Mohon tunggu...
Wini Srimayanti Hadilany
Wini Srimayanti Hadilany Mohon Tunggu... -

AKU MENULIS BERDASARKAN APA YANG AKU LIHAT,\r\n AKU DENGAR, AKU BACA, AKU PIKIRKAN, DAN AKU RASAKAN\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pesta Demokrasi Dukun Pun Siap Beraksi

30 Maret 2014   06:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:18 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By wini.sri_mayanti@yahoo.co.id

Mungkin dari sebagian kita bertanya-tanya apa hubungannya pesta demokrasi atau yang lebih kita kenal dengan PEMILU dengan dukun atau dunia perdukunan? Sungguh, memang tidak dapat disangkal lagi bahwa ilmu sihir atau ilmu nujum memang sudah ada sejak zaman dahulu, yaitu sejak zaman para nabi sampai sekarang zaman reformasi, dari zaman lampu teplok sampai sekarang zaman lampu Philips. Ilmu sihir itupun sudah berbagai macam bentuknya dan berbagai macam pula cara penggunaannya, tergandung yamg memiliki ilmu itu sendiri. Tetapi yang jelas, Islam memandang bahwa ilmu sihir adalah ilmu yang diharamkan apalagi untuk mencelakakan orang lain.

Sudah menjadi rahasia umum, kalau di musim PEMILU seperti saat ini, banyak orang yang mengincar kedudukan atau jabatan sebagai anggota Legislatif, baik tingkat daerah, provinsi, bahkan sebagai Presiden. Berbagai cara pun dilakukan suapaya mereka terpilih menjadi apa yang mereka inginkan. Dengan cara yang sah yang sesuai aturan sampai dengan cara yang kotor sekalipun, yang terpenting bagi mereka adalah bisa menduduki jabatan yang mereka inginkan.

Mulai dengan membuat spanduk-spanduk, famplet, ataupun selebaran lainnya. Memasang iklan di televisi dengan berbagai janji-janji dan visi-misi dan meyakinkan masyarakat bahwa dia lah yang terbaik diantara sekian banyak calon yang lainnya. Cara lain yang melanggar aturan pun sudah mereka halalkan, seperti money politik dan suap menyuap dikalangan masyarakat yang intinya adalah supaya masyarakat memilih mereka ketika waktu PEMILU mendatang.

Saat ini, yang menjadi sorotan masyarakat adalah tentang calon anggota Legislatif yang menempuh cara pergi ke paranormal ataupun dukun, supaya mereka menang dalam pemilihan mendatang. Hal ini mungkin saja sudah terjadi sejak zaman dahulu kala, namun bedanya zaman dulu itu tidak sembarangan bisa mengexpose berita seperti ini, dikarenakan kebebasan pers pun tidak seperti sekarang ini, salah menulis sedikit, ataupun membuka rahasia pejabat apalagi pejabat tinggi, maka bui lah yang akan menjadi akhirnya.

Kembali ke masalah dukun politik di zaman sekarang, banyak diantara mereka yang memang secara terbuka memasang iklan di media-media massa, bahwa sang dukun dapat menjanjikan kemenangan bagi siapa saja yang memakai jasanya, supaya sang calon legislatif dapat memenangkan PEMILUdan menduduki jabatan yang mereka inginkan.

Berbagai tarif pun dipasang, mulai dari puluhan, ratusan, bahkan miliaran rupiah, tergantung tingkatannya. Misalnya caleg tingkat kabupaten tentunya tarifnya berbeda dengan caleg tingkat provinsi. Bahkan ada dukun yang menjamin 100% bahwa orang tersebut akan memenangkan PEMILU. Aneh memang, segala sesuatu terjadi adalah karena kehendak atau takdir Allah, bagaimana bisa dukun tersebut bisa mendahuli takdir Allah. Padahal kalau kita pikir, mengapa tidak dukun itu sendiri yang mencalonkan sebagai caleh atau sekalian sebagai Presiden? Tapi, pada kenyataannya tidak ada pemimpin daerah ataupun pun yang lebih tinggi tingkatannya dipimpin oleh seorang dukun sekalipun, bahkan ketika Ki Kusumo mencalonkan diri menjadi pejabat daerah, ia tidak berhasil lolos.

Sebagai orang awam yang tidak mengerti dunia perdukunan, mungkin hal ini dirasa sangat mustahil oleh kita. Bagaimana bisa dan dengan cara apa sang dukun dapat memangkan pemilu orang yang memakai jasanya. Satu pertanyaan yang sangat menggelitik bagi saya, jika seandainya ada 10 orang ingin memenangkan suatu PEMILU dan ia mendatangi satu dukun yang sama, bagaimana dukun itu dapat memenagkan semuanya? Sementara yang harus menang hanya satu orang saja. Padahal dukun itu telah menjanjikan kemenagan kepada kesepuluh orang tersebut. Hanya dukun lah yang dapat menjawabnya.

Memang, pastinya tidak semua orang calon legislatif menggunakan jasa dukun untuk memenangkan suatu PEMILU, mereka yang mengerti agama, dan takut dengan dosa, tidak akan sekalipun mendatangi seorang dukun apalagi mempercayainya.

Lalu, bagaimana kita menyikapi hal ini sebagai calon pemilih pada PEMILU mendatang? Ada baiknya sebagai calon pemilih kita mengetahui terlebih dahulu latar belakang calon Legislatif yang akan kita pilih, baik dari media internet atau media sosial lainnya. Mengetahui visi-misi nya dengan jelas dan memahaminya, jangan terbuai dengan janji yang muluk, dan jangan sampai kita terlibat dalam money politik yang menyesatkan umat.

Berpikir ke depan, jangan hanya karena kita diberi uang Rp. 50.000,00 kita dengan begitu mudahnya mencolos orang yang menyuap kita. Jika seseorang di awalnya saja sudah tidak benar proses untuk menjadi wakil rakyat, mungkinkah ketika menjabat ia akan berpihak kepada rakyat.

Memohon petunjuk Allah, supaya Allah membimbing kita untuk memilih calon wakil rakyat yang memiliki sifat dan budi pekerti luhur, dan yang terpenting ketika mencoblos membaca bissmillahirrahmanirrahim supaya tidak memilih orang yang salah yang akan menyengsarakan rakyat.

Demikian, semoga kita semua menjadi pemilih yang cerdas, karena SUARA KITA MASA DEPAN KITA, jangan GOLPUT yaaa.

Ingaaaaa...ingaaaaa...tanggal 9 April kita ke TPS...tiing...

*AKU MENULIS BERDASARKAN APA YANG AKU LIHAT,

AKU DENGAR, AKU BACA, AKU PIKIRKAN, DAN AKU RASAKAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun