Mohon tunggu...
Winny Gunarti
Winny Gunarti Mohon Tunggu... Dosen - Penulis, Peneliti, Pengajar di Universitas Indraprasta (UNINDRA) PGRI, Jakarta

E-mail: winny.gunartiww@unindra.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyembuhkan Diri Lewat Puisi

23 Februari 2022   22:24 Diperbarui: 23 Februari 2022   22:43 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di masa pandemi, banyak peristiwa yang mengharu biru. Kisah perjuangan para tenaga kesehatan, para dokter yang berjibaku dari pagi hingga petang, para keluarga yang kehilangan anggota tercinta, kekasih hati dan sahabat yang pergi untuk selamanya, semua itu terjadi  ketika virus Covid-19 menghancurkan tepian kegembiraan dalam kehidupan manusia. 

Mereka yang selamat dari serangan virus mematikan ini, juga sering sulit melupakan masa-masa penyembuhan yang memaksa banyak  orang untuk merasakan kesunyian dalam keterasingan.  

Ada penggalan peristiwa yang tak sempat tercatat, ada momen yang sulit dibagi. Ada kesedihan yang tak sanggup terucap, apalagi  diekspresikan. Namun semua itu tersimpan dalam alam bawah sadar dan lubuk hati terdalam, yang sewaktu-waktu terlintas kembali dan kerap mendatangkan kesedihan yang seakan sulit dilupakan.

Socrates mengatakan, "Kesedihan membuat akal terpana dan tak berdaya...", tapi dalam kalimat selanjutnya, Socrates mengajak mereka yang sedang bersedih untuk menerima dengan keteguhan hati dan mencari jalan keluar agar tidak terus terpuruk.

Salah satu media untuk membantu menyalurkan kegalauan jiwa adalah puisi. Puisi bukan hanya ditulis, tetapi juga bermanfaat untuk dibaca karena membantu mewakili perasaan diri. Dalam buku yang ditulis oleh Mukh. Doyin (2010) dikatakan bahwa membaca puisi dapat membantu mengekspresikan perasaan-perasaan yang sulit diungkapkan, sebagaimana yang tertangkap oleh pembacanya.  

Tesis yang ditulis Hafidzatul Wahidah dari UIN Sunan Kalijaga juga menunjukkan bahwa terapi puisi dapat membantu meningkatkan kemampuan knowledge creation para anggota sebuah komunitas grup WhatsApp. Bisa dibayangkan, betapa dahsyatnya efek puisi, baik menuliskannya, maupun hanya membacanya.

"Doa: Prayer" adalah salah satu buku Antologi Puisi yang mencoba memenuhi kebutuhan tersebut. Buku antologi puisi ini ditulis oleh 7 penyair/penulis inspiratif yang  terlibat dalam berbagai pengalaman menghadapi pandemi Covid-19. Mereka adalah Emji Alif, Annis D. Raksanagara. Rangga, Dharmawati TST, Kurnia Effendi, Shantined, Ndari Soedibjo,  dan Winny G.W. Wardani.  Ditulis untuk mewakili pikiran dan perasaan yang tak terungkap, membantu mengalirkan segala rasa yang memenuhi relung hati, sehingga membantu menyembuhkan diri dan menguraikan kompleksitas perasaan. 

Puisi-puisi yang ditulis secara dwibahasa ini membantu membangun kembali harapan-harapan yang nyaris pupus di dalam kenangan.

Buku ini segera didistribusikan mulai bulan Maret 2022, dan sudah dapat dipesan ke  penerbit melalui WA 0813 80832812 atau 0812 10025046

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun