Tradisi TABUIK menampilkan Kembali seperti pertempuran karbala yang di ikuti dengan alat musik tassa dan dhol. nama tabuik merupakan istilah yang digunakan untuk usungkan jenazah yang dibawa selama upacara. Walaupun dulunya merupakan upacara syi'ah, akan tetapi mayoritas penduduk asal pariaman dan sekitarnya melakukan upacara tersebut, namun kebanyakan penganut sunni.
Upacara Tabuik sebagai suatu upacara yang berhubungan dengan kepercayaan dan tergolong bentuk ritual keagamaan yang tentunya mengandung kearifan local dan nilai budaya, dan hanya dilakukan oleh masyarakat pariaman, sedangkan masyarakat Minangkabau di luar pariaman tidak melakukan upacara Tabuik. Seiring berjalannya waktu, tidak banyak generasi sekarang yang mengetahui esensi keagaaman dan kearifan local yang terkandung dari pelaksanaan upacara tabuik atau batabuik.
 Menurut masyarakat pariaman, penyelenggaraan upacara tabuik merupakan warisan budaya yang tetap dipelihara hingga sekarang ini, sehingga menjadi andalan di bidang pariwisata bagi pemerintah Sumatera Barat dan masyarakat setempat.
Pada saat penyelenggaraan Tabuik, Kota pariaman menjadi sangat ramai karena banyaknya penonton yang ingin menyaksikan tabuik, termasuk perantau dari asal pariaman, mereka pulang dan ikut menyumbang. Upacara tabuik sudah menjadi salah satu identitas budaya yang dimiliki oleh masyarakat daerah pariaman, seperti ungkapan yang sudah menjadi nyanyian minang berikut ini:
Pariaman tadanga langang (pariaman terdengar lengang)
Batabuik mangkonyo rami (batabuik mangkanya ramai)
Dek sanak tadanga sanang (mendengar sanak sudah senang)
Baok tompang badan kami (bawalah menumpang badan diri)
Kaladang balilah sanduak (keladang belilah sanduk)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H