Mohon tunggu...
Winfrid Frans
Winfrid Frans Mohon Tunggu... Mahasiswa - look back and grateful, look ahead and be hopeful

Anak ketiga dari empat bersaudara.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Janji yang Kekal Menurut Kejadian 17:19-21

11 Juni 2022   21:50 Diperbarui: 11 Juni 2022   22:20 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berkat dan janji Allah tidak bersyarat, tidak bergantung pada kecerdasan manusia, atau kemampuan Abraham, tetapi pada kesetiaan Allah[1]. Hal ini dapat berarti bahwa berkat dan janji Allah tidak memerlukan kebaikan manusia didalamnya. Allah menyampaikan "perkataan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan melakukan sesuatu"[2] itu dan dikerjakan dengan perantaraan Abraham. Allah menyatakan kesediaan dan kesanggupan-Nya kepada Abraham dalam perjanjian yang kekal. Kej 12:2-4 mencatat untuk pertama kalinya perjanjian Allah dengan Abraham  disampaikan. 

Agar Abraham tidak ragu akan perjanjian yang diberikan kepada Allah kepadanya, maka Allah menegaskan kembali perjanjian-Nya itu kepada Abraham. Tanda perjanjian  itu adalah melalui perintah dari Allah agar Abraham serta keturunannya harus disunat, haruslah dikerat kulit khatannya (Kej 17:10-11). Allah mau menunjukkan bahwa perjanjian-Nya dengan Abraham tidak mungkin gagal, karena Allah selalu menepati janji-Nya (Yes 55:11). Perjanjian  itu tidak hanya berlaku bagi Abraham sendiri, tetapi juga dengan keturunannya[3]. Sedangkan keturunan yang dimaksudkan hanyalah kepada Ishak. Meskipun Abraham memiliki anak yang lain dari Hagar gundiknya, yakni Ismael, namun perjanjian yang kekal hanya berlaku bagi Ishak dan keturunannya. Ismael mendapat berkat yang sama dengan  ...

Yun Sun Park mengemukakan pendapatnya bahwa janji yang diberikan Allah kepada Abraham (berkat dimana Mesias yang akan datang lahir dari keturunannya akan menyelamatkan) akan menjadi berkat yang mencapai semua orang[4]. Abraham yang namanya termasyur dengan sebutan "Bapa orang beriman"[5] dipilih Allah untuk menjadi hamba dalam melaksanakan misi-Nya. Bukan karena kecakapan atau sesuatu yang baik dalam diri Abram sehingga ia dipilih, semata-mata hanya oleh kasih karunia-Nya. Janji berkat yang Allah nyatakan kepada Abram merupakan suatu kerangka peristiwa mengenai apa yang akan terjadi dimasa depan.  Janji yang diberikan Abram diantaranya adalah janji berkat yang paling utama, yaitu menjadi berkat bagi semua orang[6]. Alkitab mencatat bahwa semua orang beriman akan diberkati bersama-sama dengan Abraham orang beriman itu.

"Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati." Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu". (Galatia 3:8-9)  

Janji itu diberikan kepada barang siapa yang percaya kepada nama-Nya, yaitu mereka yang beriman kepda Allah, yaitu Allahnya Abraham. Meskipun Abram menerima janji berkat itu, tidak berarti ia menentikannya dengan baik. Ketidaksabaran Abram dan istrinya Sarai, memutuskan untuk mengambil budak Sarai yakni Hagar untuk diberikan kepada Abram agar dapat menyambung keturunan secara jasmani. Sebab empat ribu tahun yang lalu, anak dianggap sebagai tanda bahwa Allah memberkati[7]. Akan tetapi apa yang dipikirkan manusia tidaklah selau apa yang kehendaki Allah (Yes 55:8-9). Kehadiran Ismail bagi Abram justru menjadi kecemburuan bagi Sarai. Rupanya janji berkat (khususnya mengenai keturunan) dipandang hanya sebatas keturunan jasmani, sedangkan Allah memaksudkannya sebagai keturunan yang dijanjikan. Melaluinya banyak orang tidak hanya berkati secara biologis maupun secara materi, namun yang paling penting adalah berkat keselamatan. 

Pada masa kini juga, janji berkat itu tidak boleh dipandang sebagai sesuatu yang biasa saja. Orang percaya masa kini harus mengerti dengan benar konsep tentang janji berkat, yang diberikan Allah kepada Abraham dan keturunannya. Inilah yang menjadi tanggung jawab gereja dalam upaya memberikan pemahaman yang benar akan janji berkat itu.

Sumber Rujukan:

John J. Davis, "Eksposisi Kitab Kejadian" (Malang , Gandum Mas, 2001) 204

Dr. Berthold A. Pareira, O.Carm "Abraham" (Malang, DIOMA, 2004) 116  

Rev Yune Sun Park, Th.M, DD "Tafsiran Kitab Kejadian" (Malang; Literatur YPPII, 2002) 89

Sostenes Nggebu, "Dai Urkasdim Sampai Ke Babel" (Bandung; Yayasan Kalam Hidup, 2000) 13

Steven Worthington& Joh Philip Aberton "Tuhan Telah Menjawab Segalanya" (Jakarta; Prestasi  Pustaka kasih, 2004) 93

Mark A. Tabb, Pahlawan Iman (Yogyakarta, Yayasan ANDI, 2002)  43

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun