Mohon tunggu...
Winni Ashari
Winni Ashari Mohon Tunggu... Mahasiswa - 22107030009_Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

22107030009_Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apasih Rahasia di Balik Tradisi "Tabuik"?

20 Maret 2023   09:31 Diperbarui: 20 Maret 2023   09:35 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"TABUIK" Tradisi adat di Sumatera Barat

Apa Hubungannya Dengan "Cucu Rasulullah"??

Salah Satu daerah yang ada di Indonesia yang masih memiliki kebudayaan dan tradisinya yang masih kental atau masih mempertahankan tradisi dan kebudayaannya adalah adat Minangkabau.

Suatu kebudayaan terdapat didalamnya mengandung ilmu pengetahuan, kesenian, moral, hukum, kepercayaan, adat istiadat dan kemampuan yang didapatkan oleh seseorang yaitu anggota masyarakat.

Minangkabau memiliki upacara adat yang sudah menjadi tradisi tersendiri. Upacara adat yang masih menjadi tradisi dan berlaku hingga saat sekarang ini yaitu TABUIK atau dikenal dengan OYAK TABUIK.

Apakah itu TABUIK ?

 

Tabuik adalah salah satu tradisi atau festival masyarakat Minangkabau yang menjadi acara tahunan. Upacara tabuik sudah diakui oleh pemerintah sebagai bagian yang berharga dari kehidupan bangsa. Tabuik sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu atau sudah berlangsung sejak abad ke-19 masehi. Festival tabuik kini tidak hanya menjadi bagian dari adat masyarakat setempat saja. Namun, juga menjadi salah satu bagian dari pariwisata daerah.

Tradisi  tabuik merupakan perayaan local dilaksanakan dalam rangka memperingati  bulan asyura atau memperingati wafatnya cucu Rasulullah yang Bernama Hussein yang meninggal dalam perang di padang karbala . Tradisi tabuik dilakukan oleh masyarakat minangkabau selama 1 minggu di daerah pantai Sumatera Barat, khususnya di pantai gondoriah yang terletak di kota pariaman. Puncak perayaan tradisi ini dinamakan hoyak tabuik atau batabuik yang dilaksanakan setiap 10 muharam.  

tabuik berasal dari bahasa arab yaitu " tabut " yang berarti peti kayu. Nama tabuik mangacu pada legenda kematian cucu nabi yang muncul makhluk seekor kuda bersayap dengan kepala manusia. Makhluk itu disebut BURAQ. Dalam legendanya diceritakan bahwa peti kayu tersebut dibawa oleh kuda berkepala manusia yang berisi jenazah Hussein.

Nah, berdasarkan legenda tersebut, setiap upacara tabuik dilaksanakan selalu muncul tiruan Buraq untuk mengusung peti kayu atau "tabut" diatas punggungnya.

Tradisi TABUIK menampilkan Kembali seperti pertempuran karbala yang di ikuti dengan alat musik tassa dan dhol. nama tabuik merupakan istilah yang digunakan untuk usungkan jenazah yang dibawa selama upacara. Walaupun dulunya merupakan upacara syi'ah, akan tetapi mayoritas penduduk asal pariaman dan sekitarnya melakukan upacara tersebut, namun kebanyakan penganut sunni.

Upacara Tabuik sebagai suatu upacara yang berhubungan dengan kepercayaan dan tergolong bentuk ritual keagamaan yang tentunya mengandung kearifan local dan nilai budaya, dan hanya dilakukan oleh masyarakat pariaman, sedangkan masyarakat Minangkabau di luar pariaman tidak melakukan upacara Tabuik. Seiring berjalannya waktu, tidak banyak generasi sekarang yang mengetahui esensi keagaaman dan kearifan local yang terkandung dari pelaksanaan upacara tabuik atau batabuik.

 Menurut masyarakat pariaman, penyelenggaraan upacara tabuik merupakan warisan budaya yang tetap dipelihara hingga sekarang ini, sehingga menjadi andalan di bidang pariwisata bagi pemerintah Sumatera Barat dan masyarakat setempat.

Pada saat penyelenggaraan Tabuik, Kota pariaman menjadi sangat ramai karena banyaknya penonton yang ingin menyaksikan tabuik, termasuk perantau dari asal pariaman, mereka pulang dan ikut menyumbang. Upacara tabuik sudah menjadi salah satu identitas budaya yang dimiliki oleh masyarakat daerah pariaman, seperti ungkapan yang sudah menjadi nyanyian minang berikut ini:

Pariaman tadanga langang (pariaman terdengar lengang)

Batabuik mangkonyo rami (batabuik mangkanya ramai)

Dek sanak tadanga sanang (mendengar sanak sudah senang)

Baok tompang badan kami (bawalah menumpang badan diri)

Kaladang balilah sanduak (keladang belilah sanduk)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun