanan karet dari petani hingga ke pabrik sebab ini menjadi salah satu faktor harga karet murahdi tingkat petani karena di beli oleh tengkulak.

Harga karet ini cukup terdongkrak oleh menguatnya nilai dolar namun masih banyak petani yang mengeluh jika karet mereka di hargai tidak sampai Rp 10 ribu per kilogram. Oleh sebab itu akan sangat baik jika ada hilirisasi produk karet selain hanya di jual setengah mentah ke luar negeri menjadi bahan baku pembuatan ban dan lain-lain.

Meski harapan itu jauh dari realita sesungguhnnya, ini adalah cara mudah agar petani tidak rugi yakni dengan meningkatkan kualitas karet, dengan cara menggunakan pupuk supaya hasil yang di produksi lebih meningkat dan . agar petani juga mendapat keuntungan agar bisa menjamin kebutuhan sehari-hari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun