Â
II Metodologi
Dalam penyusunan artikel ilmiah ini, digunakan pendekatan yang bersifat kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode tinjauan literatur (literature review). Sumber data yang digunakan berasal dari berbagai literatur sekunder, seperti jurnal-jurnal ilmiah yang relevan dengan topik artikel ini. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengakses, membaca, dan mencatat informasi penting dari sumber-sumber tertulis tersebut. Proses pencarian jurnal ilmiah dilakukan dengan memanfaatkan mesin pencari Google Scholar. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian adalah "Radiografi Wrist Joint" atau istilah-istilah terkait lainnya yang berkaitan dengan tema artikel ilmiah ini.
III Hasil dan Pembahasan
Pasien terpeleset di tangga, kemudian dibawa ke RS dan diperiksa oleh dokter dengan keluhan sakit dan nyeri pada pergelangan tangan sehingga dokter menyarankan untuk melakukan pemeriksaan radiologi dengan kecurigaan adanya fraktur wrist joint khususnya pada scaphoid. Namun sebelum melakukan pemeriksaan radiografi harus telah memenuhi tiga prinsip proteksi yakni justifikasi, limitasi serta optimisasi, selanjutnya pasien  dilakukan pemeriksaan  dengan menggunakan  pesawat  sinar--X  oleh  radiografer pada bagian pergelangan tangan. Pada pemeriksaan tersebut baik pasien maupun radiografer  dianjurkan untuk menggunakan apron serta khusus radiografer tetap menggunakan alat ukur radiasi seperti pendose dan TLD.
Mendiagnosis fraktur dan dislokasi tulang carpal tidak mudah, karena posisinya yang superposisi pada beberapa proyeksi radiografi konvensional . Teknik pemeriksaan radiografi yang sering dilakukan di rumah sakit pada pemeriksaan wrist joint yaitu posterior anterior (PA) dan lateral. Menurut Bontrager (2014), pemeriksaan wrist joint pada indikasi fraktur yaitu dengan dua metode pemeriksaan yaitu proyeksi ulnar deviation dan axial ulnar deviation, untuk proyeksi ulnar deviation dengan posisi tangan PA, tangan dikasih pengganjal sudut 20 tangan dirotasikan ke distal dengan sinar sudut tegak lurus, sedangkan pada proyeksi Axial ulnar deviation dengan posisi tangan PA, tangan dirotasikan ke distal dengan sinar disudutkan 10-15 ke arah cephalad dengan menggunakan faktor eksposi kV 53, mA 160, ms 20 dan mAs 3,2 Â serta kolimasi sekecil mungkin hal tersebut bertujuan untuk memberikan dosis sekecil mungkin bagi pasien.
Faktor eksposi adalah faktor dalam yang mengontrol karakteristik foton sinar-X dalam aspek jumlah (kuantitas) dan (kualitas) serta durasi dalam pembuatan Radiograf. Untuk mengetahui besar faktor eksposi pada pengambilan foto Rontgen wrist joint dengan variasi tebal objek, terlebih dahulu dilakukan pengukuran tebal wrist joint yang akan difoto terhadap variasi nilai tegangan tabung (kV) dan nilai arus tetap (mAs). Pengaturan tegangan tabung pada pembuatan radiograf mengontrol nilai kontras radiografi. Makin tinggi pemilihan nilai tegangan tabung (kV) maka nilai kontras yang dihasilkan makin turun. Sedangkan arus tabung (mA) yang menentukan jumlah atau kuantitas sinar-X yang oleh tabung rontgen. Kuantitas radiasi berhubungan dengan banyaknya jumlah Sinar-X diukur berapa jumlah mR tiap mAsnya. Nilai mA dipilih mengontrol nilai kehitaman film yang dihasilkan agar selalu dalam rentang densitas guna.
Anatomi radiografi wrist joint yaitu menunjukkan tampak tulang radius distal dan ulna, karpal, dan metacarpal proksimal, scaphoid tampak dengan jelas dapat menampakkan adanya celah tulang Scaphoid dengan tulang carpal yang lain, dan tidak adanya overlapping pada tulang scaphoid.
Fraktur scaphoid merupakan fraktur yang umum dialami oleh populasi muda yang bekerja (Adam & Woodruff, 2017). Scaphoid sendiri merupakan tulang carpal terbesar, berartikulasi baik dengan baris tulang carpal proksimal maupun distal (Afshar & Tabrizi, 2019). Tulang scaphoid merupakan tulang karpal yang paling sering mengalami fraktur, sekitar 60% sampai 90% dari semua kasus fraktur karpal, 11% dari fraktur tangan dan 2% dari semua fraktur (Chang, et all., 2022). Kasus fraktur skafoid kedua terbanyak terjadi pada ekstremitas atas setelah fraktur distal radius (Afshar & Tabrizi, 2019). Menurut klasifikasi Herbert dan Fisher, fraktur scaphoid dikatakan stabil bila sela antara fraktur kurang atau sama dengan 1 mm, sudut lunatum-capitatum kurang dari 15pada posisi apapun dan sudut scapholunate kurang dari 45pada posisi lateral. es
IV Kesimpulan