Seketika perasaan takut tersapu bak ombak menggulung dan menyeret pasir-pasir kerikil hingga ke tengah laut. Dengan tenang menyeret ujung gaun krim berjalan ke singgasana yang akan menjadi kedudukannya. Setiap langkahnya mengurangi ketakutannya, justru berganti akan harapan dan kebahagiaan untuk melanjutkan kehidupan bersama.
…
“Mas Bagus! Jangan dilepas dulu!”
“Lalu?”
“Aku ingin berdansa denganmu sekali saja, sebelum kita berganti pakaian singgasana.”
Tangan kanan Bagus lantas menggenggam lengan Ira, sedangkan yang lain dilingkarkan. Maklum, di usianya ia tidak mahir menari. Keduanya berputar, maju, dan mundur di lantai kamar mengikuti melodi yang berputar dari ponsel Ira. Hanya beberapa menit, namun masa itu akan disimpan hingga selamanya.