Mohon tunggu...
winny poespo judo
winny poespo judo Mohon Tunggu... Freelancer - Lovely

Enjoying the Journey

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Perang Sampah Antar Bangsa Asia Berkedok Trend Bajubekas dan Podluck

7 Desember 2020   23:28 Diperbarui: 8 Desember 2020   20:56 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dari abad 18 an, budaya kota lama di tempat lahir saya terkenal akan menyajikan makanan ke banyak orang dengan bersih, fresh, siap saji dan bukan makanan sisa. Dan yang memasakkannya adalah orang-orang kaya itu sendiri, atau tuan rumah itu sendiri. Hal itu dilakukan dalam rangka merayakan segala bentuk macam prestasi. Dari berhasil mengekspor kotak musik yang satu satunya di dunia, dimana piringannya bisa berpindah sendiri. Dan tentu saja dengan brand kota kelahiran saya. Kemudian merayakan pernikahan, dan masih banyak lagi.

Karena itu sangat tidak enak tiba-tiba di kota saya di era digital, terjadi pemaksaan budaya podluck yang sangat aneh dan nyata. Apalagi di area pusat kegiatan sosialita, tuan rumahnya tidak pernah membahasakan tentang menyajikan makanan sisa. Jika membawa makanan dari rumah untuk berpesta misalnya. Itu harus jelas clear kalo makanan itu baru dimasak.

Jadi fesyen terbaru tentang podluck demi makanan tidak mubazir rasanya adalah salah satu bagian dari kegiatan "perang sampah" yang tidak lazim dilakukan antara Hongkong, Amerika, Vietnam, Singapura dan Filipina, sadar tidak sadar ada indonesia.

Kemungkinan ketidakwelcoman akan budaya podluck atau budaya makanan sisa akan dilabel atau dianggap sebagai hal negatif, dicap sebagai manusia sombong manusia gila hormat ataupun sensitif. 

Akan tetapi apabila hal tersebut tidak diawali peristiwa pelecehan membuang beras plastik. Dengan pertanyaan dari prank call salah sambung yang menanyakan "kapan kamu masak buburnya selesai? Kemungkinan itu bisa terjadi. 

Masalahnya perang sampah tersebut diawali dengan penghinaan dengan beras plastik. Maka tidak ada yang bisa melabel ketidakwelcoman terhadap trend fesyen terbaru ini sebagai kata terlalu sensitif, gila hormat, sombong. Tentu tidak ada yang akan mau membenarkan pemaksaan budaya podluck dan trifting di indonesia

" Beli baju bekas bukannya beli buangan perang sampah gaes?" 

Tidak ada yang tidak sadar akan pemaksaan trending tropik fesyen kali ini. Indonesia adalah pusat produksi pakaian jadi terfavorit di asia tenggara, walaupun ada buangan baju awul awul tanpa henti ke Indonesia. 

Indonesia terkenal sangat digilai melayu dan afrika untuk masalah pakaian jadi. Selain murah, modelnya selalu running out dan never stop. Style trend design satu bulan berganti, dan baju-baju design lama sudah dibuang ke bazar untuk dijual murah. Dan hitungannya bukan  di tiap pergantian tahun akan tetapi di tiap pergantian bulan.

" Kita kalah atau mengalah"

Jadi jangan tanya sedihnya itu sangat berasa. Pemaksaan trend budaya beli baju bekas dan menyajikan makanan sisa adalah kedok perang tidak lazim yang terjadi dengan nama " perang sampah". Atau perang perendahan kasta gaya hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun