Para wanita yang menjadi konsumen sepatu, sekaligus pasar bagi produsen dan para disainer juga terbelah menjadi dua kelompok. Yakni para wanita yang bersikap kontra terhadap high heels dengan alasan apa pun dan mereka yang menyukai dan menggunakan Stiletto high heels. Meskipun kadang-kadang tak jelas, berapa cm batasan ukuran high heels yang dimaksud. Kedua kelompok tersebut secara obyektif memiliki alasan yang bisa diterima, sepanjang mereka konsisten dengan alasan-alasan mereka.
Jika Anda tidak termasuk dalam salah satu kelompok tersebut, mungkin Anda termasuk dalam kelompok ketiga. Yakni mereka yang terombang-ambing di antara keduanya. Bisa jadi Anda sudah pernah memakai high heels yang bukan model bukan Stiletto, tetapi model Cone dengan tinggi heel sekitar 15 Cm, atau model Wedges dan Prism dengan ukuran yang lebih rendah (mid heels) dan sempat hampir terjatuh, atau bahkan sudah pernah terjatuh. Sehingga meskipun ingin untuk memakainya kembali, tetapi menjadi ragu-ragu karena masih traumatis.
Bisa jadi pula Anda memang belum pernah sama sekali memakai high heels, paling tinggi model Puppy, tetapi sangat ingin memakai sepatu model Stiletto. Karena sering memperoleh informasi mengenai resiko dan bahaya memakai high heels tersebut terhadap kesehatan kaki, maka Anda membatalkan atau selalu menunda untuk membeli Stiletto high heels.
Sementara di luar sana, akibat semakin terbukanya pasar global dan sengitnya persaingan produsen - kini semua jenis dan model sepatu wanita cenderung dijual dengan harga semakin murah, bahkan dengan kualitas sepatu yang tetap terpelihara. Pemasarannya pun dilakukan semakin gencar melalui berbagai media, khususnya melalui internet agar konsumen bisa lebih mudah untuk membelinya secara online.
Artikel ini tidak berpihak kepada para dokter atau kalangan medis, juga tidak berpihak pada produsen sepatu atau para disainer high heels, melainkan pada kenyataan bahwa sepatu high heels memang bisa membuat wanita tampil mempesona, tetapi di saat yang sama juga menyimpan bahaya. Seberapa pun alasan positif dan negatif yang bisa diberikan akan sama banyaknya, dan nota bene juga akan sia-sia karena keputusan terakhir ada di tangan Anda.
Sebelum memutuskan untuk memilih Stiletto high heels, disarankan untuk lebih dulu benar-benar memahami “Hukum High Heels” :
- Stiletto high heels merupakan kesatuan dari dua sisi yang saling bertentangan : pesona versus resiko, masing-masing selalu memiliki intensitas yang sama berbanding dengan ukuran ketinggiannya.
Jadi, semakin tinggi ukuran high heels yang Anda pakai, maka Anda akan tampil lebih mempesona dan menanggung resiko lebih besar. Sebaliknya jika Anda memakai high heels berukuran sedang, penampilan Anda akan kurang atau tidak begitu mempesona, tetapi resiko yang Anda hadapi juga lebih sedikit. Khususnya Stiletto tahu persis kecenderungan dan apa yang diinginkan oleh para wanita, memberikannya dan meminta konsekuensi yang selalu setara.
Jika memang Stiletto high heels sedemikian berbahaya dan sangat merusak kesehatan, mengapa Stiletto dari tahun ke tahun tetap eksis ? Bahkan semakin dianggap sebagai sepatu yang berbahaya, maka akan semakin menaikkan nilai eksklusifnya ? Posisinya yang istimewa dan unik, yaitu selalu berada di tengah-tengah dua pihak: kalangan medis dan kalangan fashion membuat Stiletto menjadi obyek perbincangan yang selalu aktual dan tidak pernah usai.
Produsen dan disainer memanfaatkan momentum tersebut dengan secara berkala merilis style Stiletto terbaru. Hal ini pun tak akan bisa terjadi secara berkesinambungan tanpa direaksi positif oleh pasar, yakni para wanita yang menjadi konsumen. Entah membelinya dengan pertimbangan fashion, atau yang hanya ikut-ikutan ingin tampil lebih menarik tanpa bekal strategi yang cukup untuk memanfaatkan Stiletto high heels secara optimal.
Kesimpulannya, jika Anda ingin tampil mempesona tetapi tidak mau menerima resiko sama sekali adalah hal yang tidak mungkin bisa dilakukan. Tidak pernah ada seorang wanita berpenampilan elegant, cantik dan seksi tanpa pengorbanan. Sama halnya dengan seorang wanita ingin memiliki tubuh yang langsing, tetapi tidak bersedia melakukan diet karena tidak bisa menahan nafsu makannya yang tidak terkendali.
Kelak apa pun keputusan Anda juga masih akan melahirkan masalah baru. Jika misalnya Anda memilih menggunakan high heels dengan ukuran tinggi setara model Stiletto - masalahnya kemudian adalah bagaimana cara menggunakannya secara aman sehingga resikonya dapat ditekan seminimal mungkin ?
Juga ketika Anda memutuskan tidak menggunakan high heels, masalah yang pertama muncul adalah seberapa tinggi ukuran heels yang paling tepat ? Apakah Anda merasa cukup puas dan percaya diri untuk bisa tampil optimal seperti mereka yang menggunakan high heels model Stiletto ?
Bahkan jika Anda menolak untuk menggunakan kedua jenis sepatu tersebut, baik high heels atau sepatu flat, tetapi memilih yang paling tidak beresiko karena sudah terbiasa Anda pakai sehari-hari : sandal jepit. Ini pun akan melahirkan masalah susulan berikutnya, cukup “cuek”-kah Anda setiap kali ada orang yang melirik kaki Anda ketika sedang berjalan di mal atau memasuki tempat-tempat yang bersifat resmi ?
Pada hakekatmya korelasi antara manfaat dan resiko tidak hanya berlaku dalam hal memilih sepatu, tetapi “hukum high heels” tersebut juga berlaku di seluruh aspek kehidupan. Manusia memiliki kebebasan untuk menentukan salah satu dari berbagai pilihan, apa pun pilihannya akan selalu memiliki manfaat dan resiko dengan intensitas sama. Sikap selalu ragu-ragu atau sulit menentukan pilihan adalah pencerminan kurangnya pengenalan terhadap kapasitas diri sendiri, sehingga sulit mengukur seberapa besar batas-batas kemampuan untuk menanggung resiko atas pilihan tertentu.
Sebelum memutuskan satu pilihan, awali lebih dulu dengan mengenali kapasitas diri Anda sendiri terkait pilihan tersebut. Selanjutnya tinggal memutuskan, apakah Anda akan menggunakan high heels, atau sebaliknya memastikan tidak akan menggunakannya. Maka apa pun pilihan itu akan sama baiknya, karena yang terpenting bahwa pilihan tersebut diputuskan berdasarkan kesadaran terhadap kapasitas diri sendiri, untuk diri sendiri dan sama sekali bukan untuk orang lain.
Sumber gambar : Tips-Sepatu-Wanita.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H