Mohon tunggu...
Wining Astini
Wining Astini Mohon Tunggu... -

Sang Pembelajar Sejati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mimpi Kecil Sang Ayah

15 Desember 2018   21:37 Diperbarui: 16 Desember 2018   10:00 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

18 Desember 2016

Pernah terfikir untuk menyerah, namun ku terkalahkan oleh senyummu..

Pernah berlari untuk pergi, namun katamu selalu membuatku kembali..

Karena demi senyum dan candamu, ku ingin berjuang tanpa henti...

Puisi ini adalah puisi terakhir yang kutulis untuk Ayah sebelum kepulanganku ke rumah. Disepanjang perjalanan menuju Surabaya kala itu, aku menangis tanpa henti hingga terdengar kalimat tauhid itu. "Labbaika allahumma labbaik, Laa syariika laka labbaik. Innalhamda wan-ni'mata laka wal mulk, laa syariikalak". Suara itu terdengar dari salah satu pesawat rombongan jamaah haji yang ingin berangkat ke tanah suci. Tangisanku semakin pecah mendengar kalimat ini. Teringat mimpi kecil sang Ayah dulu yang pernah beliau ceritakan kepadaku. 

"Nak, kapan ya bisa haji seperti orang-orang, Ayah pengen sekali haji seperti mereka. Tapi kapan ya?" Tanya beliau dengan senyum kecil di raut wajah beliau. 

" Sabar ya Yah, Insya allah jika ada rezeki Ayah bisa pergi haji". Jawabku.

"Ayah sudah makin menua, buat jalan saja sudah susah apalagi pergi kesana". Sela Ayah.

Apa daya saat itu Ayah sudah semakin menua dan sakit-sakitan dengan penyakit diabetes yang dideritanya. Akupun hanya tertegun mendengar mimpi kecil sang Ayah walaupun hati ini semakin sedih karena belum bisa mewujudkan mimpi Ayah. Tetapi hati ini tak henti-hentinya berdoa agar kelak suatu saat mimpi kecil sang Ayah dapat terwujud sampai pada akhirnya kabar itu pun tiba.

"Halo dik, sudah bangunkah? Tanya kakakku melalui telepon.

"Iya kak, adik baru saja solat subuh, Ada apa kak? Tanyaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun